Part 11 - White Horse

124 5 0
                                    

Hai! Update lagi hihi.

Lagi lancar ide yang ini soalnya haha. 

Vote dan commentnya ditunggu ya!:D Jangan sungkan meninggalkan kritik dan saran di kolom comment karena sangat berarti untuk aku juga, gais, hehehe

Selamat membaca!

Supaya lebih dapat feelnya sambil putar lagu White Horsenya Taylor Swift ya. Kalau gak ada bisa diputar di mulmed ;)

*****

"This ain't Hollywood, this is a small town. I was a dreamer before you went and let me down. Now it's too late for you and your white horse to come around"

White Horse - Taylor Swift

*****

Melody's POV

Aku tidak percaya apa yang sudah aku lihat. 

"Ini kan..." Mataku melirik Orion yang diam mematung dan rahangnya mengeras. 

"Bagaimana bisa?" desisnya. Aku melirik lagi perempuan yang tengah duduk di depan ruangan Om Dika. Beberapa saat kemudian, matanya melirik kami yang tengah diam mematung memandangnya. 

"Orion sayang!" teriaknya, rangkulan Orion menguat padaku. "Mau apa?" tanyanya dingin. Om Dika tiba-tiba keluar dari ruangannya. "Ah, kamu sudah datang" ujar Om Dika. Aku menyalaminya dan Om Dika mempersilahkan kami masuk. Kami disini maksudnya aku, Orion dan si cewek centil yang baru kami temui, Sheila. 

"Jadi, Sheila ini akan jadi sekretaris kamu saat kamu sudah mulai bekerja disini?" ujar Om Dika. Sheila tersenyum senang sambil mengangguk-angguk. "Om, dia siapa sih?" tanya gadis itu pada Om Dika, aku hanya menyerit dan mengalihkan pandanganku, kalau dia tahu siapa aku, aku pastikan dia akan diam seribu bahasa. 

"Calon tunangannya Orion" ujar Om Dika santai, aku hanya tersenyum dan melirik Orion yang diam dengan tatapan dinginnya. "Hah? What?" teriaknya sambil menajamkan pandangannya ke arahku. Aku memutar bola mataku sambil tersenyum manis. 

"Melody Gisela Hardiningrat" ujarku memperkenalkan namaku. Dia hanya mangut-mangut sambil menilai diriku dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Kok bisa sih? Orion kan punya aku, om" ujarnya manja. Aku menahan nafasku ketika dia berkata seperti itu, ini cewek kok gak ada malu sih?

"Loh? Gakbisa dong" ujar Om Dika sambil menyilangkan tangan di dadanya. Aku tersenyum semanis mungkin padanya. Lihat kan, dia menatapku dengan penuh iri dan benci. Dan tatapannya jatuh pada lengan Orion yang melingkar di pundakku. Dia menggeram kesal lalu menatap Om Dika. 

"Tapi saya masih jadi sekretarisnya?" tanya Sheila. Om Dika hanya mengangguk. "Sudah, itu saja, kamu boleh keluar sekarang" suara Om Dika berubah dingin dan datar, Sheila menatap wajahku lagi sebelum keluar ruangan. 

Aku hanya bergidik dan menatap Om Dika. 

"Maksudnya tadi apa pa?" suara Orion terdengar dingin sekali. 

"Papa tidak bisa apa-apa. Kamu tahu Om Tara? Sheila anaknya, dia meminta anaknya dibiarkan bekerja sementara waktu disini. Kamu tahu sendiri perusahaan Om Tara itu salah satu relasi besar perusahaan kita. Hanya 3 bulan dia bekerja disini, lalu dia keluar. Itu juga kesepakatan papa dengan Om Tara." jelas Om Dika dengan nada dingin yang mirip sekali dengan Orion.

Aduh, bisa-bisa aku membeku disini. 

Matanya beralih padaku dan pandangannya melembut. "Hai sayang, seperti biasa cantik sekali" ujar Om Dika sambil memelukku, aku terkekeh. "Om gak jauh beda sama Mas Dalva" ujarku sambil membalas pelukannya hangat. 

The Melody of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang