05. Insiden

257 43 6
                                    

Pembicaraan yang ia lakukan bersama Rio kemarin sore sejujurnya masih sangat membekas di dalam ingatan Rajas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pembicaraan yang ia lakukan bersama Rio kemarin sore sejujurnya masih sangat membekas di dalam ingatan Rajas. Sejak tadi pagi hingga sekarang ini, ingatan itu masing berlarian dalam isi kepala. Rajas sampai tidak bisa berkonsentrasi selama mata pelajaran berlangsung. Jeanno juga menyadari hal itu. Tak biasanya Rajas melamun hingga jam pelajaran usai.

"Lo gapapa, 'kan?"

Lamunan Rajas kembali disadarkan oleh Jeanno sesaat setelah menepuk pundaknya pelan. "Ada masalah?"

Rajas menggeleng, ia sempatkan untuk tersenyum simpul. "Gapapa. Gak ada apa-apa."

"Eh, gue tinggal ke kantin dulu ya. Lo mau gabung, gak? Masa sendirian terus dari pertama lo masuk sekolah ini?"

"Gak usah, gapapa. Gue mau di kelas dulu. Bawa bekal." Rajas berbohong. Ia tak mau teman sebangkunya itu terus memaksanya untuk bergabung bersama teman satu gengnya yang lain—yang menurut Rajas sedikit aneh.

"Okeh, gue cabut dulu."

Sepeninggalan Jeanno, Rajas masih memperhatikan langkah teman satu gengnya laki-laki itu. Semuanya turut serta pergi ke kantin, kecuali Gracia. Entah apa yang membuat perempuan itu bertahan di kelas sendirian.

Jika dilihat dari balik punggungnya, Gracia terlihat seperti perempuan pendiam dan tak banyak bicara. Gracia juga cukup pintar jika dibandingkan teman-temannya yang lain, tapi tidak lebih pintar dari Aryo—ketua kelas mereka.

Rajas beranjak, mendatangi Gracia yang duduk seorang diri. Perempuan itu tengah memainkan ponselnya dan terlihat sedang mengirimkan pesan kepada seseorang yang tidak Rajas ketahui di seberang sana.

Mendapati kedatangan Rajas yang tiba-tiba membuat Gracia sedikit kaget. Lalu buru-buru menyembunyikan ponselnya di saku seragam sekolah. Keningnya berkerut, mempertanyakan apa yang membuat Rajas tiba-tiba datang menghampirinya seperti sekarang ini.

"Lo gapapa?"

"Gue?" tanya Gracia bingung.

"Kejadian kemarin di perpustakaan. Lo beneran gapapa?"

"Gue gapapa."

Tanpa menunggu Rajas mengeluarkan kata-katanya kembali, Gracia memutuskan untuk berdiri, berjalan keluar dari bangkunya lalu meninggalkan Rajas. Gracia bukan tipe perempuan yang suka berbasa-basi dengan orang baru. Itulah mengapa banyak yang bilang kalau perempuan itu sedikit kaku.

Seiring dengan peninggalan Gracia, Rajas menghembuskan napasnya pelan. Saat ini di kelas hanya tersisa dirinya.

Netranya masih mengikuti langkah perempuan itu, hingga di ambang pintu, Rajas menemukan sesuatu yang benar-benar aneh. Saking anehnya, ia sampai mengucek kedua matanya beberapa kali karena takut salah lihat.

"Gak mungkin. Gue pasti salah lihat. Gak mungkin cincin ini gak berfungsi."

Dan untuk menuntaskan rasa penasarannya, Rajas mengikuti langkah perempuan itu sebelum terlalu jauh. Diikutinya secara perlahan, entah kemana arah langkah kaki itu berjalan—yang pasti makhluk yang ia lihat juga mengikuti Gracia.

Nightmare 🌒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang