24. Nomor Tidak Dikenal

153 26 1
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak 👣Komen yang banyak juga, hehehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa tinggalkan jejak 👣
Komen yang banyak juga, hehehe.

Sebaik apapun bangkai yang tersembunyi, pasti akan tercium juga. Itulah kalimat yang pantas ditujukan kepada dua orang yang saat ini berdiri di rooftop sekolah—Jeanno dan Gracia. Meskipun secara susah payah dan sepintar apapun mereka menutupi hubungan yang terbilang cukup lama, sayangnya boomerang mulai menerpa balik. Seseorang yang tanpa sengaja berdiri di balik pintu penghubung rooftop sekolah berhasil mendengar semuanya, tentu saja tentang malam-malam yang sudah sering mereka berdua habiskan, serta pengkhianatan yang dilakukan secara diam-diam.

Jullian berdiri terpaku.

Laki-laki itu sangat terkejut. Ia pikir kalau dirinya salah dengar, tapi semakin didengarkan membuat hati dan telinganya semakin panas. Bagaimana mungkin kedua orang yang sama sekali tidak terlihat seperti menjalin hubungan dalam tanda kutip, sekarang justru mengungkapkan fakta yang mengejutkan. Jadi selama ini pertemanan yang sudah mereka bangun tidak ada artinya apa-apa di mata Jeanno dan Gracia?

Dengan langkah pasti, Jullian memutuskan untuk menerjang pintu itu. Langkah lebarnya membawanya menuju pada dua orang yang benar-benar membuatnya marah besar. Jullian sungguh tak bisa membayangkan kalau sampai Helva tau mengenai pengkhianatan ini.

"Jadi selama ini kalian....."

Ucapan Jullian tersebut menggantung sebab ia sudah tak bisa lagi berkata-kata. Sementara Gracia dan Jeanno yang sedang pusing karena takut dengan teror yang menyebabkan semua orang tau, tak kalah terkejut dengan kehadiran Jullian yang terbilang cukup tiba-tiba.

"Jull, sejak kapan lo ada di sini?" Jeanno maju, menyembunyikan tubuh Gracia di balik punggung tegapnya.

"Gak penting lo tanya gitu. Sekarang jawab dulu, lo berdua bener-bener jalin hubungan di belakang Helva. Lo," jari telunjuk Jullian sengaja diarahkan di depan wajah Gracia meskipun terhalang tubuh besar Jeanno. "Gue pikir selama ini lo setia sama Helva. Tapi ternyata dugaan gue salah besar. Kenapa pikiran kalian berdua bisa sepicik ini? Lo tau sendiri kan, Jean, kalau Gracia sama Helva udah tunangan. Bahkan kita hadir di acara pertunangannya mereka."

Belum saja Jeanno menjelaskan tentang semua ini, Jullian sudah lebih dulu melayangkan satu tinjuan kasar ke arah rahang Jeanno. Persetan dengan fakta bahwa Jeanno sedang dalam masa pemulihan pasca kecelakaan. Rasa kecewanya jauh lebih besar daripada rasa kasihannya tersebut.

Gracia yang menyaksikan bagaimana Jullian memberikan tinjuan mentah kepada Jeanno, lagi-lagi kembali terkejut. Jeanno juga bertingkah seolah ia pasrah dengan pukulan-pukulan itu. Jeanno tau ia salah, mungkin itulah alasan mengapa ia terima-terima saja dipukuli seperti ini.

Nightmare 🌒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang