Ibel menghentikan langkahnya tepat ketika melihat seorang perempuan tengah berada di pekarangan rumahnya. 'siapa dia?' gumamnya pelan,melangkah masuk ke pekarangan rumah dan menyapa ibu nya yang kebetulan tengah mengobrol dengan perempuan tersebut.
Ibel membisu tatkala bertatapan langsung dengan perempuan yang saat ini berdiri di hadapannya,dia merasa begitu tak asing dengannya,tentu saja karena mereka pernah bertemu sebelumnya.
"k-kamu Dinda?" Ibel terbata dengan ucapannya sendiri,ingatannya kembali,sungguh kekecewaan itu masih saja terasa menyakitkan sampai saat ini.
kini keduanya tengah berada di ruang keluarga.
"maap aku datang kemari? sudah lama aku ingin mengatakan hal ini sebelumnya" ucapnya menunduk.
"apa yang ingin kamu katakan? permintaan maap?"
"maap saja tidak cukup,aku tak pantas mendapatkan permintaan maap darimu! tapi kumohon Isabelle,jangan bersikap seperti ini kepada Sherfan! dia tak melakukan kesalahan apapun,aku yang datang meminta tolong padanya,kamu hanya salah paham saja waktu itu." keduanya mengobrol cukup lama,ibel sendiri cukup memahami apa yang sudah di ceritakan olehnya.Namun entahlah Dinda berbohong atau tidak,matanya tidak menyiratkan bahwa dirinya benar-benar tulus meminta maap. Hal itu bisa dilihat oleh Ibel,selama mengobrol tentang kesalahpahaman dulu,perempuan di hadapannya ini selalu saja berbicara berbelit-belit.
"maapkan aku jika pertanyaan ini akan menyakiti hatimu,tapi kehamilan itu..."
"yah,Arka melakukannya padaku,aku hamil. Aku tak bisa meminta pertanggungjawaban apapun,aku hanya terlahir dari keluarga biasa, sedangkan Arka? keluarganya saja jijik melihatku.""Kamu yakin Arka yang melakukannya?" kali ini Ibel memberanikan diri bertanya,sebab ia merasa sangat tak masuk akal jika Arka melakukan hal bodoh seperti ini. Walaupun iya,kenapa semua keluarganya hanya diam saja. Ia tau betul semua keluarga pria itu bukanlah keluarga biasa,bisa dibilang keluarga Arka adalah orang terpandang di desa. Mereka juga selalu menjaga nama keluarga dengan baik,itupun terbukti dengan keluarga mereka yang sama sekali tidak pernah mendapatkan nilai buruk dari semua warga desa.
"m-maap,aku tidak bermaksud mengatakan hal itu"Dinda tersenyum tipis,ia mengangguk pelan. Setelah dirasa sudah cukup mengobrol,Dinda berpamitan untuk pulang.
***
"Jadi? kerjaan mama sama ayah belum selesai?"
tanya Rey ketika sang ibu menghubungi dirinya melalui telepon.
"belum Rey,kerjaan ayahmu masih banyak disini,tapi jika kamu mau pulang ke kota,pulang saja nak. Mama tak enak terus merepotkan tante mu,lagipula kan sebentar lagi kamu akan di angkat menjadi CEO di perusahaan,sebaiknya kamu cepat kembali dan bersiap-siap ya nak!"
"Baik mah!"Telepon di matikan,kini Rey kembali bergabung di ruang keluarga bersama dengan Bram dan juga Risa yang tengah menemani Rara belajar.
"Bagaimana Rey? kamu jadi pulang ke kota?" kali ini Bram yang bertanya "Pekerjaan ayah sama mama belum selesai,tapi Rey akan pulang ke kota lusa nanti,mama sama ayah ini terlalu memperlakukan Rey seperti anak kecil,mereka lupa anaknya sudah sebesar ini"
"Semua orang tua akan seperti itu,mereka akan selalu menganggap anaknya menjadi anak kecil,meskipun usianya sudah dewasa"
"iya om"
"jika kamu kembali ke kota,Rara pasti akan sangat merindukan kamu"Rara menghentikan aktivitasnya dan menoleh pada sang ayah,pipinya bersemu merah mendengar hal itu.
"mana ada! ayah jangan berucap sembarangan"
"yakin? kamu gak bakalan kangen aku gitu?" Rey dengan sengaja mengerucutkan bibirnya seolah ia merajuk mendengar ucapan Rara,membuat gadis itu terkekeh pelan."Om dengar kamu akan diangkat menjadi CEO di perusahaan Dirga,apa itu benar?"
"iya,akan diadakan pesta juga,ayah akan mengundang beberapa rekan kerjanya yang berada di luar negeri,jika berkenan aku ingin om dan keluarga hadir juga disana"
"Baiklah,om akan hadir..."Malam semakin larut,Rara masih sibuk dengan buku yang sejak tadi menjadi bahan pokusnya. Bram dan Risa sudah pergi ke kamar beberapa jam yang lalu,menyisakan Rey yang saat ini menunggu gadis itu.
"masih lama?"
"sebentar lagi"
Rey menghembuskan napas kasar,entah sudah berapa kali ia bertanya,dan jawaban gadis itu juga masih sama saja. Rey mengantuk,tapi ia tak ingin tidur sendiri,membuatnya harus ekstra sabar menunggu gadisnya selesai.Rara merapikan buku yang baru saja ia pelajari ke dalam lemari,tatapannya kini beralih ke arah pria yang sudah terlelap tidur di kursi.
puk puk,ia menepuk pipi Rey pelan mencoba membangunkannya.
"kak,Rara udah selesai"Rey mengerjapkan matanya berkali-kali,ia tersenyum dan mengajak gadis itu untuk segera tidur.
"tidur di kamar masing-masing kan?" Rara bertanya ketika sudah berdiri di ambang pintu kamarnya.
"siapa bilang,tidur barenglah"
"gamau" Rara melangkah masuk kedalam kamarnya,saat hendak menutup pintu Rey sudah masuk terlebih dahulu membuatnya jengkel.
"awas aja kalo kak Rey macem-macem!"Rey menyunggingkan senyum lalu merebahkan tubuhnya di ranjang,menatap Rara yang saat ini tengah menatap dirinya kesal.
"kemari,ayo tidur. Aku gak bakal ngapa-ngapain Ra"
Rara tak mempedulikan ucapan Rey,ia ikut merebahkan tubuhnya karena kantuk yang sudah terasa begitu berat.Pagi-pagi sekali Risa sudah terbangun dari tidurnya,ia hendak pergi ke dapur untuk memasak. Ia yang kebetulan melewati kamar Rey sedikit memicingkan mata dan langsung masuk ke dalam kamar begitu saja ketika melihat pintunya terbuka. Ia juga mengecek kamar mandi,tapi tak menemukan Rey disana juga,membuat Risa sedikit khawatir.
"Rey kemana? Pagi-pagi gini udah gak ada,kamarnya juga tetep rapih,apa dia gak tidur di rumah?" monolognya,menatap seluruh ruangan kamar yang ditinggali anak kakak iparnya.Sementara itu,Rara terbangun dari tidurnya ketika merasakan berat di bagian tubuhnya. Ia menghela napas kasar dan berusaha melepaskan tangan Rey yang terus saja melingkar di pinggangnya. Napas pria itu juga tepat berada di tengkuknya,membuat tubuhnya menegang seketika.
"kak bangun" Rara menepuk pipi Rey berkali-kali,tetapi pria itu tak kunjung bangun juga. Rara menyunggingkan senyum aneh "oke kalo gamau bangun" ia menutup hidung Rey dengan tangannya,tak mempedulikan pria itu yang menggeliat sulit untuk bernapas."kamu mau aku mati?" Rey terbangun dari tidurnya dan melepaskan tangan Rara yang masih saja menutup hidungnya,membuat ia sulit bernapas.
"lagian,semalem udah di ingetin jangan macem-macem,tetep aja kan pagi-pagi pas bangun malah lagi meluk aku,kak Rey nyari kesempatan banget"
"lagian mana tau kalo meluk kamu,lagian aku juga tidur" ucapnya menjawab semua tuduhan yang di ucapkan oleh Rara,padahal jelas-jelas semalam ia memang memeluk gadis itu tapi tak mau mengakuinya.Rara beranjak dari ranjang hendak bersiap-siap untuk pergi ke sekolah,namun Rey menahannya dengan mengukung tubuh gadis itu di ranjang.
"a-apa yang kak Rey lakukan"
"Ahhh" desahan itu lolos begitu saja ketika lidah pria itu menyapu tengkuk lehernya dengan lihai. Rara memejamkan mata dengan mulut sedikit terbuka,mencoba menerima sensasi aneh yang diberikan oleh Rey.Ekspresi Rara membuat gairah Rey semakin meningkat,ia mencium bibirnya, menyesap dan juga menikmati setiap inci mulut gadis itu. Merasa ciumannya dibalas oleh Rara membuat Rey menyunggingkan senyuman di sela-sela ciuman mereka. Lama mereka berciuman, sama-sama bertukar saliva,menikmati setiap sentuhan lidah dengan napsu yang memburu.
Ketukan pintu membuat Rara begitu panik dan tanpa sadar mendorong tubuh Rey hingga terjatuh dari ranjang dan membentur dinding,membuat pria itu meringis sakit.
"Rara,buka pintunya nak,ini mama" Risa berteriak karena gelisah mengetuk pintu sejak tadi tapi Rara belum juga membukanya.
"iya mah" Rara keluar dari kamar memegangi pinggangnya "kamu kenapa? Terus tadi ada suara apa di kamar kamu?"
"eum itu mah,Rara jatuh dari kasur,terus ga sengaja kebentur lemari,pinggang Rara sakit" Risa menghembuskan napas kasar dan mengelus pinggang sang putri pelan "kamu ada-ada aja,yaudah sana masuk lagi,gak usah pergi sekolah kalo emang sakit"
"enggak mah,Rara bakalan tetep sekolah,lagian gak sakit banget kok"
"yaudah,mama mau masak dulu yah,sana siap-siap"
Rara mengangguk pelan dan kembali masuk kedalam kamar dengan tergesa-gesa,saat ini ia khawatir dengan kondisi Rey.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepupu Mesum
Teen FictionWarning! Cerita ini mengandung beberapa adegan 18+ Harap bijak dalam membaca ya guys!! Cinta memang selalu menyakitkan bukan?? tidak selamanya selalu di isi dengan kebahagiaan. Rara,gadis berusia 17 tahun yang masih duduk di bangku SMA itu,mencintai...