Part 16 Emosi

579 6 0
                                    

"brengsek,bajingan!!!" Bruak....
Rey dengan emosi menghajar habis kedua pria yang hendak memperkosa gadisnya,ia merasa sangat tak terima apalagi melihat tubuh gadis itu sudah hampir terpampang dengan lebam dan luka-luka di sekujur tubuhnya. "Rey,udah cukup" Erfan mencoba menghentikan Rey yang saat ini sudah keset4nan menghajar orang-orang tersebut. Para warga yang tadi membantu pun ketakutan melihat amarah Rey yang menggebu-gebu,mereka hanya diam sembari membantu Sherfan,Arka dan Ibel yang tergeletak di tanah dengan luka di sekujur tubuh mereka.

Crashhhh...
Rey yang memang sudah diliputi amarah memenggal kepala pria yang tadi terlihat tengah menggerayangi tubuh Rara. Darah mengalir deras di leher pria tersebut,kepalanya sudah menggelinding jauh menyisakan tubuhnya yang langsung ambruk ke tanah. Pria yang tadi memegangi tubuh Rara seketika menggigil takut,ia memohon-mohon agar Rey tidak melakukan hal yang sama pada dirinya.

"Kau takut?" Rey kembali bersuara setelah apa yang ia lakukan,wajahnya terlihat tidak bersalah,ia malah menyunggingkan senyuman yang membuat siapapun menelan salivanya takut.
"A-aku mohon,maapkan aku" Rey hendak menghajarnya lagi menggunakan parang,namun urun saat merasakan sentuhan di kakinya.

"Kakh..." Suara itu mampu membuat Rey menghentikan aktivitasnya,ia menoleh kearah Rara yang saat ini terduduk lemah. "Hei,kamu sudah sadar? Apa yang sakit? Yang mana,bilang sama kakak?" Rara menggelengkan kepalanya lemah "Rara mau pulang" ucapnya pelan sebelum tubuhnya benar-benar pingsan di dalam dekapan Rey.

"Rey,sudah hentikan. Kita harus pergi sekarang,keadaan mereka semua tidak baik-baik saja,apalagi Arka dan Sherfan" Erfan mencoba memberi pengertian pada Rey,pria itu mengangguk ia tak membantah lagi seperti tadi.

Saat sampai di rumah,Rey dan warga lainnya terlihat bingung. "Bagaimana ini? Tak mungkin membawa mereka ke rumah sakit menggunakan motor,rumah sakit jauh dari desa" salah satu warga berucap.
"Semua mobil pick up pak Bram juga tidak ada,sedang di pakai oleh pekerja untuk mengirim hasil panen ke kota"

Saat sedang kebingungan karena tidak ada kendaraan,mereka semua menolehkan atensi saat melihat mobil mewah berhenti tepat di halaman rumah.
"Arion"
"Astaga,ada apa ini Rey?" ia bertanya karena bingung melihat keadaan di desa,tubuh Rey juga sudah berlumuran darah. Begitupun dengan gadis yang saat ini ada di gendongannya. "Tak usah banyak tanya,buka pintu mobilnya" Bentakan Rey membuat Arion tak lagi bertanya dan membuka pintu mobil membiarkan Rey dan warga lainnya membantu menaruh tubuh keempat remaja yang saat ini tak sadarkan diri di kursi belakang.

Rey tengah berada di ruangan tempat dimana Rara di rawat,gadis itu belum juga sadarkan diri membuat Rey semakin khawatir. Ia sudah menghubungi kedua orang tua Rara dan mereka dalam perjalanan kembali ke desa. Pintu ruangan terbuka,menampilkan Erfan dan juga Arion yang masuk kedalam.
"Bagaimana dengan kondisi mereka bertiga?"
"Dokter baru saja menjahit luka yang ada di punggung Sherfan dan lengan Arka,sedangkan Ibel sudah sadar. Saat ini ia tengah ditemani ibunya di ruangan."
Rey mengangguk setelah mendengar penjelasan dari Erfan.

"Aku sudah tau apa yang terjadi,mendengar penjelasan dari Erfan. Ck,emosimu memang tak bisa di kontrol sejak dulu. Kenapa gegabah? Warga desa bisa melaporkan ke pihak berwajib atas apa yang sudah kamu lakukan Rey" Arion nampak kesal kepada sahabatnya yang kini hanya diam saja.
"Kenapa tidak gunakan uangku saja untuk menutup mulut pihak berwajib? Biasanya juga begitu" Ucapan Rey mampu membuat Erfan menganga tak percaya "apa mereka juga bisa menutup mulut jika menggunakan uang?" Pertanyaan Erfan membuat atensi Arion menolah padanya "Ya,bisa dibilang begitulah. Aku bisa menyelesaikan apa yang sudah kamu lakukan Rey,tapi bagaimana dengan warga di desa itu? Dan keluarga Pamanmu!"

Obrolan mereka terhenti ketika Risa dan Bram masuk ke dalam ruangan. Tangis Risa pecah seketika melihat putrinya yang terbaring lemah di ranjang. "Astaga Rara,apa yang sudah terjadi nak?"
Bram menatap Rey yang saat ini hanya diam dan duduk di sebelah ranjang putrinya.
"Rey,katakan pada om apa yang sebenarnya terjadi,bagaimana Rara bisa berada di rumah sakit?"
Rey menghembuskan nafasnya kasar,ia menatap Bram dan Risa bergantian lalu mulai menceritakan semuanya pada mereka.

"Dimana pria satunya lagi?katakan biar aku yang membunuhnya" Bram dengan emosi menggebu-gebu menatap Rey dingin "Pak,pria tadi dibawa ke kantor polisi oleh warga" Erfan menjawab karena Rey hanya diam saja "Hukum tidak bisa membuat pria bajingan seperti dia jera,aku akan membalas apa yang sudah mereka lakukan pada putriku"
"Om tidak perlu mengotori tangan,biar aku yang melakukannya" Rey menjawab cepat setelah melihat gurat emosi dari wajah Bram yang sepertinya tak main-main dengan ucapannya.

Sudah dua hari berlalu,kejadian yang menimpa keluarga Bram sudah terdengar satu desa. Ada yang menanggapi merasa iba dengan kejadian naas yang hampir merenggut keperawanan anak gadis keluarga terpandang itu dan ada juga yang menanggapi dengan cemooh karena merasa tak suka dengan keluarga Bram. Rey duduk di kursi ruang tamu bersama dengan kepala desa dan beberapa warga yang melihat kejadian saat Rey membunuh salah satu orang yang sudah melakukan kejahatan pada keempat remaja di desa tersebut.

Bram keluar dari kamarnya dan berjalan kearah ruang tamu dimana Rey bersama dengan kepala desa dan warga lainnya tengah mengobrol.
"Maapkan kami mengganggu aktivitas kamu,kami kemari hanya ingin membahas masalah kemarin"
"Kenapa? Pak kepala desa ingin memenjarakan keponakan saya?" Bram menimpali ucapan Kepala desa dan duduk di sebelah Rey.

"Tidak pak Bram,saya bersyukur orang itu meninggal. Di desa sebelah dia sudah melakukan banyak kejahatan,bahkan hampir puluhan gadis yang ada disana sudah dia perk0sa dan di bunuh olehnya. Lebih parahnya lagi dia juga menjual organ tubuh gadis-gadis yang di perk0sa olehnya"
"Apa?" Rey terkejut bukan main mendengar penuturan kepala desa.

"Saya punya keluarga di desa sebelah dan sepupu saya yang masih gadis juga sudah menjadi korbannya,saya bahkan sudah melaporkan ke pihak berwajib tetapi mereka tak cepat menyelesaikan kasus ini"
"Lalu bagaimana dengan pria yang satunya lagi? Bukankah warga membawanya ke pihak berwajib?"
"Tidak pak,saya bersama rekan-rekan membawanya ke desa sebelah. Mengetahui hal ini mereka murka,dan selanjutnya melakukan hal yang... Saya tidak bisa menjelaskannya,saya takut" Warga tersebut menjelaskan yang membuat Bram merasa lega.

"Antek-anteknya juga sudah di tangkap oleh desa sebelah. Semoga tidak ada kejadian seperti ini lagi ya"
Kepala desa dan para warga yang menemani untuk membicarakan masalah yang sudah terjadi,kini berpamitan untuk kembali pulang ke rumah.

Sepupu MesumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang