Part. 16

290 39 8
                                    

•Enjoy Reading....

Drap.. drap..

Suara langkah kaki terdengar begitu nyaring, di kala tempat sepi dan minim cahaya itu ia pijaki secara perlahan.

"Tuan.."

Para pria dewasa dengan stelan jas hitam yang berjumlah tiga orang itu menunduk hormat, kepada pria yang berkisaran usia 24thn.

Mengangguk sekilas hingga dia membuka pintu sel besi bercat hitam, mendudukan tubuhnya di kursi tepat dengan sorot mata yang nenatap pada seorang remaja pria yang terkulai lemas dengan mata terpejam.

"Apa masih lama?"  Tanyanya tanpa melihat kesiapa dia bertanya.

"Sekitar 2 menitan lagi tuan" jawab salah satu pria berjass itu.

Hingga beberpa saat kemudian, remaja yang masih tergantung di rantai itu mengerjapkan matanya.

Menatap ke depan dengan lesu, hingga kilatan tajam ia lontarkan karena mendapati seseorang di depannya dengan duduk santai di atas kursi serta kaki yang bertumpu.

Merasa tak nyaman dengan pergerakannya, ia menatap ke arah kedua lengannya yang ternyata sudah terikat dengan rantai besi.

Rasa dingin menjalar di bagian lehernya yang ternyata terdapat kalung besi yang bertengker.

"Sialan.!! Lepasin gua.!!" Teriaknya.

"Diam lah Alvan" tekannya.

Ya dia Alvan, lehernya yang di beri kalung besi yang sedikit lebar, membuatnya tak bisa leluasa melihat kesegala penjuru arah.

Tangannya yang di kunci dengan rantai keatas serta kaki nya yang juga ikut di rantai, membuat dia menggeram marah dan menatap sengit pada pria yang sekarang masih terduduk manis.

"Apa mau lo ha?!" Sengit Alvan.

Remaja yang bernama Reksa Ranio Gavano itu beranjak dari duduknya, menatap Alvan dengan tajam.

"Darimana kamu belajar mencuri Alvan?"

Alvan mengernyit bingung, apa yg di maksud abang keduanya itu? Dia benar-benar tak faham.

Hahhh...

Reksa menghela nafas sesaat, lalu meronggoh benda pipih panjang itu dari sakunya, memperlihatkan layarnya pada Alvan hingga membuat dia akhirnya mengerti dengan pertanyaannya barusan.

"Rupanya lo yang bertanggung jawab atas keamanan perusahaan itu? Dasar bodoh.!!" Ucap Alvan di akhiri sebuah senyuman mengejek.

Reksa yang mendapat respon seperti itu menggeram marah, menatap manik Alvan tajam.

Grep..

Dia mengcengkram erat kedua pipi Alvan dengan tangannya "apa kamu mengerti dengan apa yang kamu katakan Alvan?!" Tekannya.

Alvan yang tak bisa berbuat banyak pun hanya mampu terdiam, menerima perlakuan yang sekarang Reksa lontarkan.

"Jawab.!!" Tekannya lagi.

Alvan hanya memutar bola mata jengah, bagaimna dia bisa menjawab, sedangkan kedua pipinya malah di himpit kuat oleh tangannya itu. Benar-benar devinisi orang bodoh pikir Alvan.

Reksa yang faham dengan gelagat Alvan melepas dengan kasar cengkaramannya, membuat Alvan harus merenggangkan otot mulutnya yang terasa kelu.

"Lo bodoh apa gimna.?!"

"Jaga bicaramu Alvan"

"Apa peduli gua?"

"Dasar anak sialan.!!"

Alvandy ArrsyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang