Part. 5

430 31 0
                                    


-kalo ada typo tandain^^

Alvan turun dari motornya ketika dia sudah sampai di parkiran monsion, jam kosong di pelajaran terakhirnya membuat dia berpikir tidak ada yang bisa dia lakukan lagi di sekolah, kecuali melihat hama yang sedang bermain drama menurutnya.

Berjalan dengan wajah datar melewati ruang keluarga yang ternyata ada Gino yang masih menatap layar ipadnya, dia yang memutuskan untuk tidak masuk ke kantor karena alasannya yang terlalu malas, toh sudah ada anak-anaknya juga yang sudah menganggantikannya.

Merasakan ada kehadiran seseorang Gino menatap heran kebaradaan Alvan, lalu melihat jam dinding yang tertera, mengerutkan kening ketika melihat waktu yang belum menunjukan waktu usainya sekolah.

"Mau kemana kamu?"

Alvan memberhentikan langkahnya lalu menatap malas ke sumber suara yang ternyata seseorang yang membuatnya merasa enggan untuk dia hadapi.

"Kamu memboloss?!" Sarkasnya.

Alvan hanya mengidikan bahunya tak peduli, dan lebih memilih melanjutkan langkahnya.

"Anak sialan.!! Dimna sopan santunmu? Kau tidak mendengar saya sedang berbicara?"

Alvan menoleh menatap datar ke arahnya "anda menayakan sopan santun terhadap saya? Jangan bercanda.!!"

Gino menggeram marah, lalu menaruh ipad nya dengan kasar, dan beranjak dari duduknya menuju ke arah Alvan.

Sampai Gino mencengkram rahang Alvan dengan keras, menatap nyalang ke arahnya, tapi itu tidak membuat Alvan meringis, dia membalas menatap dengan tak kalah tajamnya.

Gino mematung sesaat, bagaimna bisa tatapan itu ia pancarkan? Tatapan penuh kebencian? Tatapan tajam yang seakan dia adalah musuhnya? Bukan kah dia adalah anaknya?

"Sudah berani kamu sama saya?" Sarkasnya dengan tangan yang semakin kuat menekan wajah Alvan.

Prakk.!!

Alvan menepis kasar pergelangan Gino "jangan sentuh wajah saya dengan tangan kotor mu itu?"

"Lancang sekali bicara mu, saya ini Daddymu.!!" 

Alvan menyunggingkan senyumnya, menatap remeh ke arah Gino "ha apa ini? Anda mengakui saya sebagai anak? Sejak kapan?"

Gino terdiam sejenak, mencerna apa yang Alvan katakan, bukankah apa yang di katakan Alvan itu benar? Sejak kapan ia mengakui keberadaan Alvan? Bukannya dia tidak mau peduli dengan Alvan? Lantas perasaan tak enak apa ini?

Gino menunjuk tepat di depan wajah Alvan "diam kamu.!! Apa dengan perubahan kamu ini kamu sudah berani menantang saya? Dengan bersikap arogan seperti ini?"

"Lalu apa salahnya? Bukannya anda sendiri tak mau peduli tentang saya?"

"Jaga bicaramu.!! Apa begitu cara mu berbicara pada orang tua mu sendiri?!"

Alvan menatap remeh ke arah Gino "orang tua? Saya tidak akan pernah mengakui kebaradaan orang yang tidak menganggap keberadaan saya sendiri, tak terkecuali anda.!!" Tekan Alvan.

Dan itu membuat Gino marah, tatapan nyalang pun turut ia sertakan.

"Dasar tidak berguna, berhentilah untuk tidak menyusahkan saya anak sial-"

"Diam kau tua bangka.!! Saya sudah muak dengan ocehan mu itu" potong Alvan dengan tatapan tak kalah tajam

"Anak sialan.!!"

Plak.!!

Alvan menoleh ke arah kiri, ketika satu tamparan ia terima di pipi kanannya, hingga sudut bibirnya mengeluarkan bercak darah.

Alvandy ArrsyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang