29. Sorry, Isadie.

13.7K 1.1K 51
                                    

꒷︶꒷꒥꒷‧₊˚꒷︶꒷꒥꒷‧₊˚

          Ketika harapannya untuk hidup dengan bahagia perlahan redup, satu hal yang akan dirinya ingat jika sewaktu-waktu dirinya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.

Yaitu, perjuangan untuk bertahan hidup dari luka masa lalu.

Isadora Toinette, merenung di sisi teras menatap luar kamar dan melihat kebun samping Manor yang terlihat tertutupi salju. Musim salju belum berhenti, hari ini telah berganti ke hari minggu, empat hari sejak kejadian lalu.

Yang di mana, suaminya tak menginginkan bayi yang ia kandung. Lalu, mengetahui betul betapa bahaya kutukan itu yang ternyata menular ke tubuhnya lewat pembuahan janin.

Menatap buku tersebut yang selesai Isadora Toinette baca, membacanya dengan saksama tak terlewati sedikit pun.

Dulu, Isadora tak mengenal keluarga Archeron. Dulu Isadora tak pernah bertemu mereka ataupun pria yang memiliki wajah yang mirip seperti suaminya. Ayah kandung Archeron, Hansel.

Dulu, Isadora hanya berdiam diri di Manor hanya Jennifer saja yang keluar masuk. Dulu, Isadora tak mengetahui betul akan wilayah utara atau bahkan Isadora tak mengetahui nama-nama Kekaisaran yang ada di luar Oligarki.

Isadora sangat tertutup, sangat mengucilkan dirinya dan Isadora yang dulu. Terlalu menghabiskan waktu di dalam Manor.

Semua itu karena Jennifer, wanita itu selalu memberikan nasihat ancaman jika kalau dirinya keluar, Isadora akan di gunjing habis-habisan dan di benci oleh keluarganya. Veleztie.

Yang pasti, Jennifer selalu meracuni isi pikiran Isadora. Isadora pun terlalu dangkal tentang semuanya yang tak selalu tertuju pada dirinya.

Isadora memang terkenal pembuat onar, namun bukan berarti wanita ini selalu di benci. Jennifer hanya membuat-buat ceritanya sendiri.

Isadora dulu memang bodoh, tapi belajar dari kesalahan. Sekarang tidak lagi.

"Niks....... Jadi, ayah Cheron memiliki istri lagi? Dan, Anthea." Gumam Isadora menatap buku tersebut.

Bukan hanya cerita awal dari kutukan Erebus buku tersebut juga menceritakan silsilah keluarga De Vaughan, hingga sekarang.

De Vaughan memiliki anak perempuan, dan Archeron tentu memiliki seorang Bibi atau kakak sepupu perempuan, atau adik perempuan. Mereka tak menurunkan kutukan tersebut.

Hanya pria, Bayi yang terlahir sebagai laki-laki akan terlahir pula kutukan di dalam diri mereka. Dan laki-laki yang ada di keluarga De Vaughan begitu banyak. Bukan berarti, perempuan De Vaughan sedikit. Bisa dibilang mereka pun memiliki jumlah banyak juga.

Setara namun tidak berbaur rukun, mereka berpencar. Yang perempuan pergi meninggalkan Utara dan memilih menjauh, sedangkan pria diwajibkan menganut hidupnya ke utara, hanya utara.

Karena apa? Benih yang mereka bawa sangat berbahaya, jika mereka tak memiliki seorang Niks di hidup mereka. Para tetua De Vaughan akan mengasingkan mereka jika ketahuan pergi dari Utara atau meniduri sembarangan perempuan.

Karena itu, banyak desas-desus yang tersebar jika para lelaki De Vaughan yang sangat rupawan yang hanya memiliki rambut merah itu menikahi sanak keluarga mereka.

Yang aslinya bukan keluarga yang di maksud, hanya isu yang dibuat buat agar Niks yang di targetkan tidak kabur.

"Tapi, jika aku bukan Niks. Apa aku mati lagi?" Isadora meremat buku tersebut dengan jantung yang berdebar.

Sakit rasanya jika hal tersebut terulang lagi, tapi. Dulu? Bukankah dulu dirinya juga mengandung? Meskipun Isadora kehilangan bayinya karena keracunan.

Isadora masih hidup. Lalu, kenapa di buku ini tertulis. Jika perempuan yang bukan seorang Niks mengandung darah daging De Vaughan, perempuan itu akan mati perlahan meskipun membunuhnya.

Membunuhnya, artinya membunuh bayi yang ada di perutnya, begitu?

"Aku tidak mati, jika benar. Mana mungkin semua yang ada di sini tidak aku rasakan. Aku memang berkeringat seperti yang di tuliskan, sisanya tidak." Isadora merasa tubuhnya kembali sehat setelah keringat dingin itu menghilang.

Tak ada nyeri di dada, tak ada goncangan yang ada di bagian rahimnya, bahkan sekarang Isadora merasa tubuhnya sangat bugar. Tak seperti yang di tuliskan.

Perempuan itu akan jatuh sakit terus menerus, batuk darah atau bahkan tubuhnya akan berubah kurus kering hingga terlihat tulang belulangnya.

Isadora tak mereka begitu. Jadi? Apa dia seorang Niks?

"Mana mungkin, Niks penampilannya tak seperti ini." Gumam Isadora meletakkan buku tersebut di atas meja yang tak jauh dari teras, menatap helai rambut hitamnya dan mengelusnya.

Niks itu, perempuan tinggi dengan pinggang ramping, kulit sedikit kecoklatan memiliki iris mata ungu cerah serta rambut panjang berwarna perak mengkilap. Sangat sulit untuk mencarinya dan Isadora pun tak pernah melihat perempuan berpenampilan seperti itu.

"Katanya, Niks hanya ada di selatan atau ujung timur. Pantas tak pernah melihat." Isadora menolehkan kepalanya ke dalam kamar, kasur suaminya kosong. Tak ada siapapun di kamar selain Isadora.

Semenjak kejadian itu pula Archeron menjaga jarak, Isadora tak masalah. Wanita itu pun takut jika Archeron melakukan hal nekat.

Contohnya, mengeluarkan bayi yang belum masuk usai tiga bulan. Baru dua bulan.

Cepat sekali, Isadora tak percaya perkembangan bayinya tak seperti bayi pada umumnya. Padahal, katanya baru 2 minggu. Kenapa jadi dua bulan.

"Nak, mama penasaran, mimpi waktu itu apa itu kamu? Kalau kamu lahir, kamu pasti mirip ayah kamu ya? Mama tidak kebagian sedikitpun." Isadora terkekeh geli sambil mengelus perutnya membayangkan betapa lucunya nanti anak yang ia kandung.

Isadora berambut hitam iris biru, lalu Cheron berambut merah iris hijau kekuningan. Perpaduan yang sangat luar biasa jika rambut putranya memiliki warna merah dan mata biru.

Tapi, Isadora tak yakin. Mimpinya waktu itu benar atau tidak. Isadora bukan Saintess yang dapat melihat masa depan yang akan datang.

"Nanti, kalau kamu lahir jadi anak yang baik ya. Jangan seperti mama atau ayah kamu yang galak, jadilah anak yang sehat nantinya." Senyum Isadora berdoa dengan perkataan yang baik sambil mengelus lembut perutnya.

Tanpa tahu jika Archeron, Pria itu telah berada di luar kamar dengan menyembunyikan tubuhnya di pintu, menatap kedua tangannya yang menggenggam sebuah foto.

Archeron menatap Horsien dan menyuruh pria itu pergi. "Taruh saja di luar, nanti akan aku ambil." Ucapnya menatap kereta makanan di depannya.

Horsien pun mengangguk lalu pergi dengan dua pelayan perempuan lainnya. Sekarang tinggal Archeron seorang diri di luar mendengar suara lembut istrinya.

"Maafkan aku, Isadie."

















●◉◎◈◎◉●

Dear, Husband. Lanjutkan!! Akan aku awasi.

𝐃𝐞𝐚𝐫, 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang