Alvan berjalan menyusuri koridor sekolah dengan tatapan datar yang seakan menaruh tanya di setiap para siswa yang berpapasan dengannya.Menuju rooftop yang sudah di katakan Wisnu sebelumnya, awalnya dia merasa enggan, tapi jika di pikir-pikir kembali, mungkin ini moment yang pas untuk memberi pelajaran kepada tiga orang itu untuk tidak mengusik ketenangannya lagi.
Hingga sampai dia membuka pintu rooftop Alvan sudah di sambut oleh ketiganya dengan seringaian meremehkan.
"Berani juga lo rupanya" ucap Wisnu
"Mungkin dia takut kalo gak nurutin kita lagi, dia bakal kaya gimana nantinya" timpal Deza dengan anggukan dari Rio.
"Jadi? Mau apa lo nyuruh gua kesini?" Tanya Alvan dengan tatapan yang sulit di artikan mengarah ke arah mereka.
Dan itu berhasil membuat mereka sedikit ciut, karena tatapan itu membuat mereka seperti berurusan dengan orang yang salah. Tapi ini Alvan? Apa benar Alvan sudah sekuat itu?
Buru-buru Wisnu menggelengkan kepalanya, menetralisir kan pikirannya untuk mengenyahkan perasaan dan pikirannya kepada Alvan, tidak mungkin Alvan berubah secepat itu, hanya dalam satu hari? Di saat mereka libur sekolah? Oh itu sangat mustahil.
"Udah mulai berani lo hah,?" Sargah Rio.
"Meladeni sampah seperti kalian? Apa yang perlu di takutin?" Sarkas Alvan dan itu membuat ketiganya menggeram marah.
"Sialan.!!"
Rio maju terlebih dulu, mengangkat tangannya untuk memukul Alvan di bagian wajahnya, tapi sayangnya itu tidak berhasil, Alvan berhasil mengelak.
Bught.!!
Satu pukulan pun Alvan layangkan hingga membuat Rio terhuyung jatuh beberpa centi.
'sial.!! Itu sakit. Sejak kapan dia punya pukulan sekuat itu?' gumam Rio dalam hati.
Wisnu yang melihat hal itu bergerak dari tempatnya, di susul Deza yang ikut meyerang Alvan.
Alvan yang memang sudah mahir dalam bela diri, mengelak dan membalas memukul mereka, hingga membuat mereka terduduk,
Lalu setelahnya Alvan menepuk tangannya seperti sedang membersihkan kotaran di tangannya, menatap remeh ke arah mereka.
"Hanya itu? Ayolah, kemana nada sombong itu pergi?" Cerca Alvan dengan nada meremehkan.
Merasa tak terima mereka kembali bangkit dari duduknya, lalu kembali menyerang Alvan secara bersamaan.
Kreak.!!
Aaarrghtt.!!
Bught.!! Bught.!!
Sssttthhh..
"Aaaaa.!!! Sakit sialan..!!"
Brak.!!
Hingga kurang dari satu menit mereka sudah tumbang dan terpakar di bawah lantai rooftop.
'sialan.!! Sakit banget anjing!" Gumam Wisnu
'apa tangan gua ada yang patah?' sakit banget ini gila.!!' guamam Deza menatap nanar ke arah tangannya yang merasa kelu.
'sejak kapan dia bisa sekuat itu? Apa dia hanya berpura-pura selama ini?' gumam Rio yang menerka Alvan.
Alvan yang melihat tatapan mereka menyunggingkan senyumnya.
"Santai saja, gua gak bikin tangan lo patah kok" ucap Alvan "eumm mungkin untuk dalam tiga hari lo gak bakal bisa guanain tangan kanan lo itu" lanjutnya.
"Si-sialan lo Alvan"
"Oh meresa kurang?"
Alvan berjalan ke arahnya, menyeringai menatap Deza dengan raut was-was yang sudah kentara di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvandy Arrsyan
Teen FictionAlvandy Arrsyan seorang remaja 18tahun, sosoknya yang cerdas, dengan keahlian hacaker handal serta jago bela diri. Hidupnya yang sebatang kara, mengharuskan dia menjadi pribadi yang mandiri, dimana sikap yang tak mau kalah dari apapun itu membuat o...