22. Kode Rahasia

179 26 14
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa tinggalkan jejak. Ditunggu komentarnya ya

Beberapa saat setelah obrolan pribadi antara Jeanno dan Helva selesai terjalin, tiga orang yang juga menghuni markas ini mulai datang secara bergiliran. Tidak ada agenda khusus untuk hari ini. Mereka semua berkumpul hanya untuk menyambut kembali kondisi Jeanno yang mulai membaik dan bisa beraktifitas di sekolah. Kalau diingat-ingat, mereka sudah lama tidak berkumpul. Terakhir di tempat Jullian kemarin. Itupun ada Rajas di sana.

"Gue bawa ayam goreng," ucap Cherry dengan semangat. Pasalnya sudah sedari kemarin ia menginginkan makan ayam goreng pedas dan baru sekarang ia menyempatkan untuk membelinya dan dibagikan kepada temannya yang lain.

"Jean, lo jangan makan banyak-banyak, ya. Luka lo biar gak lama sembuhnya," ucap Jullian.

"Dih, dih, dih. Omongan dari siapa tuh?"

"Katanya orangtua, kan biasanya gitu."

Ayam goreng beserta bumbunya pun tersaji di meja yang sudah tersedia di sana. Dengan rasa nikmat yang sudah mulai membara, satu persatu dari mereka mulai mengambil sepotong ayam goreng lalu melahapnya hingga tersisa tulang.

"Harusnya lo tadi sekalian beli minumannya."

Cherry dengan mulut yang masih penuh, menyenggol sisi lengan Jullian, "Ngelunjak lo ya. Udah untung nih ayam gak gue makan sendirian."

Di sisi lain, Helva yang hanya memperhatikan mereka semua, perlahan melepaskan diri dari rengkuhan Gracia. Hal itu membuat kerutan di dahi Gracia terlihat jelas. "Mau kemana?"

"Aku balik duluan, ya." Bukan hanya kepada Gracia, tapi ucapan ini ia tujukan kepada yang lainnya juga.

"Cepet amat baliknya. Tumben banget," balas Jullian.

"Ada perlu sama Papi."

Jawaban itu hanya dibalas dengan anggukan makhlum. Sebagai pewaris tunggal, Helva memang sering diajak untuk menemui kolega bisnis orangtuanya meskipun usia Helva bisa dibilang masih belia untuk terjun ke dunia bisnis. Setidaknya orangtua Helva sudah mengajarkannya sejak dini.

"Yaudah, hati-hati lo."

Gracia yang sepertinya enggan melepaskan Helva, ia masih bergelayut manja di sebelah tangan laki-laki itu, "Nanti kalau sampai jangan lupa kabarin aku, ya."

"Pasti." Helva tersenyum dan menyempatkan untuk mengusap kepala Gracia penuh sayang.

Setelah kepergian Helva, mereka masih asyik memakan ayam goreng yang masih tersisa. Kemudian tanpa adanya angin dan hujan, Gracia dengan jari yang menunjukkan angka dua yang sengaja ia gerakkan naik turun, ia arahkan ke Jeanno. Bermaksud untuk mengajak Jeanno menepi dan mencari tempat lain.

Nightmare 🌒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang