Part 12 Merasa bersalah

1K 7 0
                                    

Karena merasa bersalah,Rara seharian ini menjaga Rey di rumah. Padahal niatnya ingin pergi bersekolah,tapi tak jadi karena melihat lebam yang ada di punggung pria itu. Ia meringis beberapa kali ketika Rara mengobati nya dengan salep yang ia ambil dari kamar Risa secara diam-diam.

"pasti sakit kan? Rara minta maap kak,Rara beneran nggak sengaja dorong kak Rey"
Rey membalikkan tubuhnya menatap Rara yang saat ini tengah menundukkan wajahnya sedih.
"hei,jangan sedih gitu,lagian ini gak sengaja"
"tapi sakit kan?" Kali ini Rara mendongak menatap wajah Rey yang juga tengah menatapnya "sedikit" ucapnya lalu mengecup bibir Rara yang tengah cemberut. Rara melotot mendapatkan ciuman tiba-tiba dari Rey,ia memukul bahu pria itu dan menatapnya tajam.
"kak Rey! Kalo mama sama ayah liat gimana? Jangan macem-macem dong"
"haha,iya-iya" Rey kembali memakai baju yang ia lepas saat Rara mengobatinya tadi.

Ia melangkahkan kaki hendak pergi ke kamarnya,saat itu juga ia berpaspasan dengan Risa yang baru saja kembali dari kebun. "Rey" ucapnya pelan lalu menghampiri Rey yang tengah berada di ruang keluarga bersama dengan Rara.
"iya,kenapa tan?"
"kamu kemana semalam? tante lihat tadi pagi kamu gak ada di kamar" Rey diam beberapa saat karena bingung hendak menjawab apa,tak mungkin juga ia mengatakan semalam tidur bersama Rara,bisa habis dia.

"ouh,aku gak tidur di kamar tan"
"terus kamu tidur dimana nak? Apa kamarnya nggak nyaman sampe kamu gak tidur disana"

'nyaman sih,tapi lebih nyaman tidur sama rara'

"malah melamun"
Rey tersadar dari lamunannya dan mengatakan pada Risa bahwa ia tidur di ruang tamu semalam,karena tak sengaja ketiduran disana saat bermain game.
"kamu ini bikin tante khawatir saja,pas pagi tadi Rara juga udah bikin tante cemas"
"memangnya kenapa tan?"
"dia kebentur lemari,jatuh pas tidur"

Rey menahan tawa mendengar hal itu,ia menoleh pada Rara dan mendapati gadis itu yang tengah mencebikan bibirnya kesal.
"ayo makan siang,pasti kalian berdua lapar kan? maap ya lama,tadi tante manggil ayah dulu di kebun"
ketiganya beranjak dan pergi ke dapur untuk makan siang bersama.

***
Sudah beberapa kali Rey menghubungi kedua orang tuanya,tetapi ponsel mereka masih saja tidak dapat di hubungi. Hal itu membuat dirinya khawatir,Rey berniat untuk pulang ke kota,bermaksud menghubungi kedua orang tuanya agar mengirimkan mobil.

"kenapa Rey? Wajah kamu seperti panik begitu" Rey bahkan tak menyadari saat Bram memperhatikan dan duduk di sebelahnya "Rey" panggilnya lagi,membuat pria itu menoleh.
"agh paman,ngagetin aja"
"ada apa? Kamu terlihat cemas begitu"
"ponsel ayah dan mama tidak bisa di hubungi,Rey khawatir"
"mungkin mereka sibuk,sudah malam sebaiknya kamu istirahat Rey" Bram menepuk bahu Rey,lalu meninggalkannya di ruang keluarga.

Rara yang saat itu tak bisa tidur keluar dari kamar,ia mengelus perutnya yang terus saja berbunyi untuk meminta jatah makanan.
"laper banget"ucapnya mengeluh sembari mengelus perutnya yang terus saja berbunyi.
Gadis itu menghentikan langkahnya ketika samar melihat bayangan seseorang di dapur,ia tak bisa melihat dengan jelas karena lampu sudah di matikan oleh Risa.

Rara mulai berpikiran negatif,ia juga merasa takut "itu siapa ya?jangan-jangan dia maling"
Tanpa pikir panjang Rara mengambil sapu yang ada di pojokan dapur dan langsung menghampiri seseorang yang saat ini masih membelakanginya.

Ia memukulnya dengan keras hingga orang yang saat ini ia pukuli mengaduh kesakitan,Rara melempar sapu yang ia pegang dan langsung duduk lemas saat menyadari yang ia pukuli adalah Rey.

"astaga Rara,ada apa?"ia bertanya dengan sedikit penekanan,merasakan sakit di kepalanya yang mengeluarkan darah. Melihat hal itu Rara langsung menangis dan memeluk Rey erat,ia menangis tersedu-sedu dan meminta maap atas apa yang sudah ia lakukan.

"astaga,Rara Rey ada apa?" Risa yang tak sengaja mendengar keributan dari arah dapur langsung menghampiri dan terkejut melihat putrinya yang saat ini tengah menangis sesenggukan sembari memeluk Rey. "Mama" Risa melepaskan pelukannya terhadap Rey dan kali ini mendekati sang mama lalu menceritakan apa yang sudah ia lakukan pada Rey,Rara juga berkali-kali meminta maap,bahwa ia tak sengaja melakukan hal itu.

Bram yang memang belum terlelap tidur juga ikut menghampiri Risa dan terkejut melihat keadaan Rey.
"astaga ada apa ini" ia langsung membantu Rey untuk bangun dan membantu membawanya ke dalam kamar,diikuti oleh Rara dan Risa. Dengan telaten Rara membersihkan darah yang ada di wajah Rey,ia juga memberikan obat pereda sakit padanya.

"Rara,lain kali jangan seperti itu"
"maap ayah,Rara nggak sengaja" Rara kembali menunduk dan memainkan jemari tangannya.
"sudah-sudah,ini sudah tengah malam Rey juga butuh istirahat,ayo Rara kembali ke kamar kamu"
Rara menatap kearah Rey lalu meninggalkannya ke kamar,begitupun dengan Risa dan Bram yang kembali ke kamarnya.

Sudah satu jam semenjak ia kembali dari kamar Rey,tetapi Rara belum bisa memejamkan matanya. Ia begitu khawatir dengan kondisinya saat ini,apalagi ketika melihat lebam yang semakin membiru akibat pukulannya tadi.
"aku gak bisa tidur" ia mengeluh sendiri dan beranjak keluar dari kamar,langkahnya ia buat sepelan mungkin agar kedua orang tuanya tak mendengar.

Perlahan ia membuka pintu kamar Rey yang kebetulan tidak dikunci,setelah itu masuk buru-buru ke dalam dan kembali menutup pintu.
"ngapain" Rara sedikit terperanjat ketika mendengar suara Rey "jangan ngagetin"
"kamu ngapain kesini? Kenapa belum tidur,besok sekolah" Rara masih diam di tempat tak bergeming sedikitpun "mau dipeluk" ucapnya pelan,sangat pelan hanya saja Rey masih bisa mendengar suaranya.

"sini" Rey menepuk ranjangnya pelan dan kembali menatap Rara yang masih diam saja di tempat.
"Kesini,udah malem ayo tidur"
"kak Rey marah sama Rara?" gadis itu membuka suara setelah ia ikut berbaring di ranjang. Rey menggelengkan kepalanya,dan membawa tubuh gadis itu kedalam pelukannya,ia juga mengecup dahi Rara.
"Have a nice dream."
"Rara ngerasa bersalah banget sama kak Rey,maap"
"kiss dulu,baru di maapin" bug,satu pukulan berhasil mendarat di bahu Rey "Jangan ngambil kesempatan,aku serius kak"
"aku juga serius sayang,mana kiss nya"
"gak!"

Rara memejamkan matanya tak peduli dengan ucapan Rey tadi,tapi entah mengapa ia merasa senang saat Rey mengucapkan kalimat tersebut.

'Berdebar doang gak apa-apa kan? Lagian bukan cinta juga'

"mmhhh" Rara kembali membuka matanya saat Rey Menangkup kedua wajahnya dan mencium bibirnya lembut. Lama keduanya berciuman saling melumat bertukar saliva "kakhhh" Rey melepaskan ciumannya setelah dirasa Rara mulai kehabisan oksigen,dada gadis itu terlihat naik turun "bibir kamu candu,kakak suka" Rey mengedipkan matanya,lalu kembali merebahkan tubuh. Beda halnya dengan Rara,ia kesal dengan tingkah Rey dalam hati ia menggerutu dan mengutuk pria itu berkali-kali.

Sepupu MesumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang