Di sepanjang perjalanan pulang Rara maupun Rey hanya diam,tak ada obrolan apapun sampai akhirnya Rara membuka pembicaraan terlebih dahulu.
"Sepertinya kak Rey begitu terkenal,sampai membuat teman-teman sekolahku histeris begitu,haha" Rey mengernyitkan dahinya mendengar ucapan Rara,jujur saja menurut dirinya ia tak begitu terkenal. Tetapi ada beberapa berita yang memang menayangkan tentang keluarganya di televisi,apa itu sudah cukup membuat dirinya terkenal? ah tidak mungkin,pikirnya.
"Kak Rey jadi memetik buah-buahan?" tanya gadis itu pelan.
"Aku bangun kesiangan,sudah di petik duluan oleh pegawai"
"Besok Rara libur sekolah,gimana kalo kita petik buahnya bareng-bareng?"
"Emang gak ngerepotin kamu hm?"
"Nggak"Rey menghentikan motornya ketika sudah sampai di depan rumah,ia juga membuka helm yang di kenakan oleh Rara padahal gadis itu baru saja hendak membukanya sendiri.
'aduh,aku kenapa jadi gugup gini'"Kenapa ngeliatin,ganteng yah?"
"ish,siapa yang ngeliatin coba,kepedean banget sih"
"Udah sana mandi,bau banget huwekk"
Setelah mengatakan kalimat tersebut Rey pergi begitu saja meninggalkan Rara,yang saat ini tengah mati-matian menahan kesal ia cemberut mendengar ucapan Rey,lihat saja bibirnya maju sambil komat-kamit merapalkan kekesalannya.Saat ini Rara dan Rey sudah dalam perjalanan menuju kebun keduanya tampak asik berbincang-bincang,apalagi Rara yang begitu antusias mengajak Rey berkeliling kebun.
"Kak Rey disana ada Pohon mangga,udah banyak yang berbuah matang tapi Ayah jarang sekali menyuruh pegawai untuk memetiknya"
"Kenapa? bukannya bisa di jual?"
"Disini banyak sekali warga yang memiliki pohon mangga Kak,jadi mereka tak harus beli berbeda dengan buah-buahan yang lain seperti strawberry,anggur,dan apel hanya ayah yang menjualnya disini."
"Dimana tempat buah strawberry nya Ra?"Rara memegang tangan Rey dan mengajak nya pergi ke tempat yang di inginkan pria itu,setelah sampai Rara mengambil satu keranjang kecil yang sengaja di letakkan,untuk para pengunjung yang biasanya datang untuk mencicipi buah-buahan yang ada disana.
"Ambil ini,kak Rey bisa memetik yang sudah matang saja ambil disini jangan disana!"
"Kenapa memangnya?"
"Disana belum matang,buahnya masam" Ucap Rara dengan wajah nya yang dibuat-buat seperti sedang memakan makanan asam,melihat ekspresi dari wajah Rara sungguh Rey ingin tertawa namun ia dengan susah payah berusaha menahannya.Setelah selesai memetik Strawberry keduanya beristirahat di gubuk kecil yang sengaja dibuat untuk para pegawai beristirahat.
"kenapa disini sepi gak kaya di tempat buah apel tadi,banyak pegawai disana?"
"belum banyak strawberry yang matang,jadi para pegawai lebih sibuk kepada buah-buahan yang sudah mulai matang saja,lebih baik kak Rey coba buah nya"ucap Rara tersenyum menatap Rey yang tengah sibuk mengunyah buah-buahan yang baru saja dipetik oleh keduanya.
"Eum manis" Ucap Rey,Rara tersenyum dan mengambil buah strawberry lalu melahapnya. Namun "uhuk uhuk" ia mengeluarkan Buah yang ada di mulutnya dan berusaha menghilangkan rasa asam yang baru saja ia rasakan "Kenapa kamu?" tanya Rey khawatir ia memegang kedua pipi Rara "ma..sam" Rara benar-benar tak suka dengan rasa yang masih saja menempel di bibirnya,Rey mengambil buah yang sudah sangat matang ia mencoba nya sedikit lalu di berikan kepada Rara."ini enak"
"Kamu salah ambil,ngapain ambil yang belum Mateng?"
"Aku ga liat-liat tadi langsung ambil aja"
"Ambil nih!" Rey memberikan keranjang kecil berisikan strawberry yang sudah dipetik tadi dan berkeliling kembali.Baru beberapa langkah berjalan Bruk...
Rey kaget dan menoleh kebelakang melihat Rara sudah jatuh tersungkur di tanah,ia terpleset karena menginjak bebatuan kecil yang licin.
"Aww kak Rey sakit"
"Astaga Rara"Rey menyentuh kaki Rara yang sedikit memerah,ia menggelengkan kepala dengan kecerobohan gadis di hadapannya kini. Ia membungkukkan badan bermaksud untuk menggendongnya,karena tak memungkinkan untuk Rara berjalan,karena luka yang ada di kakinya.
"Ayo naik"
"Em tapi Rara berat kak Rey"
"Udah ayo,memangnya kamu bisa jalan?" Rara tak menjawab dan hanya menggelengkan kepala karena rasa perih yang ada di kakinya.Selama perjalanan Rara terus mengoceh kepada Rey menceritakan masa kecilnya,tentang sekolah,dan hari-hari yang sudah ia lewati.
Pegawai hanya tersenyum menatap dua insan yang menurut mereka sangat menggemaskan dan Rey hanya menanggapinya dengan ekspresi datar.Setelah sampai di rumah,Rey membawa Rara ke toilet yang terletak di belakang rumah,toilet tersebut biasanya di gunakan oleh beberapa pegawai untuk membersihkan tangan atau kaki mereka jika kembali dari kebun.
"Kak Rey gak perlu kaya gitu juga,Rara bisa bersihin kaki Rara sendiri"
Rey membuang muka malas,telinga nya sudah panas mendengar Rara berbicara terus sejak tadi.
"Lama lama kucium juga,kamu disini Ra!"Rara menutup mulutnya takut mendengar ancaman Rey,tetapi ia malah berbicara kembali semakin membuat Rey semakin jengkel.
Cup
Ciuman itu mendarat di bibir mungil Rara,Rey menatap wajah gadis di hadapannya kini dengan tatapan dingin,pipinya merona karena wajah keduanya sangat dekat saat ini. Jangan ditanya bagaimana kondisi Rara saat ini,ia seakan melupakan luka yang ada di kakinya dan malah ikut membalas tatapan Rey."Sejak di kebun sampai pulang kau berisik sekali"
"Eum Maap,aku kan hanya berusaha ngajak ngobrol kak Rey,tapi malah eum..."
ucapannya tertahan,karena malu mengingat Rey mencium dirinya. "Malah apa hm?" Rey menarik turunkan alisnya,menatap Rara mencoba menggoda gadis kecil yang tengah malu-malu dengan perbuatannya barusan. Rara segera menggelengkan kepalanya cepat,tak ingin menjawab pertanyaan Rey.
"Ayo naik ke punggung ku lagi dan jangan banyak bicara atau kucium kamu sekali lagi"
Rara hanya mengangguk,ia ingin sekali rasanya menjauh dari hadapan Rey saat itu juga.'Astaga ini ciuman pertamaku,bisa-bisanya sepupuku sendiri yang mengambilnya'
Rara menatap ke arah jendela kamarnya yang terbuka,ia tersenyum lagi pipi nya begitu memerah,kala mengingat kejadian di toilet tadi.
"Ah kenapa juga kak Rey menciumku seperti tadi,bikin malu saja bagaimana jika ada yang melihat." ucapnya beranjak dari ranjang,Rara baru saja hendak membuka pintu tapi ia kaget ketika melihat Rey sudah berdiri di pintu kamarnya,menatap Rara dengan tatapan acuh seperti biasanya.
"eum ada apa kak Rey?"
"Tante Risa nyuruh aku buat manggil kamu! sekarang waktunya makan malam,di panggil kok diem aja sih dari tadi" Ucap Rey kesal berjalan mendahului Rara.Mama Risa menyediakan makan malam kesukaan Rey ada ayam panggang dengan saus kecap yang benar-benar membuat Rey tak tahan lagi ingin menyantapnya.
"Rey,tante membuatkan makanan kesukaanmu cepat habiskan! Tante dan Om sudah makan tadi tinggal kamu saja dengan Rara"
"Mama dan Ayah sudah makan? kenapa tak menunggu Rara terlebih dahulu" Rara memanyunkan bibirnya lalu duduk berhadapan dengan Rey.
"bukankah sejak tadi kamu yang gamau keluar kamar? mama memanggilmu tapi diam saja,giliran Rey yang memanggil cepat sekali."
Pipi Rara memerah,ia sedikit kesal kenapa Mama nya harus membicarakan hal seperti itu.'Ah mama membuatku malu saja'
Setelah selesai makan Rara keluar dari rumah ia duduk di teras dengan diam,jam sudah menunjukan pukul 22:35 tetapi Rara masih setia duduk disana sampai akhirnya Rey keluar dan ikut duduk di sampingnya.
"Kenapa belum tidur? besok kan sekolah"
"Ah kak Rey,aku belum mengantuk dan kak Rey sendiri kenapa belum tidur?"
"aku sudah terbiasa tak tidur malam."
"ouh iya,teman perempuan mu itu cantik." Ucap Rey pelan tapi masih terdengar jelas oleh Rara. Rara sedikit tak suka ketika Rey memuji sahabat baiknya itu padahal yang ia tau dari Mama Risa,Rey memiliki sikap dingin kepada perempuan yang tak dikenalinya."Apa Kak Rey menyukai Ibel?"
"tidak,dia hanya cantik. Tapi dia bukan tipeku"
"Lalu tipe perempuan seperti apa yang di sukai kak Rey?"
"Seperti kamu,mungkin" Jawab Rey dengan nada dingin, sama sekali tak ada senyuman di wajah nya tapi saat ini yang jelas Rara keringat dingin bagaimana Rey mengucapkan hal seperti itu pada dirinya.
'Maksud kak Rey apa ya?'Rey menatap wajah Rara ia tersenyum tipis ketika melihat wajah gadis itu yang memerah untuk kesekian kalinya.
Rei beranjak dari kursi dan langsung mengangkat tubuh kecil Rara.
"Sekarang waktunya tidur,aku yang akan mengantarmu ke kamar seperti kemarin."
"Ha? kapan Kak Rey mengantarku ke kamar?"
"eum tak tau" Rey menjatuhkan tubuh Rara di ranjang besar milik gadis itu,ia melihat kamar Rara begitu rapih,sangat berbeda dengan kamar dirinya,memang sejak datang ke desa ia belum pernah membereskan kamarnya,tentu saja karna tak bisa melakukannya sendiri,di kota ia biasa menyuruh para pelayan namun di desa Rey sendiri bingung hendak menyuruh siapa."Jika kamu ada waktu,bantu aku membereskan kamar,kalo begitu aku akan pergi ke kamar ku selamat beristirahat anak kecil" Ia mengelus rambut Rara dan memberikan satu kecupan di dahinya,tak mempedulikan gadis itu yang saat ini sudah protes dengan perlakuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepupu Mesum
Teen FictionWarning! Cerita ini mengandung beberapa adegan 18+ Harap bijak dalam membaca ya guys!! Cinta memang selalu menyakitkan bukan?? tidak selamanya selalu di isi dengan kebahagiaan. Rara,gadis berusia 17 tahun yang masih duduk di bangku SMA itu,mencintai...