Part. 15

2.5K 154 9
                                    

•Enjoy Reading...

Gino menarik kerah baju Alvan, membuat dia terpaksa berdiri dan terserat ke arahnya "kamu ingin main-main dengan saya hah?!"

"Apa maksud anda?"

Melapas cengkramannya sesaat hingga dia melayangkan satu tangannya ke arah wajah Alvan, namun sebelum mengenainya, Alvan lebih dulu menahannya.

"Jangan pernah sentuh saya lagi dengan tangan busuk anda itu" tekan Alvan dengan sorot mata tajam penuh kebencian.

Seketika Gino terdiam melihat aura intimidasi yang begitu mencekam, namun itu tidak membuatnya merasakan apapun, tapi aura yang di pancarkannya kenapa terasa tak asing? Ini persis seperti pancaran aura Renhard meskipun tidak sekuat milik ayahnya.

"Kamu sadar dengan apa yang kamu lakukan Alvan? Dia abang mu sendiri"

Alvan mengerutkan dahinya bingung, sampai akhirnya dia menaikan sedikit sudut bibirnya "saya pikir kenapa?" Jawab Alvan lalu melengos pergi menuju meja belajarnya.

"ALVAN.!!"

"Apa peduli saya? Itu pun karena dia yang sudah dengan lancang melukai saya"

"Dia abang kamu Alvan.!!"

Alvan menatap sengit ke arah Gino "apa anda marah karena anak anda saya buat seperti itu? Apa anda marah karena anak anda saya lukai? Apa anda marah karena hal itu? Dengarr dia bukan lah abang saya, bahkan saya curiga kalo saya ini hanyalah anak haram anda.!!"

Deg..

Gino tersentak sesaat, pancaran tatapan sengit itu, dengan kosa kata yang dia berikan untuknya kenapa terasa asing? Ini terasa menyakitkan.

Alvan adalah anaknya, tapi kenapa meski raganya ada di depan mata terlihat jauh untuk di gapai, bahkan tembok kokoh itu terlihat sengaja terbentang di antaranya.

"Apa yang kamu katakan Alvan, kamu adalah anak saya, darah daging saya?"

Alvan tersentak sesaat dengan ucapan Gino, tapi buru-buru dia tepis semua itu "Anda mengakui saya tuan Gino?"

"Dasar anak sialan tidak tau diri, begini cara kamu berbicara dengan orang tua? Sadarlah akan posisi mu.!!" Tekan Gino yang sudah merasa geram.

"Jika anda kesini hanya untuk menuntut tentang apa yang saya lakukan terhadap anak andan itu maka anda tidak akan mendapat apapun." Alvan menjeda ucapannya seraya menajamkan matanya sesaat, lalu kembali dengan aura yang lebih mencekam "karena seperti yang saya bilang dari awal, siapapun yang berani menyentuh ataupun melukai saya, maka dia harus merasakan hal yang sama, bahkan lebih dari apa yang saya terima"

"SIALAN.!!"

Grep.!!

Gino mencekik leher Alvan dengan kuat, membuat Alvan seketika itu gelangagpan, rasa sesak mulai ia rasakan.

"Dasar anak sialan tidak berguna.!! Sadar lah posisi mu bajingan.!! Kau berani mengancamku. Hah?! Dimna rasa terimakasih mu? Kau bersikap arogan seperti ini supaya saya memerhatikan mu? Jangan harap.!!" Tekan Gino yang sudah berada di puncak ke marahannya.

Alvan brontak, dia berusaha melepaskan cengkraman Gino yang begitu kuat, ini sudahlah di ambang batas kesabarannya, dia tidak bisa terus menerima ini, ini bukanlah dirinya.

Lagi pun dia bukan orang tua kandungnya juga kan? Dia hanyalah orang asing baginya. Jadi tidak masalah jika ia harus berbuat lebih terhadap tua bangka ini kan? Lagi pun selama ini dia tidak membalas menyakiti Gino bukan karena dia tidak mampu, tapi karena perasaan yang lebih mendominasi dia untuk lebih menghargai Gino.

Alvandy ArrsyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang