Bagian 11

448 49 20
                                    

Reynand di buat khawatir karena Bintang tak kunjung kembali setelah hampir setengah jam yang lalu izin pergi ke toilet, karena kekhawatirannya dan perasaannya yang tak enak saat ini pada sahabatnya itu, Reynand akhirnya pergi menyusul Bintang.

Toilet khusus laki-laki itu nampak sepi dan kosong, hanya ada satu bilik toilet yang nampak tertutup rapat dan sepertinya terkunci dari dalam. Reynand yakin Bintang ada di dalam sana namun tak ada suara apapun yang terdengar dari dalam bilik toilet itu membuat Reynand semakin merasa ada yang tak beres dengan sahabatnya itu.

"Bintang... lo gak papa kan?!" teriak Reynand namun tak ada suara sahutan dari dalam sana.

"Bin!! buka pintunya!! lo gak papa kan Bin?!"

Reynand menggedor-gedor pintu toilet itu namun meski Reynand menggedornya beberapa kali seseorang yang berada di dalam sana tak memberikan respon sama sekali hingga akhirnya Reynand berinisiatif untuk mendobrak pintu toilet itu dengan mengerahkan seluruh tenaganya, ia tak peduli jika pintu itu akan rusak nantinya.

BRAKKK!!!

Percobaan pertama maupun kedua masih gagal, hingga pada percobaan ketiga Reynand berhasil membuka pintu toilet itu dan kedua mata Reynand terbelalak kaget saat melihat Bintang nampak sudah terkapar tak berdaya di atas lantai yang basah itu.

Reynand dengan cepat menyandarkan kepala Bintang di pahanya dan menepuk pelan pipi Bintang beberapa kali.

"Bin.. bangun, Bin!"

Reynand akhirnya bernafas lega karena melihat kedua mata Bintang yang terbuka meski nampak begitu sayu, Bintang nampak meringis tertahan sembari meremas perutnya yang benar-benar terasa sakit saat ini, bahkan nampak ada airmata yang mengalir di sudut mata Bintang menandakan ia benar-benar kesakitan saat ini.

"S-sakit.."

"Perut lo sakit ya, Bin? kita ke UKS ya, gue gendong."

Bintang hanya bisa pasrah saat Reynand menggendong tubuhnya di punggung Reynand karena tenaga Bintang seolah terkuras habis saat ini.

****

Reynand maupun Dita penjaga UKS sekolah di buat khawatir saat melihat Bintang terus merintih sakit sembari memegangi perutnya sejak tadi, Dita telah memberikan obat pereda nyeri namun sepertinya obat yang ia berikan pada Bintang tak terlalu berefek apapun karena Bintang masih merasa kesakitan saat ini.

"Rey.. kayaknya Bintang punya maag akut, mending di bawa ke rumah sakit aja! Mbak telpon ambulans aja ya, kasihan Bintang." ucap Dita saat melihat Bintang seolah hampir kehilangan lagi kesadarannya saat ini.

"Aku bawa mobil kok, Mbak. Biar aku aja yang bawa Bintang ke rumah sakit lagian di deket sekolah ini juga ada rumah sakit kan? aku telpon Fajar dulu ya Mbak supaya bantuin aku bawa Bintang sampe ke mobil." ucap Reynand.

"Ya udah, ntar Mbak mintain surat izin buat kamu sama Bintang ke wali kelas kalian."

"Makasih, Mbak."

Setelah menelpon Fajar, Reynand lantas mengambil ransel miliknya dan milik Bintang sembari menunggu Fajar, tak lama Fajar datang, tak hanya Fajar rupanya yang datang, namun Anya juga yang di buat begitu khawatir saat mendengar Bintang sakit.

"Si Anya katanya mau ikut ke rumah sakit juga " ucap Fajar

"Ya udah, lo bantu gue gendong Bintang ke parkiran, Nya.. lo tolong bawain tas gue sama Bintang sekaligus nanti lo nyetir mobil gue" ucap Reynand, Anya pun mengangguk setuju lalu mendekati Bintang yang kini nampak seperti menahan sakit sembari menatap sayu ketiga sahabatnya itu.

"Bin.. kita ke rumah sakit ya!" ucap Anya, Bintang hanya mengangguk lemah.

"Ma-af.. gue ngerepotin kalian." lirih Bintang dengan kedua matanya yang nampak berkaca-kaca karena menahan rasa sakit yang seolah menghujam area perutnya.

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang