Bagian 07

462 46 17
                                    

Arkan memarkirkan motor gedenya di dekat area taman kota. Menurut informasi yang Arkan dapat dari asisten mamanya, hari ini Tiffany tengah melakukan pemotretan disana. Arkan memang selalu mengikuti kegiatan mamanya diam-diam melalui asisten pribadi sang mama yang bernama Kayla itu.

Arkan turun dari motor gedenya setelah sebelumnya melepas helmnya, kedua matanya ia edarkan menatap sekeliling taman yang sudah nampak ramai oleh para staf dan juga beberapa model yang tengah melakukan pemotretan termasuk Tiffany mamanya. Arkan tersenyum tipis saat melihat sang mama yang tengah berpose dengan sangat luwes di depan kamera, busana yang Tiffany gunakan dan tatanan rambut beserta tatanan wajah Tiffany juga menambah kadar kecantikan Tiffany hari ini.

"Mbak Kayla.." Arkan menghampiri asisten Tiffany itu.

"Loh! Arkan, kamu beneran kesini? Mbak pikir kamu gak beneran pas bilang mau kesini."

"Aku pengen ketemu Mama, Mbak. Udah lama gak ketemu Mama.. Mama juga jarang ada kabar beberapa bulan ini, aku kangen sama Mama makanya bela-belain datang kesini." jelas Arkan, Kayla tersenyum lalu menepuk bahu remaja lelaki itu.

"Tapi Mbak Tiffany lagi pemotretan dulu.. gak papa kan kamu nunggu?"

"Nggak papa, Mbak. Oh ya.. aku nunggu di cafe yang ada disana aja ya, Mbak. Nanti kalo Mama udah selesai pemotretannya tolong kasih tau Mama buat nemuin aku disana." ucap Arkan sembari menunjuk sebuah cafe yang memang jaraknya dekat dari taman itu. Kayla kembali menampilkan senyum ramahnya.

"Iya.. Nanti aku sampein, Ar."

Arkan tersenyum tipis, setelah mengucapkan terima kasih pada Kayla, lelaki itu melangkahkan kakinya ke sebuah cafe yang letaknya berada di sebrang taman itu.

Arkan memesan minuman sembari menunggu sang mama, ia juga memainkan ponselnya demi mengusir rasa bosannya.

1 jam...

2 jam...

Bahkan hampir 3 jam Arkan menunggu namun Tiffany tak kunjung menampilkan dirinya.

Apa Kayla tak menyampaikan pesannya, atau bahkan Tiffany menolak menemuinya..

Arkan berusaha menepis pemikiran buruknya, ia hendak berdiri dan kembali ke taman itu untuk menemui lagi sang mama, namun Arkan kembali duduk di kursinya tatkala melihat persensi Tiffany yang berjalan menghampirinya.

Arkan mengulas senyumnya, ia sangat bahagia Tiffany mau datang menemuinya di tengah kesibukan pekerjaan sang mama hari ini, sementara Tiffany, wanita yang masih terlihat sangat cantik di usianya yang telah memasuki kepala empat itu hanya duduk di hadapan Arkan sembari memasang wajah datarnya.

"Arkan.. kamu ngapain datang kesini? kamu tau kan Mama lagi kerja saat ini dan Mama paling gak suka di ganggu saat sedang bekerja?!"

Arkan seolah tercekat mendengar ucapan Tiffany yang kelewat dingin itu, senyuman yang sejak tadi ia berikan pada sang mama luntur begitu saja, mengapa perkataan Tiffany seolah menunjukan bahwa ia tak suka bertemu Arkan, kemana kata-kata kerinduan yang Arkan harapkan dari sang mama karena berbulan-bulan bahkan mungkin hampir setahun tak bertemu itu.

"Arkan— Arkan kesini mau nemuin Mama, Arkan kangen sama Mama.. nomer Mama jarang aktif belakangan ini, kalo aktif pun Mama jarang balas pesan Arkan.."

"Mama sibuk Arkan, udah jelas kan? kamu liat sendiri Mama sangat sibuk makanya Mama gak bisa hubungin kamu.. lagian buat apa sekarang Mama hubungin kamu ataupun kamu hubungin Mama, bukannya kamu sama Gavin udah bahagia sama keluarga baru papa kamu itu!"

Arkan menggeleng cepat membantah ucapan Tiffany.

"Nggak!! Mama salah, Arkan sama Kak Gavin gak pernah bahagia sama keluarga barunya Papa.. baik aku maupun Kak Gavin masih sama-sama belum bisa nerima istri barunya Papa.. terutama buat Arkan, buat Arkan.. mamanya Arkan cuma Mama."

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang