25. Who wants to be killed?

12.4K 1.1K 12
                                    

꒷︶꒷꒥꒷‧₊˚꒷︶꒷꒥꒷‧₊˚

          "Sekarang kita urus istrimu dulu, dan untuk anakmu kita harus mencari tahu, di dalam rahim istrimu. Perempuan atau lelaki."

Archeron mengepalkan tangannya mendengar perkataan pria tua itu, pandangannya lantas tertuju ke wajah istrinya yang tak sadarkan diri untuk kedua kalinya.

'Apa yang sebenarnya terjadi dengan kamu, Toinette?' Pikiran Archeron berkecamuk khawatir, takut. Dan gelisah.

Semua terlihat jelas di wajah pria bermata hijau kekuningan itu, tangannya yang membelai pipi istrinya, mencium kening wanita itu dan terus menerus bergumam dengan nada lirih.

"Bangunlah, Toinette. Maafkan aku, aku mohon..... Cepat bangun."

Hansel yang sedang meminum beer yang kadar alkoholnya sedikit tinggi itu menatap putranya, menghela napas lalu meneguk habis minuman keras tersebut.

Lima belas telah berlalu, menatap putranya yang terus berada di sisi wanita itu yang perlahan mengeluarkan banyak keringat dingin. Tak pernah sedikitpun menggeser tubuhnya, memangku dan terus memeluk istrinya itu.

Putranya, Eben yang malang.

"Kau tahu, situasimu saat ini." Hansel menatap putranya sambil menunjukkan gelas kaca itu. "Sama di saat ibumu mengandung kamu saat berusia 2 minggu, ayah menangis. Dan terus memohon agar Chana, ibumu. Tetap berada di samping ayah." Hansel meminum dengan tatapan yang menatap ke atas.

Berusaha untuk tak terbawa suasana, tapi. Tidak, tidak bisa. Apa yang Hansel lihat seperti melihat dirinya 28 tahun lalu.......

Istrinya, Archana pun tak sadarkan diri terus menerus dan selalu berkeringat dingin, tak hanya itu. Istrinya, selalu mengeluarkan darah di hidung.

"Ayah harap, istrimu dapat menahan rasa sakit kutukan itu. Eben." Senyum kecil Hansel perlihatkan sebelum meninggalkan kamar mendiang istrinya.

Archeron terdiam dengan menatap wajah istrinya, memejamkan matanya dan menggeleng lirih. "Istriku akan baik-baik saja, kamu akan terus di sisiku. Selalu dan selamanya." Gumam Archeron mencium kening Isadora.

Waktu berlalu begitu cepat hingga langit pun mulai berubah menjadi gelap, hawa dingin di musim salju yang masih berjalan ini terasa sangat dingin.

Namun, berbeda dengan satu orang yang terbaring tanpa niat untuk membuka matanya. Kondisi tubuhnya terlihat begitu aneh, kasur yang awalnya kering menjadi basah karena keringat yang keluar dari tubuh wanita itu.

Rambut hitam yang perlahan menjadi kaku dan sedikit lembab, wajah yang pucat membuat Archeron memejamkan matanya. Perasaan sedih muncul mengelilingi hatinya.

Wanita yang ia cintai, Isadora Toinette..........

Wanita yang ia sayangi, Isadora Toinette................

Wanita yang sangat berharga bagi dirinya, Isadora Toinette..............

Wanita, wanita yang saat ini ada di rengkuhan tangannya. Isadora Toinette De Vaughan tak sadarkan diri.

Archeron merasakan sakit yang mendalam di ulu hatinya melihat keadaan istri tercintanya, besar rasa cintanya untuk membuat istrinya tetap hidup.

Karena itu, Isadie harus tetap hidup.

"Yang mulia......... De Vaughan?"

Suara asing menyentuh pendengarannya, Archeron menolehkan wajahnya ke arah pintu.

Pria tua dengan Janggut putih yang panjang hingga dada pria tua itu, kumis tebal yang berada di atas bibir dengan memenuhi bibir pria itu hingga tak terlihat.

𝐃𝐞𝐚𝐫, 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang