Bagian 02

710 43 10
                                    

Gavin memasuki kamar Arkan, setelah keributan di ruang makan tadi, Arkan lebih memilih berdiam diri di kamarnya, Gavin tahu, Arkan memang tak pernah menyukai kehadiran ibu dan adik tirinya sejak awal. Gavin pun sebenarnya sama, ia masih berat menerima ibu tiri dan adik tirinya, Bintang, baik bagi Gavin maupun Arkan, Farah dan Bintang itu sama-sama parasit di rumah itu namun di banding Arkan, Gavin lebih bisa bersikap acuh dan tak menunjukan ketidaksukaannya secara terang-terangan pada ibu dan adik tirinya itu.

"Ar.."

Arkan yang semula duduk melamun di atas ranjangnya lantas mengalihkan perhatiannya pada Gavin, Gavin duduk di sisi Arkan lantas mengusap puncak kepala adiknya.

"Kamu masih gak terima anak itu sekolah di sekolah kamu?"

"Ya.. Kakak pikir sendiri aja! aku ngelihat dia di rumah ini setiap hari aja rasanya muak banget, masa aku juga harus ngelihat tuh anak di sekolah juga!"

"Bukannya bagus ya kalo tuh anak satu sekolah sama kamu? kamu jadi bisa ngerjain tuh anak tiap hari."

Arkan terdiam berusaha mencerna ucapan Gavin, seulas senyum smirk tiba-tiba terukir di wajah Arkan, Gavin benar, hal itu bisa ia manfaatkan untuk mengerjai Bintang di sekolah nanti.

"Bener juga, Kak. Nanti aku kerjain tuh orang, biar dia tau siapa yang dia lawan dan sampai kapanpun, aku gak rela dua parasit itu tinggal di rumah ini."

Gavin mengacak surai Arkan sekilas lalu tersenyum, sementara Arkan, ia merasa beruntung masih ada kakaknya yang selalu ada di pihaknya dan selalu menyayanginya, entah bagaimana jadinya jika tak ada Gavin. Mungkin Arkan akan memilih menyerah pada hidupnya sejak dulu.

"Oh ya.. Mama gak ada hubungin Kakak?"

"Gak ada, Ar. Kayaknya Mama lagi sibuk banget, apalagi kan sekarang bisnis fashion nya Mama lagi berkembang pesat banget."

Mendengar itu, Arkan lantas menghela nafas dengan kepala yang tertunduk lesu.

"Arkan kangen Mama, Kak.." lirih Arkan

Gavin menepuk lembut bahu Arkan, ia tahu bagaimana sayangnya Arkan pada mamanya dan perpisahan kedua orangtua mereka delapan tahun silam jelas masih meninggalkan luka untuk Arkan.

"Nanti pasti Mama hubungin kamu, kamu yang sabar ya, Ar.."

"Iya, Kak."











                              ****

Bintang menatap pantulan dirinya sendiri di cermin besarnya lalu membuang nafas panjang. Hari ini ia resmi menjadi murid SMA, seragam yang melekat di tubuhnya merupakan seragam SMA Alexandria, sekolah yang sama dengan Arkan kakak tirinya.

Pada akhirnya, Bintang hanya bisa mengalah dan menuruti ibunya untuk bisa bersekolah disana, padahal alasan Bintang tak mau bersekolah di sekolah yang sama dengan Arkan adalah ia tak mau kakak tirinya itu semakin membencinya.

"Bin... ayo turun, sarapan dulu!" ucap Farah dari celah pintu kamar Bintang. Bintang tersenyum lalu merapikan rambutnya sekilas sebelum mengikuti ibunya ke ruang makan.

Disana sudah ada keluarganya yang berkumpul, minus Gavin yang hari ini ada kuliah siang dan memilih tidur lebih lama dari pada ikut sarapan.

Bintang duduk di samping Farah, ia melirik sekilas Arkan yang sedari tadi malah sibuk dengan ponselnya.

"Arkan.. taruh dulu hpnya!" ucap Bima, Arkan nampak menurut saja meski sebelumnya berdecak kesal.

"Arkan.. mau Mama ambilin nasinya buat Arkan?" ucap Farah di sertai senyumnya.

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang