•Enjoy Reading...
Terbaring di kasur, dengan lutut yaang di tekuk dimna seragam sd nya yang belum di lepas, mata sembab yang sudah kering dengan air mata, bibir semu dengan wajah pucat itu masih meracau menyebut nama sang Mommy.
Alvan kini masih dengan tatapan sendunya, suara tangisan pilu masih terdengar sedikit parau, meskipun air mata yang sudah tak kunjung keluar lagi, tanpa makan ataupun minum kini Alvan sudah seharian penuh berada di kamar.
Kemarin Alvan sempat memaksa ingin ikut keluar bersama abang pertamanya Raka, namun Raka berusaha meyakinkan Alvan untuk tidak ikut dengannya, dan dia yang masih menunggu kepastian dimana sang Mommy yang katanya masih kritis.
Tapi tak ayal Alvan masih merasa takut, takut hal itu akan benar-benar terjadi.
Sedangkan di sisi lain, kini ada beberapa orang yang masih termenung, wajah suram penuh dengan kesedihan, kepergian seseorang seakan membuat mereka merasa kehilangan kehidupan mereka.
Baju berwarna hitam senada, kini mereka semua duduk di ruang keluarga dengan keheningan yang ada.
Pemakaman yang sudah di selenggarakan, sang lentera keluarga mereka kini sudah hilang di bawa yang kuasa, menyisakan kehampaan di setiap relung hati mereka.
Raka melangkah perlahan, menuju lift karena acara pemakaman serta kesibukan atas pencarian dia tentang kejanggalan yang dia spekulasi sendiri tidak membuahkan hasil, hingga dia sampai melupakan adik bungsunya.
Membuka pintu perlahan, Raka menatap sendu ke arah Alvan yang sudah tampak kacau.
"Alvan.." panggilnya lembut.
Alvan langsung beranjak dari tidurnya, menatap Raka penuh harap. "Ba-bang.."
Alvan berjalan menuju ke arah raka secara perlahan meski rasa pusing melanda dirinya.
Brak..!!
"Alvan.!!"
Teriak raka dan buru-buru menghampiri Alvan yang terjatuh, membuat raka langsung menggendongnya ala kuola.
"Mo-mommy ba-bang, gi-gimana dengan mo-mommy?" Racau Alvan dengan terbata-bata.
"Kita keluar ok"
Alvan hanya diam pasrah menerima elusan lembut yang Raka berikan, hingga mereka sampai di ruang tamu Alvan menatap seluruh anggota keluarganya yang kini hanya berada Gino, Reksa, Dion dan Laksa.
Keluarga besarnya tak turut bisa hadir karena keberadaan mereka yang masih berada di USA, yang di perkirakan besok baru mereka bisa sampai di Indonesia.
"Da-Dadd..." Panggil Alvan pelan membuat semua atensi tertuju padanya.
Laksa beranjak dari duduknya menatap Alvan dengan sangar "dasar pembawa sial.!! Balikin mommy Laksa sekarang, balikin.!!" Geram Laksa dengan di iringi air mata yang kembali membasahi pipinya.
"Apa maksud abang? Bu-bukannya Mo-Mommy masih kritis di rumah sakit?"
"Mommy udh gak ada kamu tau.!! Dan itu semua karena kamu Alvan karena kamu" tekan Laksa.
"Mo-mommy gak ada kemana bang? Bukannya Mo-Mommy masih di rumah sakit? Ja-jangan buat Alvan takut bang"
"Mommy udah meninggal Alvan, dan itu semua karena kamu"
Alvan langsung menatap Raka "ba-bang " panggil Alvan dengan raut wajah meminta jawaban.
Raka hanya mampu mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvandy Arrsyan
Teen FictionAlvandy Arrsyan seorang remaja 18tahun, sosoknya yang cerdas, dengan keahlian hacaker handal serta jago bela diri. Hidupnya yang sebatang kara, mengharuskan dia menjadi pribadi yang mandiri, dimana sikap yang tak mau kalah dari apapun itu membuat o...