Part 14 Panik

894 5 0
                                    

"Ibel,kamu denger gak suara itu?"
Ibel ikut diam,mencoba untuk mendengarkan suara rintihan seseorang yang sepertinya tak jauh dari tempat mereka berdua. Karena penasaran,keduanya berjalan mengikuti suara yang sayup-sayup masih terdengar. Rara menutup mulutnya tak percaya saat melihat sesuatu yang menyakitkan di hadapannya kini. Seorang wanita tengah di perkosa dan di gilir oleh beberapa pria. Entah siapa mereka,Rara dan Ibel sama sekali tak mengenalinya.

Rara dan Ibel menangis melihat rintihan kesakitan wanita tersebut.
"apa yang harus kita lakukan Ra? Kasian dia" Ibel mencoba membuka suara.
"Aku gak tau,kita jauh dari pasar malam bel. Aku yakin Arka sama Sherfan juga pasti nyariin kita"
Keduanya masih sama-sama diam,hingga tepukan di bahu mereka masing-masing.
"agh..." Ibel menjerit kuat karena terkejut,tetapi diam setelah melihat Sherfan dan juga Arka yang baru saja menepuk bahunya.

"woi,siapa disana?" orang-orang yang tengah melakukan perbuatan bejat tersebut langsung menyudahi permainannya dan berjalan kearah dimana mereka berempat bersembunyi.
"itu siapa?" Sherfan berbicara pelan,menatap Ibel dan Rara bergantian "mereka orang jahat fan,kamu lihat perempuan itu. Mereka melakukan hal bejat padanya" bibir Rara bergetar menahan tangis,ia benar-benar ketakutan apalagi ketika mendengar langkah orang-orang yang mulai mendekat.
"Mereka makin dekat,kita lari aja balik ke..."
"woi,anak-anak b4ngsat!!!" pria yang tadi terlihat oleh Rara dan Ibel berteriak keras membuat mereka berempat lari tunggang langgang kearah hutan.

Mereka semua berlari asal tak peduli gelapnya malam yang membuat penglihatan mereka begitu kesulitan. Rara berkali-kali terjatuh membuat tubuhnya merasakan sakit yang luar biasa,tetapi langkahnya harus dipaksa terus berlari. Karena orang-orang tersebut nampak masih mengejar mereka di belakang,yang membuat mereka panik adalah ketika orang yang beramai-ramai mengejarnya itu membawa sajam seperti celurit dan juga parang.
"agh" semua menoleh kearah Arka,terlihat lengan pria itu mengeluarkan darah setelah pisau melayang mengenai lengannya. Membuat mereka buru-buru pergi karena menyadari rombongan yang mengejarnya semakin dekat,bahkan berani melukai.

Arka menarik semua teman-temannya masuk ke dalam rumah kosong yang berada di tengah-tengah hutan. Sebenarnya pernah ada desa di sana,hanya saja sekarang sudah tidak berpenghuni lagi menyisakan desa yang sudah kosong dengan rumah-rumah yang nampak kumuh dan juga hampir ambruk.

"kenapa masuk kesini? Kalo mereka ngecek ke rumah-rumah warga di desa ini gimana?" Sherfan nampak tak suka dengan Arka yang asal menarik dirinya masuk ke dalam rumah yang bahkan hampir roboh.
"kaki Rara tersandung batu,lihat itu!"
Sherfan yang memang sejak tadi sibuk berlari dengan Ibel bahkan tak menyadari kondisi Rara saat ini. Kakinya terluka akibat tersandung batu cukup kuat.

"Dia gak akan kuat buat jalan lagi" lirihnya pelan merasakan sakit di lengannya akibat luka yang sedikit menganga bahkan menampilkan d4gingnya.
"Ar,lengan kamu"
"gak apa-apa,jangan nangis Ra! Kamu harus tenang oke" Rara bergeming ia masih menahan Isak tangisnya apalagi ketika mendengar riuh suara yang sepertinya tengah mencari keberadaan mereka di sekitar rumah. Arka menarik Rara ke dalam pelukannya dan berkali-kali mencium pucuk kepala gadis itu mencoba menenangkan.

"mereka gak pergi,malah minum-minum di sana" tunjuk Ibel setelah mengintip rombongan yang baru saja mengejarnya.
"kita gak bisa keluar lewat pintu depan,pasti bakal ketauan. Lewat belakang juga belum tentu kita bisa kembali pulang"
"apa kita hajar aja ar?" Sherfan berbicara asal membuat kekesalan Arka semakin bertambah. Pasalnya lengannya saja sudah terluka parah dan apa katanya? Menghajar? Mana mungkin,mereka tak membawa perlengkapan apapun. Walaupun membawa perlengkapan untuk menghajar mereka,belum tentu keduanya berhasil,karena luka yang berada di lengannya benar-benar menyulitkan Arka.

"kalo lo mau ngadep tuhan duluan,silahkan. jangan ngajak-ngajak gue fan,gue masih perjaka belum ngerasain" jawabnya kesal dengan ucapan penuh penekanan sedangkan Sherfan hanya diam mencerna ucapan Arka.
"lewat belakang aja,mereka banyak. Kita bisa mati kalo lo nekat,pikirin kondisi Rara sama Ibel"
Sherfan diam lalu mengangguk dan ikut melangkah bersama dengan Arka yang sudah terlebih dahulu membawa Rara.

Sementara itu di tempat lain,Rey benar-benar gusar,perasaannya gelisah apalagi ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul 22.00 tetapi Rara belum kembali juga. Bahkan ia sudah menelpon berkali-kali tetapi tak ada satupun panggilan telepon yang tersambung,membuatnya emosi sekaligus khawatir.
"kemana anak ini,kenapa tidak bisa di hubungi." Rey tak bisa diam saja,ia melangkah keluar hendak ke rumah mbok Arsi tetapi urung saat melihat Erfan sudah berada di teras rumahnya.

"Lo anak si mbok kan?" Rey bertanya terlebih dahulu setelah melihat Erfan hanya diam saja. "iya"
"Sherfan mana? dia udah selesai belajar di sekolah kan? Kenapa jam segini belum pulang?" Mendengar pertanyaan Rey membuat Erfan bingung sendiri,pasalnya Sherfan meminta ijin untuk pergi bertanding basket. "Gak ada yang belajar di sekolah sampe jam segini,Sherfan sama temen-temennya tanding basket di luar sekolah,kemungkinan Rara sama Ibel juga dateng,Sherfan sempet bilang gitu sih"
Rey menyunggingkan senyuman kecut mendengar penjelasan Erfan,untuk pertama kalinya Gadis itu membohongi dirinya.

"terus ngapain lo kesini"
"agh iya,gue baru aja nelpon guru yang nemenin Sherfan tanding basket dan dia bilang pertandingan itu udah selesai pas jam tujuh malem tadi,sedangkan ini udah jam sepuluh gue khawatir apalagi ibu,dia nanyain Sherfan terus,mana ni anak ponselnya mati"
"Gimana kalo kita cari ke rumah temen Rara sama Sherfan,siapa tau mereka ada disana"
"oke,gue kebetulan tau beberapa temen yang dekat sama mereka"

Keduanya pergi untuk mencari Rara dan Sherfan,rumah pertama yang mereka tuju adalah rumah Ibel. Seorang wanita tengah duduk di teras rumah,raut wajahnya terlihat cemas dan beberapa kali memainkan ponsel seperti menghubungi seseorang.
"Permisi Bu,ini Erfan"
"Ah,nak Erfan. Ada apa nak? Tumben kemari"
"Bu sista,eum apa Rara ada disini?" Wanita yang bernama Sista itu nampak diam,wajahnya nampak berkaca-kaca mendengar pertanyaan dari Erfan.
"Kok kamu nanyain Rara kesini? Tadi sore Ibel pamit ke ibu mau kerumah nya non Rara,nak. Terus sekarang juga dia belum pulang,ponselnya gak bisa di hubungi" Jawaban dari Sista membuat Rey semakin khawatir,jika Rara dan Ibel belum kembali pulang,lalu kemana mereka perginya.

"Apa Rara belum pulang makanya kalian berdua nyari Ibel kemari?" Ragu-ragu Rey menganggukkan kepalanya pelan "saya sudah menghubungi,tapi ponsel mereka tak ada yang aktif"
"astaga,anakku Ibel" Sista hampir saja terjatuh jika tak ada Erfan yang segera membopong tubuhnya.
"Ibu jangan seperti ini,kita malah semakin khawatir. Aku sama Rey bakalan nyari Ibel sama Rara lagi"
"bagaimana jika mereka tak baik-baik saja Er,apalagi mereka anak perempuan,ibu sangat khawatir"
"Ibu sista tenang yah,sebaiknya ibu tunggu di dalam rumah saja,biar kami berdua yang mencari" Sista mengangguk pasrah setelah beberapa kali Erfan membujuknya untuk menunggu di dalam rumah saja.

"Ini rumah terakhir harapan kita,semoga mereka semua ada disini. Jika tak ada kita harus segera lapor pihak berwajib" Erfan menghentikan motornya tepat di halaman rumah yang begitu besar dan juga luas. Rey menatap ke kanan-kiri karena bingung rumah siapa yang ada di hadapannya kini.
"Ini rumah Arka,dia juga sahabat Sherfan" ucap Erfan yang sepertinya mengetahui kebingungan Rey saat ini. Tak lagi mengobrol keduanya bergegas untuk mendekat kearah rumah,sampai seorang pria paruh baya menghentikan langkah keduanya.

"nyari siapa mas, malem-malem gini"
"Pak,saya dari desa sebelah,anak Bu Arsi. Mau nanya,Arka ada di rumah atah tidak?" Pria itu nampak diam dan memperhatikan Erfan dan Rey bergantian.
"Ouh pasti kakaknya Sherfan kan?" tanya pria paruh baya itu dengan senyuman khasnya "nah,iya pak"
"maap tapi den Arka belum pulang,nyonya juga udah ngehubungin tapi gak bisa. Makanya temen-temen saya yang lain lagi keluar desa buat nyari,soalnya den Arka udah gak pernah lagi keluar rumah sampe tengah malem gini,udah dilarang keras sama kakek nya"

Keduanya memilih kembali ke rumah setelah mendengar penjelasan dari penjaga yang ada di rumah Arka. Rey masih diam dengan pikiran yang mengarah pada gadis kecilnya,jika saja ia tak mengijinkan Rara untuk pergi,mungkin gadis itu masih baik-baik saja di rumah.
"Bagaimana ini? Apa kita lapor polisi aja?"
"Gak akan di terima,mereka belum hilang 24 jam,ck gue kesulitan kekuasaan kalo di desa" gerutu Rey yang hanya di tatap bingung oleh Erfan.
"Sepertinya mereka menghilang bersama,karena kita tak bisa menghubungi mereka berempat bersamaan seperti ini" Rey diam setelah mengutarakan pendapatnya yang di angguki oleh Erfan. Tetapi sungguh di hati paling dalam Rey ingin mengamuk dan menghukum gadis itu jika kembali. Ia sudah sangat melarang agar Rara tak menemui Arka,tapi lihat? Gadis itu malah melanggarnya dengan diam-diam menemui pria itu,bahkan berani berbohong padanya.

'cepat pulang Rara! kau membuatku gila,keparat'

Sepupu MesumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang