Sinar matahari mulai menembus jendela kaca,membangunkan seseorang yang masih tertidur lelap. Mata elang itu perlahan terbuka sempurna,bibir tipis pink nya menguap lagi,rambut hitam kecoklatan,serta kulit putih,tak ada yang kekurangan dalam dirinya,sebut saja namanya Rey Dirgantara ia baru berusia 23 Tahun,putra dari salah satu CEO terkaya di Indonesia,yaitu Dirgantara Atmaja.
"Rey,kau sudah bangun?" teriak wanita paruh baya yang sejak tadi mengetuk pintu kamarnya,siapa lagi jika bukan Rita,sang mama. Mama Rita yang mulai kesal terpaksa membuka pintu dengan paksa,ia tersenyum lebar ketika melihat putra kesayangannya sudah bangun dari tidurnya dan kini sudah berpakaian rapih.
"Putra Mama sudah bangun,ayo turun kebawah! kita sarapan dulu,setelah itu kita akan pergi ke rumah Paman mu di desa."
"Iya mah,ayo turun ke bawah,mamah tak pegal sejak tadi berdiri disini dan berteriak memanggilku"
Mama Rita tersenyum dan turun ke lantai satu menuju ruang makan keluarga bersama dengan Rey.Setelah selesai makan Rey berkemas lalu kembali ke ruang keluarga,dimana mama dan ayah nya sudah menunggu disana.
"Rey,kau tak keberatan kan tinggal di rumah paman sementara ayah dan mama pergi ke luar negeri?" tanya Dirgantara yang tak lain adalah ayah Rey.
"Mau keberatan atau tidak ayah dan mama akan tetap menyuruhku tetap tinggal di rumah paman kan? padahal aku bisa menjaga diri sendiri disini,lagipula usiaku sudah 23 tahun mah,tolonglah!"Jawaban Rey membuat Bram dan Rita terkekeh,ada benarnya juga walaupun Rey keberatan dengan permintaan kedua orang tuanya,namun tetap saja ia harus mengikuti kemauan mereka.
"hanya sebentar saja,jika sudah selesai kamu bisa kembali lagi ke kota,lagipula kan sudah lama tidak berkunjung ke desa,kamu tidak merindukan anak gadis itu hm?" kali ini sang ayah yang bicara,membuat Rey mendelik malas. Apa katanya,anak gadis? ia bahkan tak tau siapa anak gadis yang di maksud ayahnya.Setelah 3 jam perjalanan akhirnya Rey sampai di desa,ia turun dari mobil menggunakan kacamata hitam nya,kemeja berwarna hitam senada dengan celana jeans yang ia kenakan. Benar-benar cocok dengan wajah nya yang tampan dan tubuh yang tinggi. Dirinya yang turun dari mobil mewah tersebut menjadi sorotan gadis-gadis desa yang tengah duduk di kursi dekat jalan.
"Mah mobil kita cuma sampai disini,jalan disana sempit" ucap Rey mengeluh,menatap jalanan kecil yang ada di hadapannya.
"Ayo jalan kaki saja,lagipula sudah dekat"Ajak Rita sang mama,Rey hanya mengangguk dan mengikuti mama dan ayah nya yang sudah jalan terlebih dahulu.Setelah berjalan kaki sekitar lima menit,akhirnya mereka sampai di depan rumah yang sederhana bernuansa Clasic benar-benar sejuk dengan bunga mawar putih di depannya.
"Permisi" teriak mama Rita mengetuk pintu beberapa kali.Gadis cantik keluar membuka pintu,bibir pink,kulit putih dan rambut coklatnya yang tergerai indah benar-benar membuat siapapun yang melihatnya terpana,termasuk Rey yang kini berdiam diri tak mengedipkan mata sama sekali.
"Kamu siapa?" tanya mama Rita bingung melihat gadis kecil di depannya. "Aku Rara putri dari ayah Bram" jawabnya malu-malu karna saat ini pandangannya mulai teralih kepada Rey.
"Hah Rara,astaga kamu sudah besar dan tumbuh menjadi gadis yang cantik." Ucap Dirga tak percaya,selama 10 tahun ia tak pergi ke desa terkejut melihat anak gadis sepupunya sudah tumbuh besar menjadi gadis yang begitu cantik.Dua keluarga itu tengah berkumpul di ruang tamu sederhana,Rara duduk di tengah tengah ayah dan ibu nya. Ia sejak tadi hanya menunduk saja merasa tak nyaman karna Rey selalu menatapnya.
'Orang itu kenapa liatin aku terus sih'Setelah lama mengobrol Rita dan Dirga berpamitan untuk kembali lagi ke kota karna esok paginya mereka harus pergi ke luar negeri.
"Rara,antarkan Rey ke kamar nya,mama menyiapkan makan malam dulu"
Rara mengangguk pelan dan mengajak Rey ke kamar tamu yang ada di sebelah kamar miliknya."Ini kamar kak Rey,kamar ku ada di sebelah jika ada sesuatu,kakak bisa memanggilku"
"Ya!" ucapnya singkat tanpa menatap Rara sedikitpun.
"Yaudah aku masuk mau istirahat" Rey langsung menutup pintu kamar dan meninggalkan Rara yang masih berdiri mematung di depan pintu.Rara pergi ke dapur untuk membantu mama nya,selesai memasak mereka semua berkumpul di ruang makan.
"Rara panggilkan Rey" Ucap Bram pelan,Rara mengangguk dan segera pergi ke kamar Rey.Sejak tadi Rara berdiri mengetuk pintu tapi tak ada jawaban apapun dari dalam kamar sepupunya itu.
"Kak Rey" panggil Rara lagi,karna kesal ia membuka pintu paksa. Tatapannya seketika melotot,terkejut ketika melihat Rey sudah ada di balik pintu,rambut basah dan perut kotak-kotak nya terlihat jelas di depan mata Rara membuat pipinya bersemu merah menahan malu.
"Ada apa Rara?" tanya Rey,sambil mengusap rambutnya yang masih basah.
"Ayo makan malam,mama dan Ayah sudah menunggu"
"aku akan kesana."Rey tersenyum kala mengingat wajah menggemaskan Rara yang merona menahan malu karna dirinya.
'Gadis kecil itu memang sangat menggemaskan'
Setelah selesai makan keluarga kecil itu berkumpul di ruang keluarga hanya sekedar mengobrol biasa,mulai dari pekerjaan Rey di kota hingga bisnis yang saat ini tengah di jalani oleh keluarga Dirgantara.
"Rey,sekarang kau berumur berapa Paman sudah lupa"
"23 tahun" Jawab Rey singkat,ia memang tak terlalu suka berbicara banyak,karena itulah sejak tadi ia hanya diam sesekali menjawab pertanyaan yang di layangkan sang paman dan mendengarkan ocehan Rara tentang sekolahnya.jam sudah menunjukan pukul 23:00,Bram dan Rita sudah kembali ke kamar,kini di ruang keluarga hanya tersisa Rara dan Rey yang masih menonton tv,diam-diam Rey menoleh ke arah Rara menatap wajah cantik gadis itu yang ternyata sudah terlelap tidur,dengan terpaksa Rey menggendong Rara dan membawa ke kamar nya.
Rey membuka pintu kamar dengan susah payah,ia menjatuhkan tubuh Rara di ranjang nya pelan-pelan. Ia menatapnya lama sampai akhirnya keluar dari kamar Rara dan pergi ke kamarnya untuk beristirahat.
Rey terbangun dari tidur nya ia segera mandi dan bersiap siap untuk membantu pamannya memetik buah-buahan di kebun,Bram menatap Rey yang sudah berpakaian rapih.
"Kau mau kemana Rey?"
"Tentu saja membantu paman,aku sudah tak sabar memetik buah-buahan"
"Tak perlu,semua pegawai paman sudah memetiknya,lebih baik kau jemput Rara ke sekolahnya biasanya hari sabtu jam 10.00 Rara sudah pulang"
"Tapi aku tak tau dimana sekolah Rara"
"Kau tinggal lurus dari sini habis itu belok ke kanan disana ada sekolah Rara,kau bawa motor itu" Bram menunjuk motor matic hitam yang masih baru untuk dibawa oleh Rey,Rey mengangguk pelan dan segera melajukan motornya."Rara kamu pinter banget si Matematika nya sampe dapet nilai A,aku malah dapet nilai C"
Keluh Ibel menatap Rara sedih,Rara hanya tersenyum.
"Aku hanya sering belajar saja,jika ingin kamu juga bisa ikut belajar bersamaku bel"
"Yaudah,aku bakalan ke rumah kamu deh buat belajar bareng"Obrolan keduanya tak berlangsung lama,karena kehadiran Rey yang tiba-tiba saja datang dan membuat keriuhan di sekolah,tentu saja siapa yang tak histeris melihat seorang Rey dirgantara,salah satu anak tunggal dari CEO terkaya,berita tentang keluarga Dirgantara sudah beredar dimana-mana tentu mereka semua mengenalnya.
Ibel juga menatap ke arah Rey pipinya memerah menahan malu menatap seseorang yang sangat tampan di depannya kini "Kenapa kak Rey kesini?" tanya Rara bingung dan mulai tak nyaman melihat tatapan teman-teman sekolahnya saat ini.
"Kamu pulang sama aku Ra,Paman nyuruh aku buat jemput kamu,ayo" Rara hanya mengangguk dan ikut pulang bersama Rey.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepupu Mesum
Teen FictionWarning! Cerita ini mengandung beberapa adegan 18+ Harap bijak dalam membaca ya guys!! Cinta memang selalu menyakitkan bukan?? tidak selamanya selalu di isi dengan kebahagiaan. Rara,gadis berusia 17 tahun yang masih duduk di bangku SMA itu,mencintai...