Bagian 04

448 45 11
                                    

Pukul 7 malam, Bima baru saja pulang dari kantornya dan memasuki rumahnya yang nampak sepi, hanya sang istri yang nampak menghampirinya dan menyambutnya saat pulang kerja.

"Kok sepi, Ma? anak-anak kemana?"

"Kalo Bintang, katanya dia gak ikut makan malem, lagi gak enak badan, kalo Gavin sama Arkan, mungkin di kamar mereka, Pa.. nanti Mama minta Bi Sari panggilin."

"Loh, Bintang gak enak badan kenapa? sakit, Ma? perasaan tadi pagi baik-baik aja."

"Biasalah, Bintang kan punya maag, Pa. Maagnya lagi kumat mungkin, nanti Mama anterin makanannya ke kamar Bintang ya.. Papa mending mandi dulu, nanti kita makan." ucap Farah yang tentunya adalah sebuah kebohongan dan Bima pun menurut saja.

***

Pintu kamar Bintang terbuka menampilkan Farah yang membawa nampan berisi makanan untuk Bintang sementara Bintang kini tengah serius mengerjakan PR di meja belajarnya.

"Ibu  tadi udah bohong sama Papa kamu bilangnya kamu gak makan malem karena gak enak badan, dari pada nanti Papa kamu liat luka kamu terus nanya yang macem-macem."

Bintang yang mendengarnya hanya bisa membuang nafas panjang, Farah lantas meletakkan nampan berisi makanan di atas nakas dan berdiri di samping Bintang.

"Di habisin makanannya, oh ya.. mulai besok kamu les, nanti pulangnya kan agak malem, kamu gak papa kan gak di jemput?"

"Gak papa kok, Bu.. Bintang bisa pulang sendiri."

"Bintang, kalo Ibu beliin motor mau gak? biar Bintang gak susah kalo kemana-mana, nanti biar Ibu yang bujuk Papa kamu biar beliin kamu motor kayak Arkan, Arkan kemana-mana juga pakek motor."

"Gak usah, Bu. Lagian motor kayak Kak Arkan mahal, Bintang gak mau ngerepotin Papa. Lagian kalo beli motor takutnya nanti Kak Gavin sama Kak Arkan malah ngomong macem-macem, Bintang gak mau mereka makin benci sama kita, Bu.."

Mendengar itu, Farah lantas mengusap surai Bintang. Ucapan putranya memang ada benarnya juga.

"Bintang, Ibu.. mau minta tolong sama kamu boleh gak?"

Mendengar itu, Bintang lantas menoleh dan menatap wajah sang ibu.

"Minta tolong apa, Bu?"

"Bintang lain kali jangan ngelawan Arkan ataupun Gavin kayak tadi ya! kayaknya Ibu benar-benar harus dapetin hati mereka juga supaya bisa di terima dengan sepenuhnya di rumah ini."

"Bukannya kemaren Ibu bilang supaya aku gak usah peduliin perlakuan mereka ya?"

"Iya.. tapi, setelah Ibu pikir lagi, mereka sulit nerima kita karena baik Gavin maupun Arkan masih sulit lupain mama kandung mereka. Ibu yakin kalo Gavin sama Arkan bisa lupain mama mereka dan nerima Ibu, mereka juga bisa nerima kamu.. kamu juga pengen kan ngerasa tenang di rumah ini? jadi, cara satu-satunya selain memenangkan hati papa tiri kamu juga memenangkan hati Gavin sama Arkan.."

Bintang tak menjawab, rasanya ia tak sanggup berkata-kata lagi.

"Bu.. tapi Ibu jujur sama Bintang, perasaan Ibu ke Kak Gavin sama Kak Arkan gimana? apa Ibu tulus sayang sama mereka?" tanya Bintang dan Farah lantas mengangguk.

"Ibu sayang sama mereka, Ibu tulus sayang sama Gavin dan Arkan.. cuma ya, terkadang Ibu sakit hati aja kalo mereka udah ngehina Ibu dan ngatain Ibu pelakor."

"Kalo emang Ibu tulus sayang sama Kak Gavin juga Kak Arkan, Bintang seneng dengernya, setidaknya nanti kalo pun Ibu bisa mendapatkan hati mereka, itu karena emang Ibu tulus mau menjadi Ibu sambung mereka."

"Udah ah! kamu nih kok malah nasehatin Ibu.. ya udah, kamu habisin makanannya, habis itu jangan terlalu malem tidurnya, Ibu mau keluar dulu.. piring bekas makannya nanti taruh lagi di dapur ya!"

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang