•Enjoy Readig...
Prang.... Brakkk....
Suara barang berjatuhan terdengar di kala seorang wanita berkisaran usia 30.an itu menatap marah ke arah suaminya dengan dalih perselingkuhan, hingga membuat dia membanting barang karena suaminya yang selalu mengelak.
"Cintya dengar, itu tidak seperti yang ada di pikiran mu sayang, tolong percaya aku"
"Percaya kamu bilang? Lalu ini apa Gino? Kamu bermain dengan wanita lain? Apa maksudnya ini? Jika kamu sudah tak sayang aku, kamu bosan denganku pulangkan aku" tekan Cintya.
Gino langsung memeluk Cintya dengan erat di kala dia melihat kilatan amarah yang begitu menyakitinya.
Vidio yang Cintya terima lewat pesan singkat di aplikasi WhatsApp menampilkan seorang pria yang tengah bermain di sebuah club dengan wanita yang duduk di pangkuannya.
Dan istri mana yang tak marah? Bila melihat suaminya bermain gila di belakang dia? Jika memang ada itu hanyalah wanita bodoh, yang tak mencintai pernikahannya.
"Lepas Gino lepas.!!"
"Engga Cintya dengarkan aku dulu, aku bisa jelasin"
Cintya mendorong kuat tubuh Gino, menatapnya dengan tajam "jelaskan sejelas-jelasnya"
"Cintya waktu itu -"
Triing.... Tring...
Suara nada dering telpon membuat ucapan Gino terpotong, dia pun berpaling dan lebih mengutamakan untuk mengangkat telpon.
"Hallo..?"
"Ah Alvan, maafkan Mommy sayang, Mommy akan segera kesana"
"Iya sayang, tunggu ya"
"Iyaa, gak akan lama kok"
"Iya sayang, Mommy secepatnya keasana ok"
"Bye sayangnya Mommy"
Setelah mematikan teleponnya Cintya kembali menatap Gino dengan tajam, lalu menunjuk tepat di wajahnya "urusan kita belum selesai" ucapnya lalu berlenggang pergi tanpa menghiraukan Gino dengan helaan nafas berat.
•••••••
Sedangkan disisi lain bocah yang baru menginjak kelas 3 sd itu menatap heran di pinggir jalan, melihat kanan kiri sisi jalan yang masih berlalu lalangnya kendaraan meskipun tidak terlalu ramai.
Pelajaran yang usai mengharuskan dia untuk berpulang, tapi setelah sampai keluar dia tidak menemukan jemputan yang biasanya sudah ada di depan gerbang.
"Hay Alvan kenapa masih disini?" Seorang wanita paruh baya menatap heran ke arah muridnya tersebut
Alvan melihat kesamping kiri arah sumber suara, dengan bibir yang maju beberapa centi alvan menatap ke arah wali kelasnya.
"Alvan nunggu jemputan, tapi gak ada"
"Siapa kali ini yang mau jemput Alvan?"
Alvan hanya menggeleng sebagai jawaban, karena biasanya yang menjemput Alvan itu berbeda-beda, kadang abang pertamanya, kadang abang keduanya atau engga sopir, meski yang lebih sering menjemputnya adalah sang Mommy.
"Mau ibu telpon salah satu keluarga mu?"
Alvan tersenyum sesaat, lalu mengangguk sekilas "telpon Mommy ajh bu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvandy Arrsyan
Teen FictionAlvandy Arrsyan seorang remaja 18tahun, sosoknya yang cerdas, dengan keahlian hacaker handal serta jago bela diri. Hidupnya yang sebatang kara, mengharuskan dia menjadi pribadi yang mandiri, dimana sikap yang tak mau kalah dari apapun itu membuat o...