Membuka helmnya perlahan, ketika motor sport yang ia tumpangi kini sudah sampai di parkiran sekolah, sampai dia menapakan kedua kakinya di tanah dan berbalik arah, Alvan sudah di suguhi dengan kedatangan ketiga orang yang tak lain adalah Deza, Rio dan Wisnu.
Alvan mengerutkan dahinya bingung "ada apa?" Mereka hanya menatap satu sama lain, lalu menatap Alvan heran. Apa ia lupa dengan kejadian dua minggu lalu?
"Lo lupa?" Tanya Deza.
"Rooftop" jawabnya dan berlalu mendahului mereka.
"Gua pikir dia udah lupa" celetuk Deza.
"Kita bisa apa?" Lirih Wisnu "ayo"
Sesampainya di Rooftop mereka hanya terdiam kaku tak tahu harus memulai dari apa, karena pasalnya orang yang menyuruh mereka untuk ke sini malah duduk terdiam di kursi tanpa ingin memulai pembicaraan.
"Al-"
"Permintaan pertama gua" potong Alvan lalu menatap mereka bertiga dengan datar "jangan pernah kalian membuat onar di sekolah, belajar dengan benar dan jangan pernah bolos tanpa alasan tertentu"
Mereka melongo tak percaya dengan tutur panjang Alvan, apa dia serius mengatakan hal itu? Tapi untuk apa?
"Gua gak permasalahin apapun kegiatan kalian diluar sekolah, tapi klo di lingkungan sekolah kalian buat onar, maka gua sendiri yang bakal habisin kalian" lanjutnya lalu berdiri dari duduknya.
Melangkah perlahan lalu menepuk pundak Deza "kalo lo butuh bantuan datang sama gua" ucapnya pelan namun dapat di dengar oleh Deza, dan setelahnya Alvan berlalu pergi.
Mereka mematung sesaat, mencermati apa yang Alvan katakan.
"Apa yang dia maksud Za?" Tanya Wisnu.
"Dia tau semuanya"
Rio menatap heran "maksud lo?"
"Dia tau semua tentang gua termasuk masalah keluarga gua" Rio berpikir sejenak dengan apa yang di katakan Deza, hingga menimbulkan beberpa pertanyaan di benaknya, dengan apa yang dia lontarkan, apa dia ingin membuat mereka menjadi lebih baik? Atau memang ada maksud tertentu? Mereka juga tidak tau.
"Bagaimana menurut lo Wisnu?" Tanya Rio.
"Gua rasa kita cukup ikutin apa kata dia, demi janji kita sama dia juga kan?"
Mereka mengangguk sekilas "gua setuju, lagian kita udah kalah telak juga sama dia kan?"
•••••••
Jam istirahat telah terdengar, Alvan yang memang sudah merasa lapar apalagi pada saat sarapan tadi pagi membuatnya belum memakan apapun selain setangah porsi dari makanan yang di sajikan tadi pagi.
Sampai atensinya beralih ketika dia merasa ada yang menariknya yang membuat dia harus mengikuti kemana arah orang yang membawanya kali ini.
Hingga mereka berada di belakang sekolah, seorang gadis kini menatapnya dengan sengit "lo lupa sama apa yang gua punya Alvan?" Alvan menaikan sebelah alisnya
Gadis itu Celline menggeram marah dengan respon Alvan tersebut "lo buat rencana gua kacaau Alvan, dan sekarang lo merasa gak bersalah? Apa lo mau semua itu terbongkar "
Alvan mengangguk sekilas, akhirnya dia tau apa maksud gadis ini "lakukan lah"
"Sialan.!! Lo nantangin gua hah?!"
Alvan menatap remeh kearah Celline "lakukan kalo lo mau nanggung akibatnya sendiri" jawabnya lalu berlenggang pergi.
"Alvan.!!" Teriaknya tak terima namun tak di hiraukan oeh Alvan "gua bakal buat lo nyesel. Ingat itu" namun Alvan malah memilih abai dan tetap melanjutkan langkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvandy Arrsyan
Teen FictionAlvandy Arrsyan seorang remaja 18tahun, sosoknya yang cerdas, dengan keahlian hacaker handal serta jago bela diri. Hidupnya yang sebatang kara, mengharuskan dia menjadi pribadi yang mandiri, dimana sikap yang tak mau kalah dari apapun itu membuat o...