"2004."
"Hah!?"
~•~
Pada malam itu Sagara menyadari bahwa dirinya telah tertarik ke masa lalu. Masa sebelum dirinya lahir. Tubuh kokohnya seketika lemas memikirkan kejadian tidak masuk akal ini.
Pikiran-pikiran buruk terus saja mengendap dalam kepala. Sungguh siapa sangka doanya akan terkabul secepat itu, bukan seperti ini yang Sagara inginkan. Sekarang bagaimana caranya untuk kembali? Lalu, dimana ia akan tinggal? Bahkan pendapatan saja ia tidak punya.
Dalam ruangan yang sama terdengar suara percikan air dari dalam kamar mandi. Itu Gallen, remaja berkulit tan itu tengah mandi untuk bersiap ke sekolah, sementara Sagara masih sabar menunggu gilirannya sembari merenungi nasibnya disini.
Jika dipikir-pikir bisa saja ia menumpang dan hidup bersama papa dan paman disini. Tapi, apa mereka mau menampung Sagara yang masih mereka anggap asing? Kalaupun ia beritahu identitasnya itu hanya akan membuat mereka berasumsi dirinya sudah gila.
Namun, itu bukan ide yang buruk juga. Bukankah dalam doa kemaren ia menyebutkan ingin mengetahui masa lalu orang tuanya. Mungkin kalau sudah mengetahuinya ia bisa kembali.
'Gue harus tinggal disini biar mudah cari tau tentang papa.'
Tak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka, menampakkan Gallen dengan lilitan handuk di pinggang dan air yang masih menetes dari rambut legamnya. Mata serigala itu tertuju pada Sagara yang juga menatapnya seperti anak anjing menatap majikan.
"Sana mandi, abis itu sarapan di bawah. Oh iya, pake baju gue aja." Ucap Gallen.
Sagara rasa baru ini papanya berbicara lembut padanya. Lantas ia mengangguk semangat dan segera pergi ke kamar mandi.
~•~
Kini Gallen, Sagara dan juga Jiwa tengah berada diruang makan. Tentunya sedang sarapan, mereka melahap beberapa sajian buatan Sajiwa.
Sagara merasa senang dengan sarapan kali ini. Selain karena masakan Jiwa yang enak, Sagara akui Jiwa handal dalam bidang ini. Tapi, alasan utama adalah sekarang ia bisa merasakan makan bersama keluarga selain papi. Keluarga asli. Papa dan paman, ini sangat menyenangkan.
Namun, tiba-tiba saja ia teringat sesuatu. Ia harus memberitahu tahu hal itu demi keberlangsungan hidupnya di masa ini. Keringat dingin keluar dari badan bongsornya, ia kembali gugup.
Sebelum itu ia mencoba melihat situasi, ia membutuhkan timing yang pas.
"Kak Jiwa, sebenarnya tadi malam aku kabur dari rumah." Sagara memberi jeda pada ucapannya, ia mau melihat reaksi kedua orang itu. Sajiwa pun mulai memperhatikan Sagara.
Awal yang bagus.
"Mami sama papi aku mau pisah kak, aku stress banget dirumah jadi aku kabur kesini." Ia menatap Jiwa dengan raut memelas, bisa ia lihat pula Jiwa memberikan tatapan iba."
Sepertinya akan berhasil,
"Kak, kalo gak keberatan Sagara boleh tinggal sementara disini gak?"
Mendengarkan hal itu, Gallen menggebrak meja hampir saja piringnya terbang ke baju seragam SMA-nya itu. Mata serigalanya menatap tajam pada remaja di depannya.
"Lo kok makin ngelunjak, sih?! Mending lo pulang, jangan main kabur aja. Harusnya lo berusaha juga biar mereka ga jadi pisah!" Seru Gallen.
Jiwa menyikut lengan Gallen, menggelengkan kepalanya mengisyaratkan adik laki-lakinya agar tidak kelewatan. Sang empu berdecak kesal, ia hanya kesal itu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Papa | Hajeongwoo ft Junghwan✓
FanficDi usianya yang baru genap 18 tahun, Sagara dihadapkan dengan fakta yang mengejutkan tentang kelahiran dan keluarganya. Mengetahui hal itu, membuat Sagara frustasi dan gelisah. Ia berharap bisa mengetahui kejadian di hari sebelum dirinya lahir. #Haj...