"Bagaimana mestinya?
Membuatmu jatuh hati kepadaku
Tlah ku tuliskan sejuta puisi
Hingga hatimu tak lagi membeku"
(Ada Band - Haruskah ku mati)
*************
"Aduh, kok bisa ga tahu si kak?" ujar Lyra frustasi sambil mengacak rambutnya. Orion hanya mengangkat bahunya. Ia memang tidak tahu hal itu, dan tidak tertarik pada hal yang berbau gadget walaupun otaknya cemerlang.
"Kakak pintar tapi kok yang begitu ga tahu?" Orion masih mengangkat bahunya lagi.
"Kalau begini, jelaslah sudah!" tuntas Arka. Orion mengangguk, dan ia merasa puas karena ia kini tahu penyebab dari semua benang kusut ini.
"Ayo kita ke rumah Melody, sekarang!" ujar Orion dengan semangat lalu beranjak dari tempat duduknya.
Lyra dan Arka juga sudah beranjak, ketika kegiatan mereka berhenti karena handphone Orion berdering.
Orion menyeritkan dahinya melihat nomor yang tidak dikenal masuk ke dalam handphonenya.
"Halo?" angkatnya.
"Mas Ri"
****
2 jam yang lalu
"Hai, Melody" sapa Sheila dengan senyum liciknya seperti biasa.
Melody menyeritkan dahinya melihat Sheila muncul dengan tiba-tiba di depan rumahnya.
"Ada apa Shei?" tanya Melody cepat. Ia tidak merasa aman melihat Sheila dengan wajah liciknya muncul di hadapannya secara tiba-tiba dengan kondisinya sendiri sedang tidak enak badan.
"Wah, terima tamumu ini dengan baik, nona besar" ujar Sheila kembali lalu maju selangkah ke hadapan Melody.
"Jika tamuku orang baik, akan kuterima dengan baik. Begitu pula sebaliknya" ujar Melody sambil melipat tangannya.
"Wah, wah" ujar Sheila sambil menggelengkan kepalanya.
"Kau tahu, tunanganmu itu milikku?"
Pertanyaan Sheila mengubah mimik wajah Melody. Salahnya, gadis ini tidak bisa menyembunyikan ekspresinya.
Sheila yang dengan cepat menyadari perubahan suasana hati Melody memanfaatkan kesempatan itu untuk menarik gadis itu keluar dari rumahnya.
"Dan oh, kau ingin tahu betapa dia membencimu dan mencintaiku?" Melody membulatkan matanya mendengar kata-kata itu.
Pikiran dan suasana hatinya membuatnya semudah itu percaya dengan Sheila.
"Ayo ikut aku, sekarang" tarik Sheila, dan Melody yang memang sedang tidak enak badan, serta pikiran dan suasana hati yang keruh tidak dapat menolak tarikan tangan Sheila.
Dan beberapa detik kemudian, dia sudah diluar rumah tanpa pengawasan.
****
"Ody? Kamu dimana?" Terdengar isakan dari ujung telepon yang membuat Orion makin takut dengan keberadaan Melody sekarang.
"Aku minta maaf" ujarnya di sela tangisannya.
Orion mengusap wajahnya dan mengacak rambutnya. Bukan itu yang ia inginkan, ia hanya ingin bertanya ada apa dengan Melody sekarang.
"Sayang, ada apa?" tanyanya kembali dengan nada yang lebih lembut.
"Tolong aku mas..." Orion menatap lantai sambil mengatur kembali nafasnya yang memburu karena perasaan khawatir yang merongrongnya.
Sedangkan Lyra dan Arka hanya menatapnya dengan raut wajah yang jelas, kebingungan.
"Hai Orion" suara kini berganti dengan suara yang sangat ia inginkan tidak muncul dari ujung sana.
"Kau apakan Melody, Shei?" geram Orion, dia memejamkan matanya berusaha meredakan emosinya yang meledak-ledak.
Harusnya ia tahu lebih cepat duduk masalah ini.
Harusnya ia lebih cepat datang ke tempat Melody.
Harusnya ia bisa menjaganya.
