HAI! Astaga. Sudah lama sekali ya udah gak update-update.
Anak Mahasiswa baru kalau ospek menyita waktu, pikiran, energi dan hati, sumpah. Hahaha.
Mohon dimaklumi karena baru saja jadi Mahasiswa Baru. Hehehe.
Maaf ya sudah dibuat menunggu terlalu lama. Silahkan membaca!<3
*******
"Dan secercah harapan itu muncul. Masih sudikah kamu bersanding denganku sayang? Ketika aku bahkan tak tahu harus berbuat apa pada benang kusut yang membelenggu kita"
*******
Author's POV
"Makasih ya" ujar Melody sambil melambaikan tangannya ke arah mobil Arka. Jendela mobil samping pengemudi itu turun, dan muncul wajah Arka dan Lyra.
"Sama-sama, dy" jawab Arka, disusul dengan anggukan Lyra.
"Take care ya baby!" teriak Lyra. Arka hanya tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat Lyra dengan heboh melambaikan tangannya. Melody ikut tertawa dan membalas lambaian tangan Lyra.
Setelah itu, mobil Arka melaju meninggalkan rumah Melody, dan Melody yang mematung, menelan sejuta kesedihan dan rasa iri di dalam hatinya.
Bagaimana kita keluar dari situasi ini mas? Aku bahkan belum rela melepasmu.
Dan setitik airmata jatuh untuk kesejuta kalinya.
********
"Jadi, kita kemana?" tanya Arka sambil melirik tunangannya yang kini dengan wajah kusut memandang ke arah luar jendela mobil.
Lyra menghela nafasnya. "Aku gak tau dimana kantornya Orion. Rumah tau tapi pasti jam segini dia gak lagi ada di rumah" gerutu Lyra sambil melirik jamnya yang menunjukkan pukul 5 sore.
"Kamu bisa telepon Gita? Kamu kenal kan?" tanya Arka sambil berhenti saat lampu lalu lintas berubah menjadi warna merah. Arka menoleh, mendapati Lyra mengangkat alisnya dan tersenyum lebar.
"Kamu pinter, ka!" teriak Lyra sambil memeluk Arka lalu mengeluarkan ponselnya. Arka yang terkejut melihat reaksi tunangannya itu hanya berdecak. "Dasar nyosor aja bisanya" gerutu Arka sambil melajukan mobilnya lagi ketika lampu lalu lintas sudah berubah menjadi hijau.
Lyra hanya terkekeh lalu mengetik nama Gita di ponselnya.
********
"Ri, gimana?" Orion berdecak, sambil melirik ke arah Keno dengan kesal. Dia sedari tadi masih mencerna maksud dari semua ini.
Dia menyangka, Juan lah juru kunci tak terlihat disini, tetapi Juan juga sang juru kunci yang membawanya ke awal permainan. Garis start.
Juan sendiri sudah pulang dan berjanji mencari tahu, walaupun tidak bisa memastikan.
"Bisa diam? Gue lagi pusing" gerutu Orion sambil membanting dirinya lagi-lagi ke kursi meja-kerjanya.
Keno menghela nafasnya sambil mengangkat kedua tangannya. Dia ingin sekali membantu, karena Orion banyak membantunya dalam bidang perkuliahan dulu, tetapi dia juga tidak ingin terlalu ikut campur.
"Oke. Oke. Tapi gue saranin, daripada lo diam di sini mending lo ngerjain sesuatu walaupun kemungkinan berhasilnya kecil" ujar Keno lalu berjalan ke arah pintu ruangan Orion, bermaksud meninggalkan temannya itu sendiri.
Orion mengangkat alisnya. Dia tahu, beberapa saat yang lalu, Keno mengeluarkan ide brilian, dan mungkin dia bisa mencoba saran teman kuliahnya ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Melody of Us
RomanceCerita ini tak ubahnya sebuah cerita cinta biasa. Dengan tokoh yang biasa. Seorang yang dingin dan seorang yang begitu aktif, dipersatukan dalam sebuah keinginan panah sang pemanah cinta. Mereka diikat sebuah cincin, tanpa cinta awalnya. Tetapi p...