19. Malam Bersama Rio

174 33 0
                                    

Tidur bersebelahan di dalam kamar sang adik sembari menonton Netflix kesukaan Rio tak serta merta membuat Rajas terfokus pada tontonan yang ada di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidur bersebelahan di dalam kamar sang adik sembari menonton Netflix kesukaan Rio tak serta merta membuat Rajas terfokus pada tontonan yang ada di depannya. Pikirannya masih kemana-mana. "Gila sih, ini harus ada season duanya."

"Dek," panggil Rajas yang tentu saja membuat perhatian Rio teralihkan ke arahnya.

Sebelum menjawab, Rio sempatkan untuk menelan dulu camilan yang sudah terlanjur dia kunyah. "Iya, kan, Bang. Emang harus ada season duanya. Kalau gak ada, bakal gantung parah nih film."

"Dek."

"Abang pasti setuju, kan sama yang gue bilang. Gila sih. Nih film gokil banget."

"Abang bukan mau ngomongin tuh film," ucap Rajas menghela napasnya pelan.

"Ha? Terus?" alis Rio hampir menyatu. Ia kira abangnya ini mau membicarakan atau membahas tentang film yang habis mereka tonton. Tidak mungkin, kan kalau Abangnya ini melenceng jauh dari pembahasan yang seharusnya mereka bahas?

"Abang mau cerita."

"Cerita aja. Abang punya pacar ya? Atau Abang habis marahan sama pacar, Abang?"

Bukannya marah, Rajas justru terkekeh atas pertanyaan yang diberikan adiknya itu. Terdengan sangat polos sekali. Makhlum, Rio baru memasuki usia remaja, "Bukan itu juga."

"Terus apa dong, Bang?"

Rajas beralih memperhatikan cincinnya. Tadi sewaktu di sekolah ia tak jadi untuk melepas cincin itu. Selain karena diganggu oleh Cherry, Rajas juga mulai lupa dengan niatnya.

"Kalau misalkan Abang lepas cincin ini. Menurut kamu gimana?"

Tentu saja Rio terkejut dengan apa yang diucapkan oleh abangnya sendiri. Selama ini Rajas tak pernah melepaskan cincin itu. Semua ini juga untuk kebaikan Rajas. Karena yang Rio tau penglihatan Rajas terhadap makhluk tak kasat mata jadi tertutup. Lantas apa motivasi yang membuat abangnya sampai berpikiran demikian?

"Jangan aneh-aneh, Bang. Tuh, cincin udah lama Abang pakai. Inget gak kejadian dulu?" Rio sedikit tidak enak untuk mengulang kembali kisah yang membuat Rajas masuk ke sekolah barunya. Kisah yang cukup menjadikannya mimpi buruk. "Pokoknya jangan, Bang. Kalau Bunda tau, Bunda bisa marah."

"Tapi Abang rasa cincin ini kekuatannya udah berkurang. Kamu inget, kan, soal cerita yang sempet Abang kasih tau kemarin-kemarin?" Rio mengangguk. "Sampai sekarang pun, Abang kadang masih suka lihat makhluk itu di sekolah. Terakhir kali Abang lihat di saat Abang lagi study tour sekolah beberapa waktu yang lalu."

"Emang udah sesering itu, ya?"

Rajas menghembuskan napasnya pelan. "Iya. Yang kemarin juga waktu Abang ke kamar kamu, Abang juga bisa lihat."

"Kalau semisal Abang lepas tuh cincin, apa gak semakin bahaya buat Abang? Abang jadi makin bisa lihat semuanya."

Yang dikatakan sama Rio tidak ada salahnya. DItambah dengan sifat protektif sang bunda yang tidak mau melihat Rajas melepaskan cincin itu barang sedetik pun.

Nightmare 🌒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang