Bagian 26

330 61 26
                                    

Peristiwa pengeroyokan yang menimpa Arkan dan Bintang cukup menggemparkan SMA Alexandria, bahkan Rafael dan kedua temannya yang menjadi pelaku juga terancam mendapat hukuman berat yaitu di keluarkan dari sekolah.

Arkan masih tak percaya apa yang baru saja terjadi tadi. Seluruh tubuhnya seolah bergetar dan lemas, bahkan Arkan mengabaikan seragam putihnya yang berubah warna menjadi merah akibat darah Bintang yang mengalir begitu banyaknya. Arkan memandangi kedua telapak tangannya yang juga terdapat banyak bercak darah milik Bintang. Bintang masih di tangani di ruang UGD sementara Arkan di temani Gama dan ketiga sahabat Bintang yang ikut menyusul ke rumah sakit juga di buat cemas akan keadaan Bintang.

"Gam, kalau Bintang kenapa-napa gimana, Gam?" Arkan berucap sangat parau. Gama yang duduk di sampingnya tahu Arkan masih begitu shock dengan apa yang terjadi hari ini.

"Kita berdoa aja ya, Ar. Semoga Bintang baik-baik aja."

"Gam, semua ini salah gue. Coba aja Bintang gak nolong gue tadi, mungkin dia bakal baik-baik aja."

"Udah, Ar. Jangan salahin diri lo sendiri. Ini semua takdir, Ar."

Tak lama Gavin datang dengan peluh yang membasahi wajahnya menandakan bahwa pria itu baru saja berlari. Gavin langsung pergi dari kampusnya ke rumah sakit saat Arkan menghubunginya dan mengatakan bahwa Bintang di keroyok oleh teman sekolahnya.

Arkan yang melihat kehadiran kakaknya langsung memeluk Gavin dan menangis dalam rengkuhan kakaknya.

"Kak, semua ini salah aku. Aku minta maaf, Kak. Aku minta maaf."

Gavin melepas pelukannya, bisa ia lihat penampilan Arkan begitu kacau dengan seragam yang kotor dengan darah yang ia yakini adalah darah Bintang. Wajah adiknya juga nampak lebam.

"Jangan nyalahin diri sendiri ya, Ar. Bintang lakuin itu buat lindungin kamu. Itu karena Bintang sayang sama kamu, Arkan."

Mendengar ucapan Gavin entah mengapa seakan membuat dada Arkan terasa semakin sesak. Benar, selama ini Bintang menyayanginya, Bintang tak pernah membencinya sekalipun Arkan berkali-kali menyakiti hati Bintang. Bintang masih bisa bersikap baik padanya, namun entah mengapa selama ini Arkan selalu saja membenci Bintang tanpa alasan. Arkan kini merasa menjadi manusia paling jahat di dunia.

"Aku— aku nyesel, Kak. Aku nyesel udah jahat sama Bintang."

Gavin mengusap kepala Arkan dengan lembut. Ia lega mendengar ucapan Arkan tadi, setidaknya setelah ini Arkan akan mau menerima Bintang sebagai adiknya. Hanya saja, semoga Tuhan masih mau berbaik hati menyembuhkan Bintang dari sakitnya. Gavin ingin membahagiakan Bintang karena ia tahu adik bungsunya itu tak pernah mengecap kebahagiaan selama ini.

"Ar, muka kamu juga luka. Kamu udah obatin luka kamu?" tanya Gavin, Arkan menggeleng, ia sejak tadi menolak saat Gama mengajak untuk mengobati lukanya ke dokter karena bagi Arkan kondisi Bintang lebih penting saat ini.

"Ayo kita obatin dulu luka kamu. Baju kamu juga harus di ganti, Ar."

"Nanti aja, Kak. Aku pengen tahu keadaannya Bintang dulu."

Gavin hanya bisa membuang nafas panjang, ia mengerti kekhawatiran Arkan saat ini. Gavin juga baru menyadari kalau di sana tak hanya ada Arkan dan Gama namun ada tiga siswa lain juga.

"Kalian... temen-temennya Bintang?" tanya Gavin, ketiganya pun mengangguk pelan dan mulai memperkenalkan diri.

"Aku Anya, ini Fajar sama Reynand." ujar Anya lalu menunjuk Fajar dan Reynand.

"Nama aku Gavin, aku kakak sulungnya Bintang. Kalian panggil aku Kakak aja ya, biar lebih akrab."

Ketiganya pun mengangguk sopan mendengar permintaan Gavin. Bisa Gavin lihat wajah ketiga anak remaja itu nampak sembab, sepertinya mereka juga menangisi Bintang. Gavin sedikitnya bersyukur Bintang ternyata memiliki sahabat yang begitu baik dan peduli padanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang