Prolog

57.5K 2K 40
                                    

꒷︶꒷꒥꒷‧₊˚꒷︶꒷꒥꒷‧₊˚

          Semuanya terasa berat dan sesak, pandangannya terlihat buram melihat situasi saat ini.

Seseorang yang ia cintai ternyata telah memiliki pujaan hatinya, mereka terlihat bahagia hingga membuat hatinya sakit.

Kenapa? Kenapa ia selalu merasa hidupnya sial di segala kebahagiaan apapun. Keluarga yang tak menyayanginya karena menganggap dirinya anak sial, teman yang mengkhianatinya karena rasa iri.

Dan sekarang, ia melihat dengan jelas. Teman dekatnya yang selalu ada di sisinya. Selalu ia sayangi dan semua keresahannya ia ceritakan padanya, tapi mengapa? Mengapa teman dekatnya merebut cintanya?

Pria yang ia anggap sebagai cahaya di hidupnya ternyata mencintai teman dekatnya, keduanya melangsungkan pernikahan hari ini tepat di hari ulang tahunnya.

Pantas saja, tak ada yang hadir. Pantas saja banyak yang mencemooh dirinya. Pantas....... Pantas saja keduanya menghilang satu bulan ini dan menyuruhnya hadir sekarang.

Gaun yang ia kenakan adalah gaun yang cantik, pemberian seseorang yang sekarang sedang berciuman dengan teman dekatnya.

"Archie?" Gumamnya merasa sesak. Ia mengepalkan tangannya melihat mereka terlihat begitu bahagia.

Dengan wajah yang redup, ia pergi dari kuil suci itu meninggalkan kenyataan yang pahit. Berkali-kali lipat pahitnya saat melihat keluarganya hadir dengan raut wajah bahagia. Bahkan mereka tak meliriknya sedikitpun.

Ayah......ibu, bahkan kakak lelakinya pun seakan enggan melihatnya.

"Aku pikir hanya perasaanku saja yang aneh melihat kedekatan mereka, tapi. Ternyata dewa memperlihatkannya sekarang." Ia tersenyum sambil melempar sebuah kalung yang seharusnya ia berikan untuk sahabatnya.

Karena, tepat hari ulang tahunnya teman dekatnya juga berulang tahun.

Dear, Husband

         Beberapa jam setelah meninggalkan kediaman Veleztie.

Goresan tinta yang berada di atas kertas telah terjalin, tangan kanannya sedikit gemetar namun ia tahan dengan meletakkan pena itu.

Tatapannya pun mengarah ke pria yang ada di hadapannya sekarang.

"Pakai saja gaun itu, kita langsungkan malam ini." Pria berwajah tegas dengan badan besar itu berdiri.

Rambutnya yang masih basah karena air itu terjatuh mengenai pahanya, ia menatap tangan besar itu yang cukup terlihat berbeda dengan tangannya. Tangan itu terulur ke arahnya.

"Malam ini, Grand Duke?" Ia menjawab dengan kening berkerut. Rasa aneh menjalar di dadanya.

Pria berambut merah berkilau itu mengangguk, tatapannya tetap sama. Pandangan yang tak memancarkan tatapan apapun.

"Lalu, kita melangsungkan pernikahan di mana?" Ia berdiri sambil mengulurkan tangannya menggenggam tangan pria itu. "Aula utama." Pria itu menjawab tanpa ragu.

Kedatangannya secara tiba-tiba di kediaman Grand Duke Astapor, bukan tanpa alasan. Hanya pria itu yang dapat membantunya agar dirinya aman.

Kedua matanya sedikit melebar mendengar itu, ia pun menatap wajah itu yang seharusnya cukup membuat dirinya terpesona. Namun sayang, hatinya dan pikirannya hanya tertuju ke satu orang.

𝐃𝐞𝐚𝐫, 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang