Cahaya mentari perlahan menembus celah jendela,menyinari wajah cantik Rara yang masih terlelap dalam buaian mimpi. Sinar mentari itu terasa hangat di kulitnya,membangkitkan rasa nyaman dan juga tenang. Dengan perlahan,ia membuka matanya dan menguap lebar. Mata hazelnya langsung tertuju pada jam berbentuk bulat yang tertera di nakas. "Ah,ternyata udah pagi" gumamnya sambil meregangkan tubuh. Ia segera bangun dari tempat tidur dan berjalan menuju jendela,menatap pemandangan hijau di depan sana.
Udara pagi yang segar langsung menyergap wajahnya. Ia menghirup udara dalam-dalam, merasakan kesegaran alam desa yang begitu menenangkan. Setelah selesai mandi dan berganti pakaian,ia langsung pergi ke dapur. Rara ingin menyiapkan sarapan untuk Rey. Dengan cekatan,Rara mengambil beberapa bahan makanan dari lemari es. Ia akan membuatkan Rey nasi goreng kesukaannya. Sambil memasak,Rara terus tersenyum. Ia merasa sangat bahagia. Hidupnya terasa lengkap dengan kehadiran Rey di sisinya. Dulu,ia tidak pernah menyangka akan sebahagia ini. 'Aku masih bersyukur bisa memiliki seseorang seperti kak Rey,aku senang dia bisa di sisiku. Semoga,selalu seperti ini...' gumamnya pelan,sembari mengaduk masakan yang ia buat.
Rey keluar dari kamar,rambutnya masih sedikit berantakan,matanya juga masih terlihat mengantuk. "Pagi,Kak Rey" sapa Rara sambil tersenyum manis. "Pagi,Sayang. Wanginya enak banget, lagi masak apa?" Rey melingkarkan tangannya di pinggang Rara,menghirup aroma wangi dari ceruk leher gadis itu. "Nasi goreng kesukaan Kakak" jawab Rara,sembari menghidangkan nasi goreng di atas meja. "Makasih ya,Ra. Kamu memang yang terbaik."
Mereka berdua sarapan bersama sambil bercerita tentang rencana-rencana mereka untuk hari ini. Setelah selesai sarapan,Rey membantu Rara mencuci piring,keduanya asik bercanda,sesekali Rey juga menjahili Rara dengan mencubit pipi gadis manis itu dengan gemasnya.
'Senang bisa melihat kamu tertawa seperti ini Ra,sudah lama rasanya aku tak melihat senyum indah itu di wajah cantikmu. Om,Tante, aku berjanji akan menjaga rara.'Tok Tok Tok
Ketukan di pintu depan membuat mereka berdua menghentikan canda tawanya,saling melirik satu sama lain.b"Siapa ya? ini masih lumayan pagi.." Rara meraih tisu yang tersedia di meja,lalu membersihkan tangannya.
"Kak Rey tunggu disini ya,biar aku yang bukain pintu"
"Ikut.."
"Jangan,liat penampilan kak Rey,berantakan!!" Rey memperhatikan penampilannya sendiri,yang hanya mengenakan celana pendek,ia juga tak mengenakan pakaiannya,membuat tubuh kekar itu terekspos dengan jelas. "Bilang aja kalo tubuh indahku ini tak mau dilihat orang lain! Ya sudah,kakak mau mandi dulu,kamu temui tamu di depan ya" Rara menganggukan kepalanya,menatap punggung pria itu yang berlalu pergi ke kamarnya.Rara membuka pintu dengan perlahan,Ia menatap sosok yang berdiri di ambang pintu dengan tatapan sendu. Ibel, sahabatnya sejak kecil,berdiri di sana. Udara di sekitar terasa begitu dingin, seolah ikut merasakan kesedihan yang menyelimuti mereka berdua. "Ibel," lirih Rara, suaranya begitu pelan. Air matanya kembali mengalir deras. Ibel melangkah masuk,memeluk Rara erat-erat. Tubuh mungil Rara bergetar hebat dalam pelukan Ibel.
"Aku di sini, Ra. Aku bakalan selalu ada buat kamu." Mereka berdiri di tengah ruang tamu yang sunyi,hanya diiringi oleh isak tangis mereka. Rara kembali mengingat saat-saat indah bersama orangtuanya, bagaimana mereka tertawa bersama, bagaimana mereka selalu ada untuknya. Kini,semua itu hanya tinggal kenangan yang tersisa.
"Aku nggak nyangka, Bel. Mama dan Ayah... mereka pergi secepat ini," ucap Rara, suaranya terputus-putus. Ibel mengusap lembut rambut Rara. "Aku tahu, Ra. Aku juga nggak nyangka. Tapi kamu harus kuat, ya. Mama dan Ayah pasti nggak mau lihat kamu sedih."
"Aku kangen banget sama mereka, Bel," isak Rara.Ibel mengangguk, air matanya juga terus mengalir. "Aku juga kangen dengan Tante dan om. Tapi kita harus saling menguatkan, ya." Mereka terdiam sejenak, hanya suara isak tangis yang memecah keheningan.
"Aku tahu ini berat buat kamu, Ra. Tapi kamu nggak sendiri. Aku selalu ada untukmu,bukan hanya aku, tapi kita semua ada untuk kamu" ucap Ibel lagi.
Rara menatap Ibel dalam-dalam. "Makasih, Bel. Aku nggak tahu harus gimana lagi kalo gak ada support dari kalian semua"
"Sama-sama, Ra." Keduanya kembali berpelukan,saling menguatkan satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepupu Mesum
Teen FictionWarning! Cerita ini mengandung beberapa adegan 18+ Harap bijak dalam membaca ya guys!! Cinta memang selalu menyakitkan bukan?? tidak selamanya selalu di isi dengan kebahagiaan. Rara,gadis berusia 17 tahun yang masih duduk di bangku SMA itu,mencintai...