Part. 23

2.6K 151 17
                                    


"Sejak kapan kamu memiliki tatapan seperti itu?" Ucap Arka sembari menatap Alvan Intens.

"Aku tak mengerti"

"Kamu memiliki dua kepribadian yang berbeda Alvan?" Tanya nya lagi.

"Pertanyaan yang konyol" setelahnya Alvan berlenggang pergi masuk ke dalam lift tanpa merasa shok sedikit pun meski ia tau sepertinya ayahnya menyadari keberadaannya.

"Gino apa yang kau lakukan pada cucu manis ku?" Tekan Renhard menatap tajam.

"Apa maksud ayah?"

"Kau menyakitinya lagi?"

Gino terdiam, dia pun merasa demikian, apa karena perbuatannya yang sudah keterlaluan membuat Alvan menjadi seperti ini? Apalagi semenjak ia memutar isi dari memori card yang alvan berikan waktu itu.

Pikirannya seolah berkecamuk dengan beberpa pertanyan yang ingin ia tanyakan kepada alvan, rasa bersalah perlahan hinggap dalam benaknya.

Tapi apa itu memang rasa bersalah? Atau apa mungkin itu hanya hasil rekayasa Alvan hanya untuk mendapatkan perhatiannya lagi? Gino masihlah merasa bingung dengan pikirannya.

"Lupakan saja dan ingat jangan sampai kau menyesali perbuatan mu yang sudah terlampau jauh itu" ucapnya lalu menyusul Alvan.

•••••

Alvan duduk di tepi ranjang, mengabaikan Raka yang masih memperhatikannya.

"Alvan.."

Raka terdiam dia tak tahu harus memulainya darimna? Pikiran yang membuatnya bingung harus melakukan apa? Bahkan untuk memulai percakapan pun dia terasa sulit untuk bertanya mengenai apa?

Alvan melirik sekilas "kalo gak pnting mnding keluar, gua mau tidur"

Jujur Raka merasa tidak suka dengan tutur bahasa Alvan terhadap nya "Bisa kamu tidak memakai bahasa gaul kamu itu sama abang?"

"Serah gua lah, bibir bibir gua juga"

"Saya masih lah abang kamu Alvan"

"Urusannya sama gua apa?"

"Tapi abang gak suka dengan tutur bahasa kamu, setidaknya jangan gunakan bahasa gaul mu jika berbicara dengan abang" tekannya

"Kok lo ngatur? Hidup gua yang jalanin gua bukan lo" sarkas Alvan.

Hahh...

Raka menghela nafas sesaat, kenapa Alvan sangat keras kepala sekali sekarang? Bahkan sikapnya ini seakan tak mau untuk di bantah, apabila dia menekan Alvan maka dia yang lebih menekan balik meski tidak berpengaruh apapun bagi dia, tapi dia tidak mau jika harus ada jarak lebih dari mereka.

"Setidaknya biarkan abang dekat denganmu Alvan, karena dengan kamu menggunakan bahasa gaul mu itu, abang merasa masih jauh denganmu" lirih Raka.

"Nyatanya memang seperti itu kan?"

"Apa kamu benar-benar tidak mau memberikan abang kesempatan untuk dekat dengan kamu?"

Alvan termenung sesaat, dia bukannya tidak mau memberikan kesempatan tapi nyatanya ini bukanlah hak nya, karena dia hanyalah jiwa asing bagi tubuh Alvan saat ini.

"Gua gak butuh kata, gua butuh fakta, buktiin dan bukan cuman di mulut lo doang"

"Tapi bagaimana bisa? Jika kamu masih membentengi diri kamu sendiri sama abang?"

Alvan menatap sengit "jadi mau lo apa?"

"Tidak menggunakan bahasa gaul kamu, dan memanggil abang dengan semestinya" tegas Raka.

Alvandy ArrsyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang