•Enjoy Reading...
Alvan memicingkan matanya tajam, menatap sengit ke arah pria yang kini berada di hadapannya, yang tidak lain adalah Raka Abang pertamanya. Entah ada keperluan apa dia berada disini Alvan pun tidah tahu, karena ia pun masih merasa bingung dengan kehadirannya saat ini.
Raka yang biasanya cuek dan tak perduli apapun tenatang Alvan kini berada di hadapannya dengan tatapan permohonan?
"Apa lo tuli? Atau lo gak ngerti bahasa manusia?" sarkas Alvan.
"Alvan bisa kam-"
"To the point" potong Alvan
Hahhh...
Raka menghela nafasnya sesaat "Alvan,, abang disini hanya ingin meminta maaf sama kamu"
Alvan mengerut kan keningnya heran "gak salah denger gua?"
"Alvan abang sungguh-sungguh ingin meminta maaf, maaf kan abang selama ini yang hanya bisa diam tanpa melakukan apapun, abang tau yang abang lakuin itu salah"
"Lo nyesel gitu?"
Raka menangguk, seraya menatap alvan dengan intens "iya Alvan, abang benar-benar menyesal karena sikap abang yang malah acuh sama kamu"
"Dan lo tau gua ngerasain apa selama beberapa tahun?"
"Iya Abang tau, abang mengerti kalo kata maaf ajh gak cukup buat nyembuhin luka kamu, tapi abang mohon kasih kesempatan buat abang memperbaiki nya lagi"
"Telat"
"Alvan abang benar-benar minta maaf, karena abang merasa prustasi waktu itu, dan malah berimbas mengabaikan kamu, abang sebenernya ingin selalu di dekat kamu melindungi kamu-"
"Bokis lo ah" potong Alvan "mending sekarang lo pergi dari sini, gua udah muak sama kalian itu, kebohongan apalagi yang lo sembunyiin dari gua kali ini? Dan mau apain gua lo kali ini?"
"Sebegitunya kamu membenci abang Alvan?" Tanya Raka dengan sendu.
"Bukan cuman lo, tapi seluruh keluarga Penghuni minsion itu gua membencinya"
"Maaf kan abang Alvan, abang benar-benar meminta maaf, abang gak ada niat buat ngacuhin kamu tapi-"
"Tapi lo pengen liat gua menderita karena di siksa. Begitu kan?" Sarkasnya.
Raka menggeleng cepat, dia ingin memegang tangan Alvan tapi lebih dulu dia menepisnya "jangan sentuh gua dengan tangan busuk lo itu"
"Alvan kesabaran abang ada batasnya dengan lontran kata-kata mu itu" tekan Raka.
"Lo gak terima? Bahkan meski pun lo ngajak gua buat duel sampai mati, gua bakal terima meskipun harus gua yang lebih dulu meregang nyawa"
"Alvan.!!"
"Mau apa lo? Mencaci maki gua? Gak akan mempan, karena gua gak butuh hama bajingan kaya kalian, kalian cuman beban di hidup gua"
Hahhh...
Raka menghela nafas pasrah, sejauh itu kah jarak dia dengan Alvan sekarang? Mengapa rasanya seperti ada tembok besar yang perlu ia panjat untuk menggapai Alvan? Dan lagi sikap tak mau kalahnya ini, bagaimna Alvan memilikinya?
Padahal dulu tidak seperti ini. Meskipun dia selalu memantaunya dari jauh dia tahu betul bagaimna sikapnya yang lemah lembut, tatapan sayu, rona pipi dengan senyuman manis kini telah berganti dengan kata kasar dengan sikap arogan yang tak mau kalah, tatapan tajam, serta aura kebencian yang begitu mencekat. Apa dari evek keracunan waktu itu membuat Alvan jadi seperti ini? Tapi bagaimana bisa? Ini terlalu kentara. Atau memang Alvan sudah benar-benar merasa muak sampai dia mengeluarkan kepribadian yang selalu ia pendam?
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvandy Arrsyan
Teen FictionAlvandy Arrsyan seorang remaja 18tahun, sosoknya yang cerdas, dengan keahlian hacaker handal serta jago bela diri. Hidupnya yang sebatang kara, mengharuskan dia menjadi pribadi yang mandiri, dimana sikap yang tak mau kalah dari apapun itu membuat o...