Mengapa harus selalu aku yang di paksa mengerti rasa sakit orang lain? tak bisakah sekali saja ada seseorang yang memahami rasa sakitku juga?
Bintang Askara Rajendra
****
"Bintang, Ibu mau minta tolong sama kamu."
"Minta tolong apa, Bu?"
"Ibu mau minta tolong, tolong jangan terlalu dekat sama Gavin. Kamu tau kan Arkan gak suka hal itu? Ibu rasa kamu harus jaga jarak sama Gavin untuk sementara waktu. Ibu gak mau hubungan Gavin sama Arkan renggang karena kamu."
"Kenapa- kenapa Bintang gak boleh dekat sama Kak Gavin? Kak Gavin baik, bukannya Kak Gavin kakak Bintang juga? Kak Gavin juga udah bisa menerima Bintang seperti dia nerima Ibu. Jadi.. kalo Ibu bisa dekat sama Kak Gavin, kenapa Bintang gak boleh?" lirih Bintang sembari menatap kedua mata Farah dengan matanya yang berkaca-kaca.
"Bintang, kamu harus tau hal ini.. Arkan itu dari kecil udah di tinggal sama mamanya. Papa juga selalu sibuk dan jarang punya waktu buat Arkan. Selama ini yang dia punya cuma Gavin, jadi wajar kalo Arkan gak suka kamu deket sama Gavin. Arkan gak mau kakak kesayangannya di rebut sama kamu Bintang."
"Tapi Bintang gak ada niatan rebut Kak Gavin, Bu."
"Iya, Ibu tau, tapi jalan pikiran Arkan berbeda, kamu ngerti ya! Ibu cuma pengen kamu jauhin Gavin buat sementara kok, setidaknya sampai Arkan juga udah mulai bisa nerima kamu, bisa kan, Nak?"
Bintang kemudian hanya bisa mengangguk lemah sebagai jawaban, memang apalagi yang bisa Bintang lakukan selain menuruti ucapan ibunya?
Sejak kecil Bintang harus di tuntut mengerti semuanya, keadaan keluarganya, perasaan ibunya, perasaan Bima, perasaan Gavin, bahkan kini, ia harus mengalah pada Arkan dan mengerti perasaan Arkan. Namun tak pernahkah ada satu orangpun yang mau mencoba mengerti perasaan Bintang juga?
Mengapa ia selalu harus di tuntut mengalah demi kebahagiaan orang lain?
*****
Bintang memijit pelan keningnya, kepalanya pening saat memikirkan obrolannya dengan sang ibu selepas sarapan tadi pagi.
"Anak-anak.. waktu kalian mengerjakan soal dua puluh menit lagi."
Mendengar ucapan guru matematikanya, Bintang lantas terkejut, terlalu larut dalam lamunannya membuat Bintang lupa bahwa ia tengah mengerjakan ulangan harian matematikanya.
Bintang menggerutu dalam hati saat melihat lembar jawaban miliknya belum terisi sama sekali. Bintang lalu bergerak cepat mengerjakan soal-soal itu sebelum waktunya habis. Bintang rasanya ingin mengumpati dirinya sendiri yang begitu ceroboh hari ini, ia menjawab soal asal-asalan karena takut kehabisan waktu, Bintang sangat takut nilai ulangan hariannya kali ini anjlok gara-gara Bintang mengerjakannya tidak benar.
"Bego! Bintang bego!! bisa-bisanya lo ngelamun pas ulangan!!" gerutu Bintang dalam hati setelah mengumpulkan hasil ulangannya.
Tak lama bel istirahat berbunyi. Seperti biasa Reynand langsung menarik tangan Bintang untuk pergi ke kantin, namun entah karena terlalu bersemangat saat berjalan atau bagaimana, Reynand malah tak sengaja menabrak orang lain hingga membuat Reynand dan orang yang di tabraknya jatuh bersamaan.
"Akh! pantat gue!" keluh Reynand, Bintang yang sejak tadi berjalan di belakang Reynand juga ikut terjatuh. Namun jatuhnya Bintang tak sekeras jatuhnya Reynand.
KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG
FanfictionTentang Bintang dan segala lukanya.. Jungkook local fiction By:Windicandy