Kedua mata Bintang perlahan terbuka bersamaan dengan kepalanya yang begitu terasa pening. Bintang mengerjap pelan saat sinar matahari terasa menyentuh lembut kedua kelopaknya. Bintang merasa seluruh tubuhnya terasa lemas dan nyeri. Bintang bisa melihat ada Gavin yang tidur di sisi ranjang yang ia tempati sembari menggenggam tangannya.
"Kak.."
Merasa terusik dengan pergerakan Bintang. Gavin lantas terbangun dan mendapati Bintang telah tersadar sejak pingsan tadi malam. Gavin bernafas lega melihatnya, ia mengkhawatirkan Bintang yang tak kunjung bangun sejak semalam.
"Bin, lo udah sadar? ada yang sakit gak? Kakak panggilin dokter ya?"
Bintang memegangi tangan Gavin dan menggeleng pelan, mengisyaratkan kakaknya supaya tak memanggil dokter.
"Gue baik-baik aja, Kak." suara Bintang terdengar begitu lirih.
"Baik-baik aja gimana? lo dari semalem pingsan, Bin."
Bintang memandangi kakaknya dengan tatapan penuh tanya. Seingatnya semalam ia berada di tempat les namun mengapa saat ini ia berada di rumah sakit, dengan Gavin pula.
"Kok gue ada disini?"
"Lo gak inget, Bin? lo kemarin malam pingsan di toilet tempat les lo. Guru lo yang namanya Juna yang ngasih tahu gue."
Mendengar ucapan Gavin Bintang hanya terdiam dengan segala pikirannya, apakah Gavin telah mengetahui semuanya? tidak, Gavin tak boleh tahu perihal penyakitnya.
"Kak, gue mau pulang aja ya."
"Lo baru sadar, Bintang. Dan kata dokter lo harus di rawat disini. Dokter juga bakal lakuin pemeriksaan menyeluruh sama lo."
Mendengar ucapan Gavin, sepertinya dokter belum melakukan pemeriksaan padanya dan Gavin juga belum tahu tentang penyakitnya, setidaknya Bintang bisa sedikit lega dengan hal itu. Ia hanya belum siap jika keluarganya tahu tentang penyakitnya, Bintang tak mau membebani siapapun apalagi sampai di kasihani.
"Gak usah lakuin pemeriksaan. Gue gak papa, Kak. Tadi malem gue pingsan gara-gara maag gue kambuh. Gue pengen pulang aja. Gue mohon, Kak. Gue bisa rawat jalan kok."
"Bin, nurut sama gue. Lo dirawat di sini dan lakuin pemeriksaan, gitu doang kok, gak ribet, Bin."
Bintang menggeleng cepat, bagaimanapun caranya, ia harus bisa pergi dari rumah sakit ini sebelum Gavin memaksanya melakukan pemeriksaan.
"BINTANG!!"
Gavin berteriak tak percaya saat melihat apa yang di lakukan Bintang. Anak itu mencabut paksa jarum infus yang terpasang di tangannya bahkan membiarkan darah menetes dari tangannya seolah tanpa ada rasa takut sedikitpun.
"Gue bakal pulang sendiri. Gue gak peduli lo mau izinin gue atau nggak!" ucap Bintang sembari berjalan meninggalkan ranjangnya namun Gavin tentu dengan cepat menahan langkah Bintang. om
"Bin, lo kenapa sih, hah? tenang dulu. Cepat balik ke ranjang lo."
Bintang hanya menatap Gavin dengan tatapan datarnya dan tetap berjalan tanpa menghiraukan kakak tirinya itu. Gavin membuang nafas jengah, Bintang benar-benar keras kepala.
"Oke, kalau lo mau pulang, gue anterin. Gue izin dulu sama dokter, tapi jangan kayak gini. Lo pulang sama gue."
Gavin mengalah, ia membiarkan Bintang dan sifat keras kepalanya itu menang kali ini meski Gavin sendiri seolah merasa aneh dengan apa yang di lakukan Bintang. Bintang seolah tengah menyembunyikan sesuatu dan Gavin tak bisa menanyakan hal itu pada Bintang karena ia yakin Bintang tak akan mau menceritakan apapun, Gavin akan mencari tahu sendiri nanti.

KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG
FanfictionTentang Bintang dan segala lukanya.. Jungkook local fiction By:Windicandy