31. Angry, Disappointed and Leaving

10.5K 1K 33
                                    

꒷︶꒷꒥꒷‧₊˚꒷︶꒷꒥꒷‧₊˚

          "Panggil Thomas! 10 menit waktunya untuk ke sini, CEPAT!" Teriak Archeron menatap Horsien yang langsung pergi dari perpustakaan. Begitupun dirinya dengan menggendong Isadora yang terlihat tak sadarkan diri.

Pura-pura tak sadarkan diri.

Wanita itu sesekali mengintip dengan sedikit membuka matanya untuk melihat keadaan, tapi yang Isadora lihat raut wajah suaminya yang terlihat sangat khawatir. Sedikit merasa bersalah melihat itu, namun Isadora puas jika tindakannya tadi berhasil mengelabui suaminya.

Archeron dengan perasaan khawatir tanpa tahu jika itu semua rencana istrinya, berlari menuju ke ruang tamu yang tak jauh dari perpustakaan. Bila menuju ke kamar akan membutuhkan waktu, karena itu pria itu memilih untuk menaruh istrinya dan mengecek kaki istrinya itu.

Menatap Isadora yang telah ia letakkan di atas sofa panjang yang empuk, raut wajah Archeron terlihat begitu khawatir kedua tangan pria itu meremas tangan Isadora dengan gemetar.

Menghela napas kasar, Archeron mengusap kening istrinya dan kedua matanya melirik ke arah kaki yang terluka itu.

Perlahan, Archeron menaikkan ujung gaun istrinya dan terlihat kaki kecil istrinya yang terlihat kurus. Menggerakkan giginya melihat kondisi buruk itu.

"Isadie." Archeron menyentuh kaki bawah istrinya dan menatap luka yang tertancap serpihan kaca, keningnya mengernyit. Ada yang aneh.

Menatap istrinya yang memejamkan matanya, Archeron mulai menelisik keadaan istrinya ini dan menghela napas setelah dirinya tahu.

'Lagi dan lagi, kenapa selalu berbohong?' Archeron mengelus tumit istrinya lalu meremasnya kuat hingga membuat Isadora yang berpura-pura tak sadarkan diri itu langsung membuka matanya dengan meringis.

"Sudah bermain-mainnya?"

Isadora sontak memandang suaminya yang terlihat cukup marah, menunjukkan raut wajah seolah perbuatannya tadi ketahuan. Isadora meringis malu dan kesal bagaimana bisa suaminya dapat membongkar itu dengan cepat?

Dasar.

"Isadie, sudah bermain-mainnya?!" Nada Archeron mulai meninggi.

Wanita berambut hitam legam itu sedikit tersentak hingga menyentuh perut buncitnya, mengangguk kecil dan memalingkan wajahnya enggan menatap Archeron.

'Begitu saja marah, bagaimana kalau aku pura-pura melarikan diri atau menghilang?! Cih, dasar merah jambul!' Isadora tak berani mengumpat langsung, pada dasarnya suaminya ini memang garang dan sangat memperhatikan dirinya.

Entah sekarang maupun dulu, sama saja.

"Buat apa melakukan itu, hm?" Archeron menatap istrinya yang duduk bersandar di atas sofa, sedangkan dirinya berada di bawah menekuk satu kakinya.

Isadora mengatupkan bibirnya, enggan menjawab. Tapi sesaat lirikan matanya melihat pria merah itu terlihat sangat marah.

Isadora mendengus dan berkata. "Gak tahu." Ucapnya asal.

Archeron menggeram tanpa sadar meremas kaki bagian betis yang terkena serpihan kaca itu, alhasil Isadora meringis kesakitan.

"Buat apa, Isadie?!" Tegas Archeron tak mau mendengar jawaban istrinya yang asal menjawab saja.

Meringis pelan, namun Isadora tak tinggal diam. Wanita itu mencubit lengan suaminya yang meremas kakinya. "Sakit tahu! Kalau mau kasar, jangan saat aku terluka, dasar jambul merah!" Kesal Isadora memicingkan matanya dengan sinis.

𝐃𝐞𝐚𝐫, 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang