11. Almost met

15.9K 1.3K 6
                                    

꒷︶꒷꒥꒷‧₊˚꒷︶꒷꒥꒷‧₊˚

          Tersenyum memberikan salam hangat, Isadora menjepit kedua jarinya pada rok gaunnya dan membungkukkan badannya. "Salam sejahtera untuk yang mulia baginda kaisar, yang mulia Permaisuri dan yang mulia Ratu." Isadora menundukkan kepalanya menatap lantai istana.

Kaisar Oligord, Oleander Kester Oligord ada di hadapannya bersama dua istri resminya beserta tiga orang selir yang duduk tak jauh dari Kaisar Oleander.

"Aku Terima salam mu, Grand Duchess Astapor. Kemari lah." Senyum ramah Kaisar Oleander menatap istri dari sepupu jauhnya itu.

Isadora menegakkan tubuh menatap Kaisar dengan bingung, ia melirik ke arah Vee yang hanya diam. "Tak apa, aku hanya ingin mengobrol sedikit denganmu." Senyumnya membuat Isadora tak nyaman.

"Yang mulia, biarkan Grand Duchess menikmati pesta putri kita." Ucap permaisuri mengelus tangan Kaisar, ia melemparkan senyum ke istri sepupu suaminya itu lalu menatap Kaisar yang juga menatapnya.

Isadora menatap keduanya, ia pun tersenyum tipis saat Kaisar melihatnya, tak lama ia memutuskan untuk pergi dari hadapan mereka.

"Vee, apa kau tak merasa jika Ratu sedari tadi menatapku?" Isadora berbisik pelan sambil mempertahankan raut wajah ramah, banyak sekali bangsawan menatapnya dan sesekali juga memberikan salam pendek.

Isadora rasa, kehidupannya kali ini benar-benar seperti memiliki tantangan yang berbeda. Ia bahkan belum melihat kehadiran dua pasangan itu, seharusnya mereka datang lebih dulu darinya.

"Yang mulia Grand Duchess! Saya tak menyangka anda akan hadir, sungguh saya senang anda memenuhi undangan saya." Tiba-tiba saja seorang perempuan muda dengan gaun emas nyentriknya itu menghampiri Isadora.

Isadora memutar kepalanya ke arah samping dan tersenyum melihat anak dari permaisuri itu, putri Wilona Versie Oligard.

"Salam untuk tuan putri Wilona." Senyum Isadora sedikit membungkukkan tubuhnya turun tanpa menurunkan pandangannya.

Putri Wilona tersenyum, ia pun mengajak istri Grand Duke itu berbincang manis bersama teman-teman bangsawan lainnya.

Isadora menimpali candaan serta perkataan bangsawan lain meskipun di dalam hatinya ia mengutuk mereka, berbicara terlalu berani itu tak masalah namun tak di depan orangnya juga!

"Oh ya, Grand Duchess bagaimana hubungan anda dengan Yang mulia Grand Duke? Saya dengar, suami anda itu orang yang kejam bahkan saya dengar kali ini suami anda meninggalkan anda sendiri ya selama satu bulan penuh?" Wanita berambut pirang menyala itu menatap Isadora yang duduk bersebelahan dengan putri Wilona.

Isadora menyeruput teh dengan menatap wanita yang berstatus Viscountess. Umur boleh tua, tapi percakapan mereka tak lebih dari menghardik orang lain dan ikut campur.

"Hm? Suami saya sedang pergi dan kembali membawa hasil yang memuaskan, bagaimana dengan suami anda Viscountess? Apa yang suami anda bawa setelah pergi ke Kerajaan lain?" Senyum Isadora meletakkan cangkir teh nya di atas meja.

Bisik-bisik para wanita bangsawan terdengar, Viscountess meremas kipas merah miliknya.

Isadora tersenyum tipis melihat reaksi itu. "Ah! Saya mendengarnya, oh tidak saya bahkan melihatnya sendiri jika suami anda Viscount membawa seorang perempuan? Apa dia seorang bangsawan Nyonya Grenda?" Senyum Isadora yang membuat wanita-wanita bangsawan yang ada di sini terkejut, begitupun putri Wilona yang tak tahu menahu.

"Tunggu,Viscount Neuro bermain wanita lagi?" Celetukan itu membuat wajah Viscountess Grenda memerah padam.

"Kau! Awas saja!" Menatap tajam dan marah ke arah Isadora, wanita itu lantas berdiri menjauh dari tempat itu dengan wajah malu.

Isadora tersenyum kecil, ia lalu menatap Putri Wilona yang bingung. "Pesta yang indah, tuan putri. Sepertinya saya tak bisa berlama-lama di sini." Putri Wilona menatap Isadora lalu tersenyum.

"Apa ada urusan lain, Nyonya Grand Duchess?"

Sesaat Isadora membalas perkataan putri itu, ekor matanya melihat kehadiran Sean yang menatapnya. Ia menatap Vee yang terlihat berbicara dengan seseorang, seperti seseorang yang ia kenal? Apa itu Var?

Tapi kenapa dia mengenakan baju pelayan?

"Em, saya memiliki urusan lain Tuan putri tak bisa saya ber-"

Sean menghampiri dengan senyum singkat, ia lalu menatap Isadora dan berkata. "Nyonya, Tuan sedang dalam perjalanan." Bisiknya yang mungkin mengeraskan suaranya agar perempuan yang baru debut itu mendengarnya.

Bola mata Isadora melebar, ia lalu berdiri dan tersenyum dengan ramah. "Saya harus kembali, Terima kasih tuan putri telah mengundang saya." Senyum Isadora menggapai uluran tangan Sean.

Putri Wilona mengangguk kaku, ia mengerut bingung dan menatap istri dari pamannya itu mulai menjauh.

"Apa aku harus memberikan hormat kepada mereka?!" Bisik Isadora menatap Sean yang menariknya menjauh, ia melirik ke arah kaisar yang tak melihatnya.

Sean menggeleng. "Biarkan Vee yang mengurusnya, Tuan sebentar lagi sampai." Ia menggenggam tangan Istri tuannya itu menuju keluar istana.

Isadora melirik ke arah samping di mana kereta kudanya berhenti, tatapannya terhenti pada kereta lain yang ada di seberang kereta kuda miliknya.

"Baldwin." Lambang keluarga duke Baldwin terlihat begitu mewah dan mencolok dengan karangan bunga?

Kedua kaki Isadora terhenti tepat di depan pintu kereta kudanya, ia menatap Sean yang menyuruhnya masuk. "Nyonya? Apa yang anda tunggu?! Tuan-" mulut Sean tertutup oleh telapak tangan Isadora.

Isadora menatap kereta kuda Baldwin yang memperlihatkan dua pasang suami istri itu, mengeratkan giginya melihat betapa bahagianya mereka.

"Cuih, tak sudi aku menganggapnya teman dekat. Lalu, apa dia bilang?! Hanya dia temanku?! Tsk tsk tsk." Menggeleng pelan, Isadora menginjakkan kakinya di tumpuan kereta kuda.

Sean mengerut mendengar gumaman istri tuannya itu. Merujuk ke siapa?

"Akan aku perlihatkan siapa aku ini, lihat saja. Pelacur!" Sinis Isadora memasuki kereta kudanya sebelum keduanya melihat dirinya.

Sean mendengarnya dengan tatapan terkejut, ia pun menatap ke arah di mana Nyonyanya itu melihat tadi. "Baldwin?"

Isadora yang telah masuk dan duduk dengan tenang menggebrak pintu kereta, "Apa kau akan melamun terus di situ?! Cepat, suamiku tak boleh datang melebihi diriku!"

Sean mencebik kesal, kenapa menjadi dirinya yang di salahkan?

Sean menutup pintu kereta itu, ia pun menuju ke kuda jantan miliknya dan membiarkan kereta kuda Grand Duchess itu jalan terlebih dahulu.

Sedangkan di lain sisi, pandangan Archie menatap siluet rambut hitam itu dengan mengerut kening. "Sadie? Apa itu Sadie?" Tapi, pikirannya langsung ia buang jauh-jauh mengingat teman dekatnya itu tak mungkin berpakaian semewah dan menaiki kereta kuda Astapor?

Isu itu tak mungkin benar, Sadie tak mungkin menikah tanpa mengundang dirinya dan, istrinya. Jennifer Baldwin.









●◉◎◈◎◉●

Dear, Husband. Siapa sangka? Kerumitan ini karena cinta.

Bagaimana jika mereka tak saling mencintai, apa hidup mereka tetap Damai? Tentu tidak, cinta hanyalah sesuatu yang dapat memicu, sedangkan rasa iri? Dengki? Dan benci adalah poin utama yang tak dapat di hapus.

Tapi cinta bisa, rasa cinta akan menghilang jika kebencian itu mulai menguasai hati manusia, iri? Dengki? Tentu saja kedua rasa itu memiliki satu kesamaan dengan kebencian.

Semuanya dapat terjadi jika kebencian itu muncul, tak ada belas kasih, rasa sayang dan cinta? Semuanya hanya ada kebencian.

𝐃𝐞𝐚𝐫, 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang