Kelabu masih menjadi warna hari ini, sesak masih setia melekat di dada, dan gundah masih menjadi temanya. Dua hari sudah berlalu sejak malam itu, tetapi Seanna tetap tidak bisa melupakan rasa perih yang ditorehkan. Alih-alih langsung membicarakannya dengan yang bersangkutan, Seanna memilih diam, bungkam dan memendam, bisu dengan rasa sakit yang kian semakin bergejolak, berharap ada sebuah kejelasan yang ia dapat, tapi nyatanya kegamangan masih melanda.
Sang kekasih, laki-laki yang akan beranjak tujuh belas tahun di bulan Agustus nanti pun, tak tahu apa yang tengah terjadi dengan si gadis ayu. Beberapa kali ia mencoba mendekat, malah jarak yang terlihat.
"Seanna baru aja berangkat pakai sepeda, Bunda juga nggak tahu kenapa tiba-tiba pergi sendiri. Biasanya, 'kan, sama kamu."
Izkiel manggut-manggut tanda mengerti, mendengar ucapan Bunda yang memberikan informasi, bahwa Seanna lebih dulu berangkat sekolah menggunakan sepeda, alih-alih seperti biasa dijemput olehnya.
Satu kali, Izkiel berprasangka mungkin memang ada hal yang mengharuskan Seanna berangkat lebih cepat, dan tidak bisa menunggu dirinya. Namun, begitu ia melihat kembali ruang obrolan mereka, bahkan pesan terakhir 'selamat malam' belum kunjung mendapat balasan. Entah apa yang terjadi, Izkiel hanya bertanya, mengapa jika ini adalah hal yang serius, tidak langsung diomongkan kepada dirinya, agar masalah bisa cepat diselesaikan.
Izkiel tidak terbiasa dengan sikap seorang Seanna Meredith yang seperti ini, sangat kontras dengan Seanna yang ceria, dan selalu ekspresif. Namun, kini bahkan saat bertemu tatap di sekolah saja, gadis dengan mata khas almon, malah mengalihkan pandangan, seolah-olah Izkiel adalah makhluk yang paling tidak ingin ia lihat.
Langkahnya dimulai dengan memasuki ruang kelas sebelas IPS dua, tampak adem ayem lalu badannya berbalik untuk berlari ke kantin, ramai oleh penghuni sekolah berkumpul untuk membeli makanan. Sejauh mata mengedar, ia tidak menemukan gadis berambut pendek, dengan pipi tembam berada di sana. Izkiel membawa langkahnya pada taman kecil, yang kemarin sering mereka jadikan tempat menyantap bekal bersama, sekaligus berbincang hal-hal remeh sampai hal-hal teoritis soal alien.
Laki-laki dengan potongan rambut gaya comma hair, masih mengayunkan langkah, ia tidak tahu keberadaan Seanna di mana, sempat terlintas apakah di sekolah ini ada alien yang membawa gadisnya, Izkiel tidak tahu. Lelaki itu membawa langkahnya dengan tak bersemangat, menyusuri setiap sudut sekolah Pramudya, dengan rasa frustasi yang mulai menggerayangi.
Lagipula, kenapa harus tiba-tiba sekali Seanna berubah dan menjaga jarak darinya, tidak ada angin tidak ada hujan, memangnya Izkiel dukun? Bisa menebak apa yang tengah gadis itu rasakan, hingga menjadikannya seperti ini. Memikirkan Seanna semakin membuat Izkiel frustasi, kedua tangannya terangkat untuk mengacak-acak rambut hitamnya, kakinya menendang-nendang kerikil.
Di balik meja berbahan kayu, dengan setumpuk buku-buku di atas meja tersebut. Pandangan Seanna sesekali melirik ke arah luar jendela perpustakaan, fokusnya dengan komik bergenre komedi, tidak lagi menjadi pusat utama, karena sosok laki-laki yang berada dengan jarak tak jauh dari perpustakaan. Setengah fokus Seanna teralihkan, pandangan matanya menatap bergantian antara komik, dan Izkiel yang tampak jalan sendirian.
Tiba-tiba saja, rasa nyeri itu kembali muncul di dadanya, ternyata memendam rasa sakit memang tidak enak. Seanna berusaha menormalkan kembali napasnya dengan mengembuskan perlahan, berharap sakit dan perih di hati ikut terhempas keluar.
Tidak berkomunikasi dengan Izkiel selama dua hari, ternyata hampir membuatnya jenuh setengah mati, biasanya paling tidak berbalas pesan lima belas kali, kini ponselnya sunyi tanpa jejak, dering telepon yang menjadi alunan favorit, tidak lagi terdengar sejak malam saat Seanna memutuskan memendam sakitnya, Mungkin diri Anna di sepuluh tahun yang akan datang tertawa, melihat betapa kekanakannya gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thread Of Destiny
RomanceIni bukan kisah cinta Romeo dan Juliet yang romantis, atau Jack dan Rose yang menyayat hati. Ini tentang Izkiel dan Seanna, dua insan yang dipertemukan ketidaksengajaan, hubungan mereka awalnya semanis cokelat, cinta remaja pada umumnya. Namun, kian...