Bagian 05

534 49 12
                                    

Pak Ifan, guru matematika itu benar-benar menghukum Bintang dan Reynand karena keduanya tak mengerjakan tugas, Bintang dan Reynand di hukum berdiri di tengah lapangan sembari hormat bendera sampai bel pergantian jam pelajaran berbunyi.

Bintang rasanya menyesal tadi pagi melewatkan sarapan karena kini lambungnya kembari berulah. Perut Bintang terasa sangat perih, wajahnya pun nampak pucat dan keringat dingin mengalir di pelipisnya.

Tubuh Bintang sesekali terbungkuk membuat Reynand yang melihatnya nampak khawatir.

"Bin.. lo gak papa? muka lo pucat banget."

Bintang berusaha mengulas senyum meski kini tubuhnya terasa sangat lemas dan kepalanya juga agak pening, cuaca yang panas terik juga seakan menambah penderitaan Bintang pagi ini.

"Gak papa.. lo bisa majuan dikit gak Rey! biar mataharinya agak ketutupan, panas banget soalnya."

Reynand pun menurut, tubuh tinggi Reynand setidaknya bisa sedikit menghalangi panasnya matahari yang terasa menyengat tubuh Bintang.

"Eh! eh! Bintang!!" pekik Reynand saat tubuh Bintang oleng dan akan jatuh namun beruntung Reynand cepat menahannya. Bintang tak sadarkan diri dan Reynand begitu panik saat ini.

Reynand  kemudian menggendong sendiri tubuh Bintang di punggungnya dan membawa Bintang ke UKS karena saat ini tak ada yang bisa ia pinta pertolongan karena semua murid tengah belajar di dalam kelas mereka.

"Mbak Dita... tolongin Bintang, Mbak," ucap Reynand pada Dita, penjaga UKS.

"Tidurin disini, Rey!" ucap Dita lalu membantu Reynand membaringkan tubuh Bintang di atas brankar.

"Kok bisa pingsan sih, Rey?"

"Tadi habis di hukum hormat bendera terus pingsan, katanya tadi Bintang belum sarapan, Mbak, " jelas Reynand, Dita kemudian mengambil sebotol minyak kayu putih dan memberikannya pada Reynand.

"Itu kancing atasnya di buka aja biar Bintang gak sesak, terus kasih minyak kayu putih, balurin ke dadanya sama kasih di bawah hidungnya juga!"

"Iya, Mbak."

"Ya udah, Mbak ambil air minum dulu takutnya nanti Bintang bangun."

"Iya Mbak.. makasih."









                         ****

Bintang  membuka kedua matanya lalu mengernyitkan keningnya, berusaha menghalau rasa pening yang mendera di kepalanya. Reynand yang melihat Bintang telah sadar lantas mendekati ranjang Bintang.

"Rey.. gue dimana?" lirih Bintang dengan sedikit linglung.

"Di UKS, tadi lo pingsan pas lagi di hukum Pak Ifan."

Mendengar itu, Bintang lantas berusaha untuk duduk di atas brankar dan Reynand dengan sigap membantunya, Reynand mengambil air hangat lalu membantu Bintang untuk minum.

"Minum dulu, Bin!"

Bintang pun tak banyak protes, ia meminumnya dengan bantuan Reynand. Bintang kemudian memegangi perutnya yang masih terasa perih, namun beruntunglah tak sampai mual seperti biasanya.

"Lo punya maag ya, Bin?"

Bintang hanya mengangguk saja.

"Mau minum obat gak? nanti gue minta ke Mbak Dita.. atau mau makan? gue bisa beliin bubur di kantin."

"Gak usah, Rey.. gue bawa obat kok dalem tas gue, gue juga bisa makan nanti pas istirahat.. oh ya gue pingsan berapa lama?"

"Setengah jam.. lo pingsan lama juga, Bin."

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang