07. Mimpi Buruk

202 35 14
                                    

Seperti yang sudah diinfokan sebelumnya oleh Helva, ketiga orang yang tersisa bergegas datang ke rumah sakit untuk menjenguk Gracia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti yang sudah diinfokan sebelumnya oleh Helva, ketiga orang yang tersisa bergegas datang ke rumah sakit untuk menjenguk Gracia. Memastikan kondisi perempuan itu apakah sudah baik-baik saja atau belum. Sebab bagaimanapun mereka sudah lama bersama-sama dari kelas 10 SMA.

Cherry melihat infus yang menggantung di sisi tubuh sahabatnya tersebut. Raut wajah khawatir jelas masih terlihat di sana. Gurat kekhawatiran itu sama sekali masih belum bisa hilang meskipun Gracia sendiri sudah mengatakan kalau dirinya baik-baik saja.

"Lo beneran udah gapapa?"

Gracia tertawa pelan. Meskipun sedikit pusing setidaknya ia masih bisa dikatakan dalam kondisi baik.

"Gapapa, Cher. Gue baik-baik aja, kok. Kalau gak percaya tanya aja sama Helva."

Helva menganggukkan kepalanya pelan. "Tapi gak sebaik itu. Gracia masih butuh banyak istirahat."

Semua orang memakhlumi jika Gracia masih membutuhkan istirahat penuh. Sebab bagaimanapun kesehatan Gracia adalah yang terpenting bagi mereka.

"Oh ya, kok, lo bisa sih sampai kejatuhan pot gitu? Jalan lo gak lihat-lihat apa gimana?" tanya Jullian sembari mengunyah makanan yang seharusnya ia bagikan kepada Gracia.

"Gue juga gak tau. Tiba-tiba gitu aja. Kalaupun gue tau, gue bakal ngehindar kali. Kan, gak mungkin gue nempatin diri gue dalam bahaya."

"Soalnya gak biasa ada kejadian pot jatuh gitu. Bukannya penjaga sekolah selalu ngecek tanaman tiap pagi, ya. Agak mencurigakan sebenernya."

Cherry mengerutkan alisnya, "Jadi maksud lo ada yang sengaja ngelakuin hal ini ke Gracia? Alasannya apa? Bukannya lo juga gak ada musuh ya, Grac?" Kini tatapannya beralih ke arah Gracia. Perempuan itu mencoba memastikan hal yang ia ucapkan benar adanya.

"Kayaknya ini murni kecelakaan aja," ucapnya tak yakin.

"Tadi pas kita dateng, di balkon atas udah rame orang. Mereka kayaknya kepo sama yang terjadi di bawah." Jeanno yang sedari tadi bungkam, sekarang memberikan ucapan.

"Ya, semoga saja," balas Gracia menggantung, tentu saja mengundang kerutan di dahi Jeanno yang terdengar cukup mengganjal baginya.

<<<<<•>>>>>

Selepas kepulangannya dari menjenguk Gracia, Jeanno merebahkan diri di kamar miliknya yang bernuansa abu-abu. Netranya memandang langit-langit kamar sembari sesekali memijat pangkal hidungnya. Ucapan Gracia di waktu mereka berkunjung tadi sungguh membuatnya resah.

Sama seperti Helva, seumur ia berteman dengan Gracia, perempuan itu selalu dalam keadaan baik-baik saja. Tak pernah membuatnya khawatir sedikit pun. Mungkin memang benar bahwa hari ini murni kecelakaan saja.

Ya, semoga begitu.

Tangannya meraih ponsel di atas nakas, mencoba mencari kontak nama yang mau Jeanno kirimkan pesan. Jari jemarinya tanpa ragu mengetikkan beberapa kata di atas sana. Hingga tanda centang dua terlihat jelas di ujung bubble miliknya tersebut.

Nightmare 🌒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang