03. Cerita Rajas

262 40 2
                                    

Memutar kembali ingatan Rajas tentang bagaimana ia bisa bersekolah di SMA Kertapati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memutar kembali ingatan Rajas tentang bagaimana ia bisa bersekolah di SMA Kertapati. Ceritanya cukup panjang. Banyak hal yang harus ia lalui. Salah satunya tentang hari-hari menakutkan bagi keluarganya.

Rajas Samudera Arkana.

Laki-laki itu memiliki kemampuan yang jarang sekali orang punya sejak lahir. Rajas mempunyai indera ke enam. Ini adalah turunan dari eyang kakungnya—yang otomatis bisa langsung diturunkan ke dia. Rajas cukup tidak senang dengan kemampuan yang ia miliki ini, pasalnya mau tak mau ia harus melihat sesuatu yang menyeramkan baginya setiap hari.

Mulai dari hantu berkepala buntung, kuntilanak, hingga makhluk berbadan besar yang menghuni belakang rumahnya. Rajas tak suka melihat mereka semua. Mereka sangat menyeramkan untuk ukuran makhluk yang harus hidup berdampingan dengan manusia.

Sampai tibalah hari dimana sang bunda memberikannya sebuah cincin. Cincin yang bisa menutup penglihatannya meskipun hanya sementara. Kata bunda, Rajas harus memakai cincin itu setiap saat. Tidak boleh melepasnya. Jika sekalipun Rajas melepaskannya, aura-aura negatif yang ada di sekeliling Rajas perlahan mendekati dan meminta berkomunikasi.

Ini adalah hal yang buruk.

Bisa dibilang Rajas tak terlalu bisa mengendalikan kemampuannya tersebut. Ia bisa saja jatuh sakit karena adanya aura negatif yang tak pernah mau meninggalkan tubuhnya. Wajar saja kalau bunda sangat mengkhawatirkan kondisinya kala itu.

Berbeda dengan Rio. Adik kecilnya jauh lebih bisa menerima dan mengendalikan kemampuan yang ia miliki, sehingga tak heran kalau Rajas merasa Rio selalu dalam kondisi baik meskipun sudah berkomunikasi dengan makhluk tak kasat mata.

Abang, kelebihan yang kita miliki bisa jadi kekurangan kalau kita gak mau menerimanya.”


Flashback on.

Rajas kelimpungan di tempat duduknya. Laki-laki itu bergerak gusar karena mendapati cincin yang sengaja ia simpan di kolong meja mendadak hilang. Biasanya Rajas tak pernah melepaskan cincin itu, tapi entah karena alasan apa, ia sampai melakukannya.

Aduh, dimana ya. Tadi gue taruh sini.”

Isi di dalam tas sudah Rajas keluarkan. Di meja buku-buku miliknya juga berserakan. Keringat sebesar biji jagung terlihat membasahi pelipisnya. Rajas tak takut kalau sampai bundanya marah. Ia justru takut akan ancaman makhluk-makhluk tak kasat mata yang mulai mencium kepekaannya itu.

“Lo nyariin apaan? Kok panik banget.”

Yazril yang datang sembari mengunyah permen karet duduk di meja samping punya Rajas. Laki-laki tersebut memperhatikan Rajas dengan alis yang hampir menyatu.

“Gue nyariin cincin. Lo ada lihat, gak?”

“Cincin?” Beo Yazril.

“Yang biasanya gue pake. Tadi gue lepas. Gue taruh kolong meja. Tapi pas mau gue pake lagi, cincinnya hilang.”

Nightmare 🌒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang