Alvan menatap malas pada seorang wanita, yang sepertinya seumuran dengan Alvan saat ini."Ada apa dengan tatapan itu? Kenapa rasanya seperti gue yang terintimidasi? Ngga, dia tetap lah Alvan si bocah cupu itu" gumamnya dalam hati ketika melihat manik Alvan menatap dengan berbeda ke arahnya.
"Ma-maaf Alvan aku gak sengaja, sungguh" ucapnya "biar aku lihat apakah ada yang luka?"
Ketika tangan dia hendak menyentuh pakaian Alvan..
Plak.!!
Alvan menepisnya dengan kasar "jangan sentuh" tekannya.
"Aku hanya ingin melihat keadaan mu Alvan"
"Baru juga nyampe kantin udah ada yang ngerusuh ajh"
"Iya tuh, tapi dia siapa?"
"Lah bukannya itu si Alvan kan?"
"Si cupu flying victim itu?"
"Kalo dari wajah sih dia"
"Ngaku ngaku jadi adek kandungnya Dion dan Laksa? Tapi nyatanya jauh beda? Apa sih yang ada di pikiran bocah itu?"
"Gak habis pikir gua juga"
"Mungkin karena selalu ngerasa tersisih dan banyak yang ngebully jadi nyebabbin dia cari sensasi biar aman selama disini"
Bisik-bisik pun mulai terdengar, Alvan melihat ke arah sekitar yang ternyata sudah ramai dengan banyaknya siswa yang mulai berdatangan.
Sedangkan di satu sisi, wanita itu malah menyunggingkan senyumannya.
"Biar aku lihat Alvan, aku takut punggungmu melepuh karena kuah soto milikku" ucapnya dengan nada sendu.
"Tak perlu" jawabnya lalu beranjak dari duduknya.
"Alvan ini sebagai bentuk pertanggung jawabanku, aku gak mau yah kalo nanti kamu kenapa-kenapa malah menunduhku lagi"
Alvan menoleh ke arahnya, lalu menaikan sebalah alis nya.
"Lagi?" Satu kata itu keluar dari bibir Alvan.
"Yahh, karena aku dekat dengan Laksa, kamu selalu menuduhku karena kehadiran ku membuat mu tak bisa dekat dengan Laksa kan?, karena kamu adalah adik kandungnya" Ucapnya dengan menekankan kata adik disana.
Hingga membuat beberpa pasang mata menatap jijik pada Alvan.
"Apa dia sebersikeras itu, bahwa dia adik mereka?"
"Tidak tahu malu"
"Bahkan mereka ajh gak mengakui tuh?"
"Jelas-jelas Eri yang adiknya ajh gak pernah sepamor itu untuk mencari sensasi pada mereka"
Kembali mendapatkan cibiran itu, Alvan memutar bola matanya malas. Lalu berlenggang pergi.
Sedangkan Celine wanita itu menatap tak suka "kenapa sikapnya jadi kaya gini? Apa dia lupa sama ancaman gua? Dan milih gak perduli? Apa dia mulai ragu dengan vidio itu?"
Flashback on >>
Koridor sekolah yang masih terasa sepi, hanya beberpa kalangan siswa yang berlalu lalang, Alvan berjalan dengan pelan menyusuri setiap kelas, kacamata bulat yang bertengker di batang hidungnya, seragam yang di masukan membuat dia terkesan seperti cwo soft boy?
Tapi nyatanya banyak yang ngejudge dia bahwa dia itu cupu, karena penampilan dia yang begitu kentara, seperti kutu buku.
"Eh... "
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvandy Arrsyan
Teen FictionAlvandy Arrsyan seorang remaja 18tahun, sosoknya yang cerdas, dengan keahlian hacaker handal serta jago bela diri. Hidupnya yang sebatang kara, mengharuskan dia menjadi pribadi yang mandiri, dimana sikap yang tak mau kalah dari apapun itu membuat o...