Bagian 12

525 53 16
                                    

"Maaf, Bu. Tapi Bintang masih butuh perawatan, kondisinya tidak memungkinkan kalau harus pulang sekarang, apalagi Bintang juga masih butuh cairan infus untuk mengganti nutrisi tubuhnya." jelas Doni saat Farah meminta izin pada dokter itu untuk membawa Bintang pulang.

"Bintang udah gak papa, Om. Bintang pengen rawat jalan aja." ucap Bintang memohon pada ayah sahabatnya itu.

"Kalo di rumah sakit, gak ada yang jagain anak saya, lagian anak saya gak papa, cuma sakit maag, sakit biasa doang, minum obat sama istirahat terus jaga pola makan aja pasti sembuh, kok."

Doni menghela nafas panjang mendengar ucapan Farah, ia tak habis pikir mendengarnya.

"Bu.. masalahnya, maagnya Bintang ini maag akut, bukan maag biasa, butuh perhatian ekstra karena takutnya malah membahayakan tubuh Bintang ke depannya."

"Om.. Bintang mohon, izinin Bintang pulang, Bintang janji bakal jaga kesehatan Bintang kok, Bintang juga bakal jaga pola makan Bintang dan teratur minum obatnya."

Doni yang mendengar ucapan sahabat anaknya itu hanya bisa membuang nafas pasrah.

"Ya udah, Bin. Kamu boleh pulang, tapi kalo ada apa-apa sama kamu, itu di luar tanggung jawab Om sebagai dokter kamu juga di luar tanggung jawab rumah sakit ini."

Bintang hanya mengangguk sembari tersenyum tipis, ya.. setidaknya jika di rumah, ia tak akan terlalu merepotkan Farah nantinya.


****

Pagi itu sarapan keluarga Dewangga hanya ada Arkan dan Gavin, Farah dan Bima telah berangkat ke Surabaya dini hari sekali di antar oleh supir mereka dan akan seminggu berada disana, sebenarnya Gavin hari ini ada kuliah siang, biasanya Gavin akan tidur lebih lama jika memliki jadwal kuliah siang namun karena orangtua mereka tak ada dan Arkan juga tak suka sarapan sendirian jadilah Gavin menemani Arkan sarapan.

"Bi Sari, Bintang mana?" tanya Gavin saat asisten rumah tangga mereka yang bernama Sari itu tengah menyajikan hasil masakannya di atas meja.

"Masih tidur, Den. Lagi sakit, Ibu Farah nitipin Bintang sama Bibi soalnya Ibu kan ke Surabaya." ucap wanita paruh baya itu, Gavin yang mendengarnya terkejut tak menyangka, ia baru tahu bahwa Bintang sakit dan yang lebih membuat Gavin tak habis pikir, bisa-bisanya Farah meninggalkan putranya dalam kondisi sakit seperti ini.

"Bibi Permisi ke dapur lagi, Bibi mau nyiapin bubur buat Den Bintang."

"Iya, Bi."

Selepas kepergian Bi Sari, Arkan lantas menatap datar kakaknya itu, Arkan tak suka melihat Gavin yang sepertinya mulai memperhatikan Bintang.

"Kakak ngapain sih nanyain anak itu? gak penting banget!"

"Ar.. jangan gitu, sekarang kan kita udah mulai bisa nerima Mama Farah, itu berarti kita juga harus bisa nerima Bintang juga, Bintang kan anaknya Mama Farah, adik tiri kita juga, Ar."

Arkan yang mendengar ucapan kakaknya hanya bisa berdecak kesal, dalam hati Arkan rasanya sampai kapanpun ia tak akan bisa menerima Bintang. Arkan ingin Bintang merasakan yang selama ini Arkan rasakan, kehilangan kasih sayang seorang ibu, untuk itu Arkan bertekad untuk merebut kasih sayang Farah seutuhnya.

Setelah selesai sarapan, Arkan langsung pamit pada Gavin untuk berangkat ke sekolah, Gavin berniat kembali ke kamarnya untuk beristirahat sejenak, namun perhatiannya teralihkan saat tak sengaja berpapasan dengan Bi Sari yang tengah membawa nampan berisi bubur yang sepertinya untuk Bintang.

"Buat Bintang ya, Bi?"

"Iya, Den. Kata Bu Farah, Den Bintang suka susah makan kalo lagi sakit, makanya Bibi bikinin bubur, Bibi juga mau coba bujuk Den Bintang supaya mau makan, Den."

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang