Bagian 21

1K 80 18
                                    

"Yang gue tahu hubungan Bintang sama Kak Arkan kayaknya kurang baik. Kak Arkan kelihatannya kayak benci banget sama Bintang. Tapi, gak ada salahnya kan kita cari tahu masalah ini dari Kak Arkan?" ucap Reynand.

"Kayaknya kita gak perlu lakuin itu, kita bisa cari tahu itu dari Bintang sendiri, siapa yang udah nyakitin dia. Mungkin Bintang bakal cerita, cuma pelan-pelan aja, jangan bikin Bintang semakin tertekan, justru kita harus bikin Bintang nyaman dan percaya buat ceritain permasalahannya sama kita, kita harus bikin Bintang gak ngerasa sendirian lagi." ucap Anya

"Gue setuju sama Anya, lebih baik kita jangan gegabah dulu buat nemuin Kak Arkan, bisa-bisa masalahnya malah makin bertambah. Mending buat sekarang kita fokus aja dulu sama kesembuhannya Bintang." ucap Fajar yang di setujui kedua sahabatnya yang lain.

"Nya, nanti pulang sekolah kita ke rumah sakit ya, jengukin Bintang." ucap Reynand pada Anya. Anya hanya mengangguk pelan lalu tersenyum tipis, tiba-tiba perhatian Anya teralihkan saat ponsel dalam saku seragamnya berbunyi, ada nama ayahnya disana.

"Halo, Pa? ada apa, Pa?"

"Nya, Bintang."

"Bintang kenapa, Pa?"

"Tadi pagi pas Bintang bangun, Bintang ngeluh perutnya sakit terus muntah-muntah. Papa udah kasih obat tapi Bintang masih kesakitan, barusan dia muntah darah, Nya."

Sekujur tubuh Anya seolah menegang mendengar ucapan ayahnya.

"Terus sekarang gimana, Pa? Bintang gimana?" tanya Anya begitu panik.

"Bintang pingsan pas habis muntah darah sampai sekarang belum sadar, tapi keadaannya udah lebih stabil. Papa udah melakukan pemeriksaan menyeluruh sama Bintang."

"Pa, a-aku kesana sekarang boleh kan?"

"Boleh, Nya. Kamu minta izin dulu sama guru kamu kalau mau kesini."

"Iya, Pa."

Beberapa saat sambungan telpon pun tertutup, melihat reaksi Anya yang nampak kacau setelah menerima telpon dari ayahnya, baik Reynand maupun Fajar di buat penasaran.

"Kenapa, Nya?" tanya Reynand.

"Kata Papa Bintang tadi muntah darah terus pingsan. Gue mau izin pulang dan kesana sekarang. Gue khawatir Bintang kenapa-napa."

"Gue ikut, Nya." ujar Reynand.

"Gue juga." timpal Fajar

"Iya udah, ayo Jar, kita balik kelas buat izin dulu sama Bu Rani. Rey, lo juga izin dulu sama Bu Sandra."

****

Hari ini Farah di buat kalut saat memasuki kamar Bintang dan mendapati anaknya tak berada dalam kamar. Selang infus juga nampak menggantung begitu saja dan nampak ada bercak darah yang berceceran di lantai. Farah tahu kondisi Bintang masih lemah dan ia pasti nekat pergi dari rumah saat mereka semua tengah terlelap.

Rumah juga nampak telah kosong dan hanya ada Farah disana karena Bima dan Arkan telah pergi sementara Gavin juga masih belum pulang dari luar kota.

Farah berjalan cepat mengambil ponselnya dan menghubungi sang suami setelah sebelumnya mencari Bintang ke penjuru rumah namun tak menemukan putranya. Dalam benaknya apakah Bintang kabur karena mendapat hukuman dari ayah tirinya semalam. Dan jika benar karena hal itu, tentu Bima lah yang harus di salahkan saat ini.

"Halo, Ma, ada apa?"

"Pa.. Bintang gak ada di kamarnya, hpnya juga gak di bawa sama Bintang. Aku cari-cari sekitar rumah juga gak ada. Bintang kabur, Pa. Pasti gara-gara Papa hukum semalam makanya Bintang kabur. Bantu aku cari Bintang, Pa. Bintang masih sakit, aku khawatir, Pa."

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang