Aku melirik jam tanganku, pukul 3, aku tengah duduk di Starbuck sambil menunggu pesanan aku dan Lyra selesai dibuat. Kami setuju untuk duduk disini sambil berbicara ngalur ngidul kemana-mana. Setelah minuman kami selesai, aku beranjak.
"Aku pulang ya, Ra. Ada janji" ujarku, Lyra mengangguk tetapi ia mengerutkan dahinya. "Janji sama siapa? Orion?" tanya Lyra. Aku mengangguk, dia terkekeh. "Kamu serius sama dia, dy?" tanyanya
Aku menatapnya aneh dan mengangkat bahuku. "Aku.. menyukainya, iya. Sangat.. Ah gaktau. Aku telat nanti, pergi dulu ya. Arka jemput?" Lyra tertawa dan mengangguk. Aku melambaikan tanganku dan secepatnya pulang.
30 menit aku sudah sampai dirumah, aku menaiki tangga setelah menyapa Mama dan Reno dibawah. Bang Dean dan Papa seperti biasa, sibuk di kantor.
Aku mandi dan memilih baju. Ah, buat apa juga? Dia bahkan hanya mengajakku pergi, untuk apa aku terlalu memilih-milih baju yang sesuai?
Aku memilih dress putih yang jatuh tepat diatas lututku dan menggelung rambutku serta menyisakkan anak rambut. Setelah kurasa sempurna aku melirik jam. 4 lewat 15 menit.
Aku meringis, apa Orion sudah sampai?
"Kak ody! Kak Rion sudah lama dibawah, masa dia mau nunggu sampe lebaran monyet?" Teriak Reno dari luar kamarku. Aku berdecak dan mengambil tas serta ponselku.
Aku turun dan mendapati Orion tengah berbicara dengan mama akrab sekali. "Wah, dy. Orion ternyata hebat gombalnya ya?" tanya Mama. Aku menatap Orion lalu menatap Mama. "Oh, jadi selama ini modusnya mau deketin mama?" tanyaku, Orion hanya tertawa kecil dan menggaruk tengkuknya yang aku pastikan tidak gatal.
"Tante Areska cantik sih" ujar Orion. Sejak kapan beruang kutub ini bisa gombal bin jijay dengan mama? Aku bergidik dan memutar bola mataku. "Langkahin dulu sabuk hitam papa" Orion tertawa. Kami berpamitan lalu kami melaju ke tempat yang tidak aku ketahui.
"Kita mau kemana?" tanyaku. Orion melirikku. "Rahasia" ujarnya datar. Bisa dia jadi beruang kutub lagi? Enak aja! "Eh, kamu itu ya yang udah ajak aku, aku berhak tau mau kemana. Bisa-bisa kamu ngapa-ngapain aku gimana?" tanyaku sambil menggerutu. Orion tertawa kecil dan menggeleng. "Apa untungnya aku nyulik kamu?" tanyanya. Aku mengerutkan dahiku.
Bener juga.
EH Maksudnya apaan?
"Maksud kamu apa hm?" tanyaku sambil mencubit lengannya. Dia tertawa dan meminta ampun. "Eh, aku lagi nyetir ya" ancamnya aku mendengus. "Pas sudah nyetir, aku hajar kamu" gerutuku. Dia tertawa. "Hajar pake apa? Bibir?" godanya. Aku menatapnya sambil terhenyak. Dasar, rasi bintang sialan.
"Pake sepatu" gerutuku.
****
"Ngapain kita kesini?" tanyaku sambil mengikuti jalannya walaupun tangannya menggenggam tanganku. Kami ada di sebuah gedung yang tidak terpakai, dan suasananya sangat menyeramkan, aku berani bertaruh, Andro tidak akan ikut ke dalam gedung ini, lalu Orion dengan beraninya masuk ke sini?
"Aku sudah sering ke sini" ujarnya, aku melihat punggungnya, kami terus naik ke lantai atas. Aku menelan ludahku, sering? Ke gedung seram seperti ini? "Biasanya lebih bagus kalau malem, tapi nanti kamu takut" ujarnya. Aku menggerutu. "Gak usah malem, sore-sore gini aja aku udah takut." gerutuku. Orion tertawa.
Kami sampai di lantai paling atas, Orion membuka sebuah pintu, dan ternyata kami sedang ada di atap. Aku keluar dan angin langsung menerpa wajahku. Aku tahu kami dekat sekali dengan laut, tetapi aku tidak pernah tahu bisa melihat laut dan perahu nelayan serta pulau-pulau kecil dari gedung ini.
"Kamu kok bisa sampe sini?" tanyaku. Aku mengambil tempat dimana dia duduk. Dia terkekeh. "Bisa, aku kan petualang" ujarnya. Aku tertawa dan mencibirnya. "Diego ya? Sepupunya dora." Dia tertawa dan mengangkat bahunya. "Diego jelek, aku kan jauh dari kata jelek" Aku mencibirnya, percaya diri sekali manusia satu ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Melody of Us
RomanceCerita ini tak ubahnya sebuah cerita cinta biasa. Dengan tokoh yang biasa. Seorang yang dingin dan seorang yang begitu aktif, dipersatukan dalam sebuah keinginan panah sang pemanah cinta. Mereka diikat sebuah cincin, tanpa cinta awalnya. Tetapi p...