Arkan memasuki rumahnya dengan berjalan lesu, sesekali ia meringis saat merasakan perih di area tangannya yang luka dan belum sempat Arkan obati itu.
"Arkan.. kamu kenapa?" tanya Farah saat melihat penampilan Arkan yang kotor dan berantakan, yang membuat Farah semakin terkejut adalah ia bisa melihat tangan Arkan yang berdarah dan lengan seragamnya juga robek dan di kotori oleh darah Arkan sendiri.
"Ini kenapa, Nak? kok luka gini?" tanya Farah yang di buat panik.
"Jatoh dari motor." ucap Arkan dengan nada datar seperti biasa, Farah menuntun Arkan untuk duduk di sofa sementara Farah mengambilkan kotak P3K untuk mengobati luka Arkan.
Farah mulai mengobati luka Arkan dengan memberi antiseptik terlebih dahulu, Arkan sesekali meringis saat merasakan perih, namun anehnya ia membiarkan saja ibu tirinya itu merawat lukanya kali ini, bahkan saat Farah membalut lukanya dengan perban, Arkan hanya diam dan tak protes dengan perlakuan Farah.
"Kok bisa sampe jatuh sih, Nak? terus ini tangannya gimana? sakit banget gak, apa perlu ke dokter aja? takutnya ada luka dalam juga."
Arkan menggeleng pelan sebagai jawaban.
"Gak usah.. Ma." lirih Arkan namun masih bisa di dengar oleh Farah, Farah menatap Arkan tak percaya, Farah yakin ia tak salah dengar tadi saat Arkan memanggilnya mama.
"Arkan.. t–tadi kamu manggil apa, Nak?" tanya Farah ingin memastikan.
"Ma—ma.. apa boleh, aku manggil tante kayak gitu?" lirih Arkan dengan suara paraunya, Farah yang mendengar itu tak kuasa menahan tangis harunya, wanita itu mengangguk cepat lalu mengusap surai Arkan dan anehnya Arkan lagi-lagi tak menolak perlakuan Farah padanya dan jika boleh jujur Arkan merasa nyaman di perhatikan seperti saat ini.
"Tentu sayang... Arkan boleh panggil Mama Farah dengan sebutan Mama, Mama seneng banget dengernya, Nak."
Arkan hanya tersenyum canggung, apa sekarang ini yang ia lakukan benar?
Apa tak ada salahnya ia mencoba menerima kehadiran Farah, toh! kini Tiffany mama kandungnya sendiri telah membuangnya, jika di pikirkan selama ini Farah selalu bersikap baik padanya maupun Gavin, bahkan Farah selalu merawat Arkan maupun Gavin dengan baik dan memperhatikan keduanya.
"Arkan... Arkan boleh peluk Mama?"
Dan Farah tak pikir dua kali untuk mengiyakan permintaan putra sambungnya itu, ia merengkuh tubuh Arkan dan Farah bisa merasakan bahu Arkan yang bergetar dalam pelukannya, Arkan merasakan perasaan yang selama ini hilang dalam dirinya.
Perasaan hangat akan pelukan seorang ibu dan itu ada pada Farah. Pelukan Farah begitu hangat, pelukan yang selama ini Arkan rindukan dari sosok seorang ibu yang bahkan tak pernah ia rasakan dari Tiffany.
"Terima kasih sayang.. terima kasih udah mau nerima Mama.. Mama sayang sama Arkan."
****
Bintang melenguh pelan, kedua mata bulatnya terbuka bersamaan dengan sensasi pening yang langsung ia rasakan, kepala Bintang seolah terasa berat saat ini.
"Bintang.. kamu sudah sadar?" Bintang mengalihkan pandangannya saat mendengar suara berat di sampingnya.
"K—Kak Juna.."
Ya, orang yang menolong Bintang tadi adalah Juna, guru lesnya yang masih muda, untuk itulah Bintang memanggilnya kakak karena memang permintaan pria itu yang meminta semua muridnya memanggilnya kakak.
"Tadi kamu ketabrak motor terus pingsan tapi orang yang nabrak kamu malah pergi, jadi aku bawa kamu kesini."
Bintang mengubah posisinya menjadi duduk dan dengan cepat Juna membantu pergerakan muridnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG
FanfictionTentang Bintang dan segala lukanya.. Jungkook local fiction By:Windicandy