21. Sleeping Beauty

17.8K 1.1K 15
                                    

꒷︶꒷꒥꒷‧₊˚꒷︶꒷꒥꒷‧₊˚

          Gelisah. Satu kata untuk keadaan pria berambut merah ini, gelisah berat. Keringat bercucuran di sekitar leher dan dahi pria itu, kedua kakinya yang tak bisa diam terus menerus menggoyangkannya.

Pria itu duduk di kursi tepat di samping kasur di mana, istrinya masih memejamkan matanya. Iris matanya lalu menurun yang semula melihat wajah pucat istrinya itu ke arah perut yang tertutupi selimut tebal.

Suhu di kamar miliknya terasa panas, semua itu karena keadaan istrinya yang begitu dingin. Meskipun badannya menghangat, kata Thomas. Bagian dalam mungkin masih dingin bisa saja membeku karena wanita itu berada di jurang dengan pakaian terbuka seperti itu.

"Kumohon, bangun....." Menggenggam erat tangan istrinya, Archeron mengecup punggung Isadora berkali-kali. Dapat ia rasakan, jika kulit istrinya kembali dingin.

Sontak itu membuat Archeron berdiri dan menarik selimut hingga batas leher, mengambil selimut tebal lagi dan menaruhnya di atas tubuh istrinya yang telah ada lima selimut tebal.

"Toinette...." Lirih Archeron dengan mata yang berkaca-kaca, hatinya sakit dan merasa bersalah melihat keadaan istrinya seperti ini. Menatap ke arah luar dan terlihat, langit telah berubah menjadi terang tidak gelap lagi.

Seharian penuh, Archeron tak tertidur. Pria itu menemani dan terus berada di sisi Isadora. Kali ini, Archeron tidur dengan telanjang dada sambil memeluk istrinya.

"Seharusnya kita berpergian ke ibu kota, bukankah kamu menantikannya? Aku mohon, bangun." Archeron memeluk Isadora dari samping, mengusap pipi istrinya yang mendingin. Pria itu takut, takut sesuatu yang buruk terjadi pada istrinya.

Menghela napas pelan, usapan Archeron terhenti dan pria itu terdiam mengingat perkataan Thomas. Istrinya hamil, wanita yang ia peluk sekarang sedang mengandung darah dagingnya?

Bagaimana bisa.......

"Ternyata, bukan aku saja yang menyembunyikan sesuatu. Toinette, sebenarnya, siapa kamu?" Lirih Archeron mencium bahu Isadora yang tetap tak bergeming.

Archeron Ebenezer De Vaughan. Putra ketiga dari empat bersaudara, memiliki dua orang ibu dan satu ayah, ibu kandung Archeron telah pergi lebih dulu dan tersisa ibu tiri dan ayah kandungnya. Archeron salah satu penerus Sah dan memiliki Darah murni dari leluhur kakeknya.

Sejak kecil, Archeron selalu mendapatkan pengajaran yang keras, di haruskan unggul di segala bidang. Apapun! Politik, bisnis, ataupun luar politik, semuanya. Archeron di wajibkan mengetahui dan menguasai itu semua. Tanpa terkecuali.

Semua itu di lakukan agar kelak, Archeron dapat memimpin wilayah utara seperti Grand Duke sebelum-sebelumnya, kekerasan fisik, kekerasan jiwa dan pikiran Archeron rasakan.

Jadi, tak ada salahnya jika pria berambut merah dengan darah asli utara ini yang selalu kebal akan cuaca dingin ini tak pernah menunjukkan perasaannya.

Itu dulu. Iya, dulu.

Sekarang berbeda, Pria itu telah mengulang waktu sebelum kematiannya. Sebelum bertemu istrinya dan sebelum pemberontakan itu terjadi.

Karena itu! Archeron akan mengubah jalan takdirnya sendiri, tapi. Pasti ada risikonya bukan?

Dan itu adalah istrinya, yang saat ini terjadi. Tapi di satu sisi, Archeron tak tahu mengapa dan bagaimana bisa wanita yang di kiranya takkan bisa hamil. Sekarang sedang mengandung? Dan ini sudah memasuki usia 2 minggu?

Bagaimana bisa.....

"Panggilkan Vendor, bawa pria itu ke ruang kerjaku." Archeron menatap Sean yang tiba-tiba masuk saat dirinya sedang melamun.

𝐃𝐞𝐚𝐫, 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang