28. Dia Kembali

116 19 2
                                    

Jam olahraga telah berlangsung sekitar 45 menit lamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam olahraga telah berlangsung sekitar 45 menit lamanya. Setelah berkecimpung dengan permainan bola basket antara regu A dan regu B, akhirnya para siswa diperbolehkan untuk mengistirahatkan tubuhnya. Sementara para siswi yang sedari tadi sibuk menonton memilih untuk tetap berada di barisan bangku penonton.

Tak terkecuali Gracia dan Cherry. Namun sepuluh menit yang lalu, Cherry sudah pergi entah kemana. Sehingga di sana tersisa Gracia yang duduk terpisah dengan siswi-siswi yang lain. Hal ini sudah menjadi penampakan biasa bagi kelas mereka.

“Akhir-akhir ini gue sering lihat muka lo luka-luka deh. Gue perhatiin di muka lo ada luka baru. Kali ini kenapa lagi?”

Jeanno hanya terkekeh menanggapi, "Biasalah cowok. Kalau gak begini, bukan cowok namanya."

Ada satu keanehan baru yang Rajas dapati sekarang. Ketika ia melihat semua orang mulai berkumpul dengan teman satu circlenya, ia sama sekali tak melihat Jeanno ikut mendekat dimana Gracia dan yang lainnya berkumpul. Laki-laki itu justru masih asyik duduk di sampingnya sembari menenggak satu botol air mineral.

Ada yang aneh dan ini tidak seperti biasanya.

"Tumben lo gak ikut kumpul sama mereka?" tunjuk Rajas pada tempat dimana Gracia berada.

"Gue, 'kan nemenin lo di sini. Gue tau lo gak ada temen. Baik, 'kan gue?"

"Telat lo kalau baru ngomong begitu sekarang."

Jam dinding yang sengaja di pasang di lapangan indoor itu sekarang menunjukkan jam olahraga hampir berakhir dalam waktu 15 mendatang—yang artinya Rajas beserta yang lain harus segera ganti baju kalau tidak ingin dimarahi guru.

Akhirnya Rajas bergegas untuk bangkit dari duduknya dan berjalan menjauhi ruangan olahraga tersebut. Namun ketika langkahnya sampai di hitungan ketiga, Rajas merasa bahwa ada sesuatu yang menembus tubuhnya. Sesuatu yang padat namun transparan. Dulu Rajas pernah merasakan hal semacam ini, namun semenjak sang bunda memasangkan cincin itu, hal tersebut sudah tak pernah lagi ia rasakan.

Jantungnya berdetak kencang. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Rajas menoleh dan ia tidak menemukan sesuatu di sana. Entah keberanian itu datang darimana, saat ini dengan jari-jemari yang bergetar, Rajas mulai melepaskan cincin itu. Rajas ingin meyakinkan bahwa obyek yang sengaja menembus tubuhnya bukanlah berasal dari makhluk tak kasat mata.

Ketika jarak antara cincin baru saja satu senti terlepas dari jarinya, mendadak banyak suara aneh yang menyapa indera pendengaran Rajas. Kedua netranya perlahan dapat menangkap sosok-sosok penghuni lapangan. Tak terkecuali dengan sosok perempuan yang akhir-akhir ini sering menghampiri mimpinya yang tengah berdiri tak jauh dimana Gracia berada.

Keringatnya semakin bercucuran tatkala aura di sekitarnya begitu negatif. Ditambah lagi dengan aura hantu perempuan itu yang terasa lebih dominan daripada yang lain.

Tolong….”

KakakAyo main.”

Hiks… hiks… hiks…”

Nightmare 🌒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang