*******
Hai hai. Selamat Hari Raya Idul Fitri bagi yang merayakannya ya. Heheheh.
Vote dan Comment akan selalu ditunggu ya:D Tak henti-hentinya juga kritik dan saran yang bisa kalian tinggalkan di kolom comment. Jangan malu-malu!;)
Oh ya, terimakasih sudah menyempatkan membaca cerita yang terlalu baper seperti ini dan ah ya. Part ini Panjang. Sekali. Semoga tidak membuat kalian bosan ya!;)
Selamat membaca:D
*********
Orion's POV
Sial, sial, sial, sial.
Aku terus mengumpat ketika melihat wajah Melody yang sendu. Berengsek sekali, Orion.
"Kenapa berbaring disitu?" Hanya itu yang keluar dari mulutku. Dia tampak diam, tidak merespon apa yang aku katakan.
"Melody" panggilku. Dia seperti tersentak dan melirik ke arahku, lalu matanya menghadap ke hamparan langit lagi.
"Mau apa ke sini mas?" tanyanya terkesan dingin. Aku bernafas terlebih dahulu, lalu duduk bersila di sampingnya. Oh ayolah, Orion, sejak kapan kau bisa se-gugup ini.
"Skripsinya?" Kalian boleh tertawa sepuasnya, tetapi hanya itu yang melintas di benakku. Aku melihatnya menggeleng.
"Kenapa?" tanyaku lagi. Dia menghela nafasnya.
"Bisakah tidak bertanya satu kali saja?" pintanya. Aku menghela nafasku, kenapa aku bisa sebodoh itu? Biasanya aku bisa mengontrol emosiku, tetapi tadi siang aku pun merasa sangat berbeda. Dan melihatnya berkaca-kaca sebelum pergi keluar dari mobilku seperti siang tadi benar-benar pukulan telak untukku.
Dia begitu baik, menerima pertunangan yang bahkan mungkin tidak pernah terlintas di benaknya akan terjadi, hanya karena papa dan hubungan baik diantara keluarga kami.
Berengseknya lagi, aku tidak bisa mengontrol emosiku dan melemparkannya kata-kata kasar yang menyakiti hatinya.
Damn, Orion.
"Baik, aku minta satu lagu"
"Untuk apa?" Aku berdecak, untuk tahu isi hatimu. Untuk tahu bagaimana keadaan hatimu saat ini, Melody. Bahkan kini ekspresimu terlalu datar untuk kubaca.
"Berhentilah bertanya" gumamku. Dia diam, mungkin mencari lagu yang cocok.
Lalu dia mulai bernyanyi, suaranya merdu sekali.
"Say you're sorry that face of an angel comes out just when you need it to"
Aku menaikkan alisku. White Horse dari Taylor Swift?
"As I paced back and forth all this time cause I honestly believed in you. Holding on, the days drag on, stupid girl, I should have known. I should have known."
Oh sial. Apa aku melukainya begitu besar sampai dia mengatakan bahwa dirinya sebodoh itu?
Sepersekian detik kemudian aku membeku melihat sebutir airmata turun dari matanya.
Dia menyanyikan reffnya dengan baik. Aku bahkan benar-benar terpukau dengan suara merdunya dan penghayatannya tentu saja. Jikalau dia tidak terlalu menghayati lagunya aku bisa bernafas lega. Tetapi kali ini bahkan setiap liriknya bagai pukulan yang terus menghantamku.
"Maybe I was naive, got lost in your eyes and never really had a chance." Aku melihat wajahnya dipenuhi dengan airmata.
Ketika kemarin dengan mudahnya aku berjanji untuk mengenalnya lebih dekat ketika kami bertunangan, dan ketika dia menerimanya, aku hancurkan dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Melody of Us
RomanceCerita ini tak ubahnya sebuah cerita cinta biasa. Dengan tokoh yang biasa. Seorang yang dingin dan seorang yang begitu aktif, dipersatukan dalam sebuah keinginan panah sang pemanah cinta. Mereka diikat sebuah cincin, tanpa cinta awalnya. Tetapi p...