20.16 waktu terpampang di layar monitor meja belajarnya, Alvan beranjak dari duduknya, meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Manatap laptopnya sekilas dengan sedikit senyuman karena hasilnya yang cukup memuaskan."Akhirnya selesai juga" monolognya
Kruyuk...
Suara dari perutnya pun terdengar, mengingat waktu jam makan yang sering dia lewatkan.
"Sabar napa elah.. iya gua isi ini" ucapnya lalu mengambil jaket kulit hitamnya dan berjalan keluar.
Ting.!
Pintu lift terbuka, menampilkan sosok Alvan keluar dengan wajah datarnya, menatap sekilas dengan malas lalu berjalan melewati orang-orang atau bisa di sebut keluarganya? Yang sedang berkumpul di ruang keluarga.
"Mau kemana lo anak sialan?" Sarkas Laksa yang sebenernya merasa heran ketika Alvan melewatinya tanpa menyapa.
Alvan yang merasa tak mendengar apapun menghiraukan pertanyaan itu, menganggap angin lalu seakan pertanyaan itu tak pernah ada.
"Alvan.!!" Tekan Dion, namun Alvan yang seakan tuli tak tak ingin menanggapinya.
Merasa tak ada jawaban yang keluar dari mulut Alvan, Gino mengerutkan dahinya bingung, karena biasanya mau panggilan seperti apapun dari kakak-kakaknya akan membuat Alvan berbalik dan menatap mereka dengan senyuman penuh harap. Namun sekarang? Apa ini?
"Alvandy Arrsyan Gevano..!!" Datar Gino yang berhasil membuat Alvan memberhentikan langkahnya.
Menatap malas ke arah Gino, mengerutkan dahinya dengan raut penuh tanya.
"Mau kemana kamu?"
Alvan menaikan sebelah alisnya bingung, lalu memutar bola matanya malas dan berbalik kembali melenggangkan langkahnya.
"Alvan.!! Saya bertanya disini.!!?" Tekan Gino.
Alvan menghela nafas panjang, lalu menatap tanpa minat "peduli?"
"Kurang ajar lo.!! Begitu sikap lo sama Daddy?" -Laksa.
"Sopan lo begitu Alvan?" -Dion.
Alvan menatap malas "sebegitunya lo pada pengen gua peduliin?"
"Jaga bahasamu Alvan.!!" Tekan Gino karena merasa perkataan Alvan sangatlah tidak sopan terhadap Daddynya?
Alvan yang merasa enggan untuk menjawab kembali melangkahkan kakinya tanpa peduli, sampai dia berada di ambang pintu Gino kembali bersuara.
"Alvan..!! Berani kamu menghiraukan Daddy?"
Alvan memutarkan kembali tubuhnya, menatap Gino dengan datar "udah mau ngakuin lo sekrang?"
Gino yang merasa geram, beranjak dari duduknya, melangkah menuju Alvan dengan aura yang cukup mencekam.
Apa Alvan merasa terusik? Tentu tidak. Karena di kehidupan dia yang sebelumnya dia sudah terbiasa dengan aura seperti itu bahkan menurut dia ini tidak ada apa-apanya
Gino berdiri tepat di depan Alvan lalu menatap nyalang ke arahnya "sudah berani membantah hm? Ingin menarik perhatian saya? Gak ada guna.!! Dengan cara kamu seperti ini itu lebih terlihat jijik"
Entah kenapa perasaan Alvan tiba-tiba menjadi sakit dengan ucapan Gino, memang tamparan yang pernah Gino layangkan pada Alvan terasa sakit di fisiknya tapi perkataannya kenapa jauh lebih terasa sakit daripada sebuah tamparan?
Alvan menyunggingkan senyumannya, mencoba menepis perasaan asing yang dia kira itu bukan miliknya.
"Heh dengar pak tua, anda pikir saya masih menginginkan perhatian anda? Tidak sama sekali, anda tidak usah berasumsi sendiri, dengan menggunakan kata 'perhatian?' hm, itu sangat memuakan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvandy Arrsyan
Teen FictionAlvandy Arrsyan seorang remaja 18tahun, sosoknya yang cerdas, dengan keahlian hacaker handal serta jago bela diri. Hidupnya yang sebatang kara, mengharuskan dia menjadi pribadi yang mandiri, dimana sikap yang tak mau kalah dari apapun itu membuat o...