Gallen mengangguk membalas pelukan Hakham, untuk hari ini ia akan memegang janji Hakham dan menunggunya memenuhi janji tersebut. Ia akan mempercayai Hakham sepenuhnya untuk saat ini, dan mungkin seterusnya.
~•~
Pertemuan antar dua keluarga yang diharap dapat membuahkan jalan keluar terbaik itu sudah pupus. Ego dan citra seorang Wiratama sangat sulit di tembus. Tiap-tiap kata yang keluar dari bibir tak bertulangnya bisa membuat siapa pun terhina.
Masih terputar dalam benak Gallen bagaimana, pria tua itu merendahkan kehidupannya. Bohong kalau ia tidak sakit hati saat Wiratama menganggap kehamilannya hanya sebuah lelucon demi mendapatkan uang.
Penolakan keras, tanpa berpikir panjang, dari pria tua itu menjadikan Gallen sadar akan kesenjangan di antara mereka.
Meski begitu, Sagara masih terlihat gigih mengajaknya kerumah Hakham untuk meminta restu kembali. Namun, usahanya selalu di gagalkan oleh Wiratama yang sulit sekali ditemui.
Sampai seminggu berlalu, entah keajaiban apa yang terjadi pada pria tua itu. Wiratama datang seorang diri saat jam makan siang berlangsung.
Kebetulan, Cafe sedang sepi pembeli sehingga Sajiwa dapat meluangkan waktu untuk menanggapi Wiratama. Dengan secangkir kopi di tangan, ia menyuguhkan jamuan kecil untuk menemani obrolan penting di atas meja.
"Saya ingin berbicara dengan Gallen, bisa kamu memanggilnya untuk saya?" pinta Wiratama dengan angkuh sambil menyesap kopi panas buatan tangan Sajiwa.
Sajiwa bangkit dari kursi dengan enggan, lalu ia menaiki tangga untuk memanggil adiknya agar bertemu dengan Wiratama. Tanpa menunggu lama, Gallen turun diikuti oleh Sagara yang juga penasaran dengan alasan kedatangan pria tua itu.
Keduanya berdoa dalam setiap langkah turun dari tangga, berharap Wiratama akan membawa kabar baik.
Mereka duduk beriringan, menatap lurus pada pria dihadapan mereka dengan penuh tanda tanya. Keheningan menyelimuti ruangan, Gallen dan Sagara saling bertukar pandang mencoba menebak apa yang akan dikatakan Wiratama.
"Saya harap Gallen bisa melupakan kejadian seminggu yang lalu. Sepertinya saya sudah berubah pikiran." Ucap Wiratama bahunya terkulai, seolah-olah menyesali perbuatannya minggu lalu.
Sagara menegakkan tubuhnya, matanya menatap tajam pada sumber suara. Ia memutar telinganya, yakin bahwa ia tidak salah dengar. Perasaan lega menyelimuti hatinya saat menyadari masalah ini dapat terselesaikan dengan cepat.
Disebelahnya ada Gallen yang tengah mengernyitkan dahi bingung. Namun, tidak dapat dipungkiri ia juga merasa lega akan penyampaian Pria paruh baya didepannya.
"Selama seminggu, Hakham selalu memohon pada saya, tekadnya sangat kuat, saya akui itu. Bahkan, begitu kalian pulang, Hakham langsung berlutut memohon agar saya berubah pikiran. Saya tidak pernah melihat anak tunggal saya seperti itu." Tambah Wiratama, ia menghela napas sejenak. Matanya memandangi langit-langit Cafe mengingat tekad Hakham dalam beberapa waktu terakhir.
Senyum lega merekah di wajah mereka, setiap kalimat yang dilontarkan Wiratama berhasil mengangkat beban dipundak mereka selama ini.
"Semalam, Hakham datang ke ruang kerja saya dan memberikan penawaran menarik. Sebelumnya, saya telah menyuruh Hakham untuk melanjutkan kuliah di luar negeri. Anak itu selalu menolak, entah apa yang memberatkannya. Namun, tadi malam dia akhirnya setuju untuk melakukannya. Itu adalah penawaran menarik yang bisa meningkatkan citra saya di publik." Wiratama kembali menyesap kopi di atas meja. Tatapannya beralih pada tiga pemuda di hadapannya. Mereka memperhatikan dengan seksama setiap kata yang keluar dari mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Papa | Hajeongwoo ft Junghwan✓
FanfictionDi usianya yang baru genap 18 tahun, Sagara dihadapkan dengan fakta yang mengejutkan tentang kelahiran dan keluarganya. Mengetahui hal itu, membuat Sagara frustasi dan gelisah. Ia berharap bisa mengetahui kejadian di hari sebelum dirinya lahir. #Haj...