Dan banyak harusnya lain yang harus ia perbaiki.
"Malaikat kecilmu ini tidak akan aku apa-apakan. Hanya akan aku buat dia tidak bisa berbicara lagi.."
Orion membelalakan matanya.
"Jangan coba-coba.."
"Tidak bisa tertawa lagi..."
"Jangan"
"Tidak bisa berjalan lagi.."
"Awas kau"
"Dan oh ya, jangan lupa dengan tidak bisa melihat, mendengar. Uhm, tapi dia masih bisa meraba"
"Kau"
"Kau yang salah! Kau tidak pernah melihatku dari dulu, Orion! Kau tidak pernah membalas apapun usahaku, dan dia!"
Terdengar lengkingan jeritan dari ujung teleponnya.
"Dia, wanita kecil yang baru kau temui beberapa bulan tanpa melakukan apapun dapat menarik hatimu dengan sekejap. Dan aku benci itu." geramnya.
"Jangan kau sakiti dia, Shei!" teriak Orion, membuat Lyra dan Arka semakin tegang.
"Wah, wah. Aku makin sakit hati kau tahu! Dan oh ya, karena perbuatanmu selama ini, biar dia yang membayarnya." lalu terdengar suara tertawa Sheila dan sambungan terputus.
Orion menggeram dan mengacak-acak rambutnya. Ia berusaha menghubungi nomor itu tetapi tidak berhasil, nomornya non-aktif.
Ia memilih berjalan keluar dari cafe itu, menuju mobilnya dengan tergesa-gesa.
"Kak Ri!" teriak Lyra. Ia melihat Lyra dan Arka ikut berlari menghampirinya.
"Ada apa? Ada apa dengan Melody?" tanya Lyra yang kini sudah bergetar.
"Sheila menculiknya dan.. dan aku tidak tahu hal gila apa yang akan dia lakukan pada Melody"
"Shit!" geram Arka sambil mengacak rambutnya. Dia tahu dia sedang berhadapan dengan orang licik, awalnya. Tetapi dia tidak tahu ternyata dia berhadapan dengan psikopat gila.
"Jadi kakak ingin kemana?" tanya Lyra. Orion dengan cepat memutar otaknya yang setara dengan Sherlock Holmes itu.
"Di depan rumahnya ada CCTV, akan aku lihat dia dari sana, lalu sebelum itu selama perjalanan aku akan melacak keberadaannya lewat iCloud*nya, seperti handphonenya aktif tetapi mungkin ia terikat tali, jadi tidak bisa menggapai handphonenya. Lagipula aku yakin handphonenya dibawa karena kebiasaannya membawa handphone dan selalu ia silent. Kalian langsung saja ke rumah Melody sekarang" jelas Orion panjang lebar.
Lyra dan Arka hanya mengangguk patuh dan mereka pergi dengan mobil masing-masing.
Orion sebelumnya sudah mencari keberadaan Melody dengan iCloudnya yang tersambung dengan iCloud milik Melody, dia sangat berharap ini bisa membantunya.
"Akan kutemukan kau, sayang" geramnya lalu menekan pedal gas.
*******
Hai!
Sudah lama sekali ya?
Cerita ini akan dilanjutkan lagi dan aku akan mulai aktif lagi! yeay.
Maaf tidak pernah muncul lagi dalam beberapa bulan terakhir karena keterbatasan waktu untuk membuat ceritanya sendiri.. bahkan untuk tidur saja kurang karena tugas:(
Dan oh ya! Selamat Hari Natal bagi yang merayakannya ya!
Please untuk kritik dan komennya di tulis di kolom comment ya gais!<3
Terimakasih sudah menyempatkan membaca dan mampir, have a nice saturday night loves.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Melody of Us
RomanceCerita ini tak ubahnya sebuah cerita cinta biasa. Dengan tokoh yang biasa. Seorang yang dingin dan seorang yang begitu aktif, dipersatukan dalam sebuah keinginan panah sang pemanah cinta. Mereka diikat sebuah cincin, tanpa cinta awalnya. Tetapi p...